JAKARTA— Kapolri Jenderal Tito Karnavian membuktikan janjinya untuk membongkar kelompok teror Jamaah Ansharut Daulah (JAD) hingga ke akar-akarnya. Belum puas setelah menangkap 200 terduga teroris, pekan ini Densus 88 Anti Teror kembali menangkap delapan terduga teroris.
Keterlibatan mereka dalam kelompok teror tersebut beragam. Dari seorang pendoktrin yang bertugas mencuci otak calon anggota hingga peran yang remeh-temeh, membuat jadwal pelatihan militer.
Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karopenmas) Divhumas Polri Brigjen M. Iqbal menuturkan bahwa delapan terduga teroris itu ditangkap di sejumlah lokasi. Yang pertama, berinisial AS yang ditangkap di Tarogong, Margasana, Pandeglang. ”Tugasnya di JAD cukup penting,” jelasnya.
AS, lanjutnya, memiliki kemampuan untuk melakukan doktrin dengan cara-cara mencuci otak. Selanjutnya, setelah itu dia merekrut orang yang telah didoktrinnya. ”dia juga pernah ikut sebuah pelatihan di awal 2017,” paparnya.
Tujuh orang terduga teroris lainnya berinisial NVR, AD, ARM, IDO, STO, SDR dan JRM. Untuk IDO tugasnya sama dengan AS. Sedangkan AD, STO, SDR dan JRM diketahi pernah mengikuti pelatihan militer di Pandeglang awak 2017. ”
Alau ARM pernah mengikuti rapat untuk membahas aksi bom natal dan tahun baru 2016 di Malang Jawa Timur,” ujarnya.
Untuk NVR perannya cukup unik. Dia diduga membuat jadwal pelatihan perang di Pandeglang. Karena membuat jadwal itulah dia ditangkap pasukan berlambang burung hantu tersebut. ”ditangkapnya di serang,” terangnya.
Iqbal menuturkan bahwa pemberantasan terorisme tidak akan berhenti. Polri berupaya mencegah terjadinya aksi teror dengan rangkaian penangkapan tersebut. ”Kami tidak ingin ada lagi korban akibat aksi teror,” ujarnya.
Menurutnya, masih ada sejumlah target lain yang sedang dikejar. Salah satunya adalah Abdullah pelaku pengeboman di Bangil, Pasuruan. Hingga saat ini Abdullah belum diketahui keberadaannya, setelah bom yang dirakitnya meledak sendiri dan melukai anaknya. ”Masih berpaya,” paparnya.
Dia berharap masyarakat bisa turut membantu memberikan informasi bila ada seseorang yang dicurigai. Masyarakat dan Polri perlu untuk saling bantu membantu menjaga keamanan. ”Ini tugas bersama, bukan hanya Polri,” terang mantan Kapolrestabes Surabaya tersebut. (idr)
Keterlibatan mereka dalam kelompok teror tersebut beragam. Dari seorang pendoktrin yang bertugas mencuci otak calon anggota hingga peran yang remeh-temeh, membuat jadwal pelatihan militer.
Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karopenmas) Divhumas Polri Brigjen M. Iqbal menuturkan bahwa delapan terduga teroris itu ditangkap di sejumlah lokasi. Yang pertama, berinisial AS yang ditangkap di Tarogong, Margasana, Pandeglang. ”Tugasnya di JAD cukup penting,” jelasnya.
AS, lanjutnya, memiliki kemampuan untuk melakukan doktrin dengan cara-cara mencuci otak. Selanjutnya, setelah itu dia merekrut orang yang telah didoktrinnya. ”dia juga pernah ikut sebuah pelatihan di awal 2017,” paparnya.
Tujuh orang terduga teroris lainnya berinisial NVR, AD, ARM, IDO, STO, SDR dan JRM. Untuk IDO tugasnya sama dengan AS. Sedangkan AD, STO, SDR dan JRM diketahi pernah mengikuti pelatihan militer di Pandeglang awak 2017. ”
Alau ARM pernah mengikuti rapat untuk membahas aksi bom natal dan tahun baru 2016 di Malang Jawa Timur,” ujarnya.
Untuk NVR perannya cukup unik. Dia diduga membuat jadwal pelatihan perang di Pandeglang. Karena membuat jadwal itulah dia ditangkap pasukan berlambang burung hantu tersebut. ”ditangkapnya di serang,” terangnya.
Iqbal menuturkan bahwa pemberantasan terorisme tidak akan berhenti. Polri berupaya mencegah terjadinya aksi teror dengan rangkaian penangkapan tersebut. ”Kami tidak ingin ada lagi korban akibat aksi teror,” ujarnya.
Menurutnya, masih ada sejumlah target lain yang sedang dikejar. Salah satunya adalah Abdullah pelaku pengeboman di Bangil, Pasuruan. Hingga saat ini Abdullah belum diketahui keberadaannya, setelah bom yang dirakitnya meledak sendiri dan melukai anaknya. ”Masih berpaya,” paparnya.
Dia berharap masyarakat bisa turut membantu memberikan informasi bila ada seseorang yang dicurigai. Masyarakat dan Polri perlu untuk saling bantu membantu menjaga keamanan. ”Ini tugas bersama, bukan hanya Polri,” terang mantan Kapolrestabes Surabaya tersebut. (idr)