KH Riyanto |
KH Riyanto yang merupakan warga Jatinegara Sempor menyampaikan setidaknya terdapat tiga hal yang menyebabkan adanya kemrosotan pesantren. Hal ini meliputi kurangnya pesantren mendapatkan perhatian dari organisasi keagamaan. Kurang sinerginya ulama dan umaro serta kurangnya dukungan pesantren dari pemerintah.
Dijelaskannya, hingga kini meski terdapat meski terdapat organisasi keagamaan yang besar namun tampaknya kepedulian kepada pesantren masih kurang. Hal ini dapat dilihat dari belum maksimalnya dukungan terhadap pesantren. “Kalau ormas keagamaan saja, kepeduliannya sudah kurang apalagi organisasi yang lain. Untuk itu ada baiknya ormas keagamaan dipegang oleh orang-orang pesantren,” tuturnya, Selasa (24/7/2018).
Dengan dipegangnya organisasi keagamaan oleh pihak pesantren maka diharapkan kepedulian akan semakin besar. Riyanto sendiri menyampaikan jika pesantren tidak kunjung mendapatkan perhatian maka kemrosotan Ahlaq akan semakin parah. “Kalau hanya di sekolah, maka pembinaan ahlaq tidak maksimal. Padalah karakter sendiri menduduki 90 persen menentukan kesuksesan seseorang. Adapun sisanya yang 10 persen meliputi kompetensi dan lain sebagainya,” jelasnya.
Yang menjadi penyebab kemrosotan pesantren selanjutnya yakni kurang sinergi ulama dan umaro. Bukan hanya itu saja, bahkan sesama ulama sendiri kini juga kurang sinergi. Beberapa ulama yang telah menjadi elit, kerap menyakiti para ulama lainnya. Hal ini salah satunya disebabkan faktor politik. “Ini juga menambah ruyamnya kondisi pesantren,” paparnya.
Selain itu adanya kebijakan Full Day School juga menjadi salah satu faktor yang menunjang kemunduran pesantren. Beberapa siswa saat ini masih ada yang siang belajar di sekolah dan malam menjadi siswa madrasah diniyah. Adanya kebijakan Full Day School membuat siswa enggan untuk belajar di pesantren dengan alasan masih capek. “Banyak faktor yang menjadi penyebab, kendati demikian pesantren harus mendapatkan perhatian lebih, jika tidak maka tidak menutup kemungkinan pesantren akan hilang,” ucapnya. (mam)