JAKARTA – Gempa bumi berkekuatan 6,4 skala richter (SR) menguncang Lombok, Bali, dan Sumbawa kemarin (29/7/2018) pukul 5,47 WIB. Hingga kemarin malam, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Nusa Tenggara Barat mencatat ada 14 orang mneinggal dunia, 162 jiwa luka-luka, dan ribuan unit rumah rusak.
Sementara itu, di Gunung Rinjani, beberapa pendaki terjebak lantaran jalur pendakian longsor. Petugas terus melaukan evakuasi pada pendaki yang terjebak. Berdasarkan data dari Balai Taman nasional Gunung Rinjani (BTNGR), jumlah pendaki ke Gunung Rinjani tercatat 826 jiwa. Jumlah tersebut sudah mencakup wisatawan asing.
”Laporan dari BTNGR Resor Senaru sebanyak 115 orag wisatawan asing sudah turun di Senaru Kabupaten Lombok Utara,” ungkap Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB kemarin.
Proses evakuasi terus dilakukan oleh petugas gabungan dari BTNGR, Kantor SAR Mataram, Brimob Polri NTB, dan relawan.
Sutopo juga mengungkapkan dampak terparah dari gempa terdapat di Kabupaten Lombok Timur. Di Kabupaten Lombok Timur terdapat sepuluh orang meninggal dunia. Sedangkan 67 orang luka berat dan ratusan jiwa luka ringan. Untuk kerugian kerusakan rumah mencapai lebih dari 1.000 unit rumah baik. ”Di Kabupaten Lombok Utara terdapat empat orang meninggal dunia dan sebanyak 38 jiwa luka berat,” ungkapnya. Tim juga masih melakukan pendataan di Kabupaten Lombok Barat, Kabupaten Sumbawa Barat, dan Kota Mataram.
”Kebutuhan mendesak saat ini adalah tenaga medis, tandu, peralatan kesehatan, kids ware dan makanan siap saji,” ucapnya. Untuk pembangunan posko pengungsian, BPBD dan beberapa instansi lain telah menyalurkan bantuan permakanan, air mineral, tenda pengungsi, makanan lauk pauk, serta keperluan lain. Secara umum infrastruktur seperti komunikasi, jalan, listrik dan lainnya masih baik.
Mabes TNI juga mengirim prajurit untuk membantu korban gempa. Tidak kurang 80 personel dari Batalyon Kesehatan (Yonkes) 1/Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad) dikerahkan. Selain itu, turut serta dalam tim tersebut prajurit yang bertugas sebagai tenaga perhubungan. ”Untuk memperkuat bantuan yang telah dilakukan oleh Kodam IX/Udayana,” ungkap Kapuspen TNI Majyen TNI M. Sabrar Fadhilah.
Berdasar data yang dia miliki, Sabrar menjelaskan bahwa prajurit TNI yang dikirim ke Lombok juga membawa sejumlah bantuan lain. Mulai obat-obatan, bahan makanan, dan alat komunikasi. Dia pun menyampaikan, seluruh prajurit TNI yang sudah berada dan hendak dikirim ke Lombok diminta lebih dulu concern menolong masyarakat. Khususnya yang turut menjadi korban gempa bumi tersebut. ”Jelas yang utama adalah fokus untuk membantu penanganan terhadap korban,” terang dia.
Laporan terakhir sampai kemarin sore, sambung Sabrar, Kodam IX/Udayana sudah memberikan bantuan awal kepada korban gempa bumi. Untuk itu, Mabes TNI menambah bantuan dari Jakarta. ”Bantuan yang dikirimkan bersifat tambahan. Khususnya tim dokter dan paramedis,” imbuhnya. Secara lebih terperinci, dia menyampaikan bahwa bantuan yang dikirim terdiri atas rumah sakit lapangan, obat-obatan, bahan makanan, ransum T2 ABC sebanyak 800 buah, dan ransum TB1 sebanyak 800 buah.
Seluruh prajurit TNI yang dikirim dari Jakarta bertolak ke Lombok kemarin sore. Mereka berangkat dari Landasan Udara (Lanud) Halim Perdanakusuma. Asisten Operasi Panglima TNI Mayjen TNI Lodewyk Pusung menuturkan, prajurit dari ibu kota dikirim menggunakan pesawat hercules C-130 tipe L-100 milik TNI AU. Sebelum berangkat, dia mengingatkan kembali agar seluruh prajurit tersebut memberikan bantuan secara maksimal. ”Laksanakan tugas dengan penuh semangat dan rasa tanggung jawab,” perintah Lodewyk.
Bantuan juga datang dari Kementerian Sosial yang menurunkan 60 personel Taruna Siaga Bencana (Tagana), Tim Layanan Dukungan Psikososial (LDP), serta menyalurkan berbagai bantuan logistik. ”Bantuan logistik sudah dalam perjalanan menuju lokasi terdampak gempa. Tim LDP melaporkan bahwa mereka juga sudah bergerak. Kita upayakan bantuan secepat-cepatnya untuk penanganan warga terdampak gempa,” ujar Direktur Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial Kementerian Sosial, Harry Hikmat kemarin di Jakarta.
Dia mengatakan untuk pertolongan pertama, Kampung Siaga Bencana Desa Darakunci Kecamatan Sambalia Kabupaten Lombok Timur telah melakukan evakuasi bersama Tagana. Bantuan logistik seperti matras, tenda, perlengkapan anak, perlengkapan lansia, makanan siap saji, dan lainnya dikirimkan bertahap. ”Dapur umum akan didirikan di titik pengungsian. Segera kami informasikan updatenya,” kata Harry.
Kemensos juga memberikan santunan kepada korban. Sesuai SOP, untuk korban meninggal akan mendapat santunan Rp15 juta per orang yang diserahkan kepada ahli waris. Sementara untuk korban luka mendapat bantuan biaya pengobatan sebesar Rp2,5 juta per orang. ”Namun ini tentunya akan diserahkan menunggu seluruh data masuk,” demikian Harry.
Terpisah, Presiden Joko Widodo langsung memimpin rapat terbatas setelah mendarat di Bandar Udara Sultan Muhammad Kaharuddin Sumbawa, Kabupaten Sumbawa Besar, NTB, Minggu Sore. Dalam rapat tersebut, Presiden memerintahkan segenap jajarannya, baik Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Menteri Sosial, Menteri PU dan Perumahan Rakyat, dan Panglima TNI untuk membantu masyarakat NTB yang terkena musibah.
”Kita harapkan sore (kemarin) atau besok pagi (hari ini) sudah terorganisasi untuk turun semuanya sehingga dari pusat, dari provinsi, dan dari kabupaten bisa bergerak bersama-sama,” ujarnya dalam keterangan yang diterima Jawa Pos.
Mantan Walikota Solo itu juga berencana mengunjungi langsung lokasi bencana dan menengok para korban hari ini. “Tadi sebetulnya sudah diatur mau ke sana tapi karena kemalaman jadi besok pagi-pagi (hari ini) ke lokasi bencana,” tuturnya.
Di sisi lain, Kepala Bidang Informasi Gempabumi dan Peringatan Dini Tsunami Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Daryono mengatakan, berdasar hasil analisis BMKG, gempabumi memiliki kekuatan 6,4 SR. Episenter gempabumi terletak pada koordinat 8,4 LS dan 116,5 BT, atau tepatnya berlokasi di darat pada jarak 47 km arah timur laut Kota Mataram pada kedalaman 24 km.
Menurut Daryono, dengan memperhatikan lokasi episenter, kedalaman hiposenter, dan mekanisme sumbernya, maka gempabumi yang terjadi merupakan jenis gempabumi dangkal akibat aktivitas Sesar Naik Flores (Flores Back Arc Thrust). ”Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan gempa ini, dibangkitkan oleh deformasi batuan dengan mekanisme pergerakan naik (thrust fault),” jelasnya.
Guncangan gempabumi ini dilaporkan telah dirasakan di daerah Lombok Utara dengan skala VI-VII MMI (Modified Mercalli Intensity). Skala IV dirasakan di Lombok Barat, Lombok Timur, Mataram, Lombok Tengah, Sumbawa Barat dan Sumbawa Besar. Skala III MMI di Denpasar, Kuta, Nusa Dua, Karangasem, Singaraja dan Gianyar. Serta skala sementara II hingga III di Bima, Tuban, Singaraja dan Mataram.
Hingga pukul 12.00 WIB, hasil monitoring BMKG menunjukkan telah terjadi 115 gempabumi susulan (aftershock) dengan Magnitudo terbesar M=5,7 pada pukul 09.16 WIB. ”5 diantaranya terasa cukup signifikan,” kata Daryono.
Daryono menambahkan, gempa ini murni tektonik. Hingga saat ini belum ditemukan ada tanda-tanda hubungan dengan aktivitas gunung Rinjani maupun Barujari. Sementara untuk kerusakan, Daryono berpendapat lebih karena faktor bangunan. “Jadi banyak bangunan yang dibangun tidak dengan standar tahan gempa,” katanya.(tau/far/syn/lyn)
Sementara itu, di Gunung Rinjani, beberapa pendaki terjebak lantaran jalur pendakian longsor. Petugas terus melaukan evakuasi pada pendaki yang terjebak. Berdasarkan data dari Balai Taman nasional Gunung Rinjani (BTNGR), jumlah pendaki ke Gunung Rinjani tercatat 826 jiwa. Jumlah tersebut sudah mencakup wisatawan asing.
”Laporan dari BTNGR Resor Senaru sebanyak 115 orag wisatawan asing sudah turun di Senaru Kabupaten Lombok Utara,” ungkap Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB kemarin.
Proses evakuasi terus dilakukan oleh petugas gabungan dari BTNGR, Kantor SAR Mataram, Brimob Polri NTB, dan relawan.
Sutopo juga mengungkapkan dampak terparah dari gempa terdapat di Kabupaten Lombok Timur. Di Kabupaten Lombok Timur terdapat sepuluh orang meninggal dunia. Sedangkan 67 orang luka berat dan ratusan jiwa luka ringan. Untuk kerugian kerusakan rumah mencapai lebih dari 1.000 unit rumah baik. ”Di Kabupaten Lombok Utara terdapat empat orang meninggal dunia dan sebanyak 38 jiwa luka berat,” ungkapnya. Tim juga masih melakukan pendataan di Kabupaten Lombok Barat, Kabupaten Sumbawa Barat, dan Kota Mataram.
”Kebutuhan mendesak saat ini adalah tenaga medis, tandu, peralatan kesehatan, kids ware dan makanan siap saji,” ucapnya. Untuk pembangunan posko pengungsian, BPBD dan beberapa instansi lain telah menyalurkan bantuan permakanan, air mineral, tenda pengungsi, makanan lauk pauk, serta keperluan lain. Secara umum infrastruktur seperti komunikasi, jalan, listrik dan lainnya masih baik.
Mabes TNI juga mengirim prajurit untuk membantu korban gempa. Tidak kurang 80 personel dari Batalyon Kesehatan (Yonkes) 1/Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad) dikerahkan. Selain itu, turut serta dalam tim tersebut prajurit yang bertugas sebagai tenaga perhubungan. ”Untuk memperkuat bantuan yang telah dilakukan oleh Kodam IX/Udayana,” ungkap Kapuspen TNI Majyen TNI M. Sabrar Fadhilah.
Berdasar data yang dia miliki, Sabrar menjelaskan bahwa prajurit TNI yang dikirim ke Lombok juga membawa sejumlah bantuan lain. Mulai obat-obatan, bahan makanan, dan alat komunikasi. Dia pun menyampaikan, seluruh prajurit TNI yang sudah berada dan hendak dikirim ke Lombok diminta lebih dulu concern menolong masyarakat. Khususnya yang turut menjadi korban gempa bumi tersebut. ”Jelas yang utama adalah fokus untuk membantu penanganan terhadap korban,” terang dia.
Laporan terakhir sampai kemarin sore, sambung Sabrar, Kodam IX/Udayana sudah memberikan bantuan awal kepada korban gempa bumi. Untuk itu, Mabes TNI menambah bantuan dari Jakarta. ”Bantuan yang dikirimkan bersifat tambahan. Khususnya tim dokter dan paramedis,” imbuhnya. Secara lebih terperinci, dia menyampaikan bahwa bantuan yang dikirim terdiri atas rumah sakit lapangan, obat-obatan, bahan makanan, ransum T2 ABC sebanyak 800 buah, dan ransum TB1 sebanyak 800 buah.
Seluruh prajurit TNI yang dikirim dari Jakarta bertolak ke Lombok kemarin sore. Mereka berangkat dari Landasan Udara (Lanud) Halim Perdanakusuma. Asisten Operasi Panglima TNI Mayjen TNI Lodewyk Pusung menuturkan, prajurit dari ibu kota dikirim menggunakan pesawat hercules C-130 tipe L-100 milik TNI AU. Sebelum berangkat, dia mengingatkan kembali agar seluruh prajurit tersebut memberikan bantuan secara maksimal. ”Laksanakan tugas dengan penuh semangat dan rasa tanggung jawab,” perintah Lodewyk.
Bantuan juga datang dari Kementerian Sosial yang menurunkan 60 personel Taruna Siaga Bencana (Tagana), Tim Layanan Dukungan Psikososial (LDP), serta menyalurkan berbagai bantuan logistik. ”Bantuan logistik sudah dalam perjalanan menuju lokasi terdampak gempa. Tim LDP melaporkan bahwa mereka juga sudah bergerak. Kita upayakan bantuan secepat-cepatnya untuk penanganan warga terdampak gempa,” ujar Direktur Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial Kementerian Sosial, Harry Hikmat kemarin di Jakarta.
Dia mengatakan untuk pertolongan pertama, Kampung Siaga Bencana Desa Darakunci Kecamatan Sambalia Kabupaten Lombok Timur telah melakukan evakuasi bersama Tagana. Bantuan logistik seperti matras, tenda, perlengkapan anak, perlengkapan lansia, makanan siap saji, dan lainnya dikirimkan bertahap. ”Dapur umum akan didirikan di titik pengungsian. Segera kami informasikan updatenya,” kata Harry.
Kemensos juga memberikan santunan kepada korban. Sesuai SOP, untuk korban meninggal akan mendapat santunan Rp15 juta per orang yang diserahkan kepada ahli waris. Sementara untuk korban luka mendapat bantuan biaya pengobatan sebesar Rp2,5 juta per orang. ”Namun ini tentunya akan diserahkan menunggu seluruh data masuk,” demikian Harry.
Terpisah, Presiden Joko Widodo langsung memimpin rapat terbatas setelah mendarat di Bandar Udara Sultan Muhammad Kaharuddin Sumbawa, Kabupaten Sumbawa Besar, NTB, Minggu Sore. Dalam rapat tersebut, Presiden memerintahkan segenap jajarannya, baik Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Menteri Sosial, Menteri PU dan Perumahan Rakyat, dan Panglima TNI untuk membantu masyarakat NTB yang terkena musibah.
”Kita harapkan sore (kemarin) atau besok pagi (hari ini) sudah terorganisasi untuk turun semuanya sehingga dari pusat, dari provinsi, dan dari kabupaten bisa bergerak bersama-sama,” ujarnya dalam keterangan yang diterima Jawa Pos.
Mantan Walikota Solo itu juga berencana mengunjungi langsung lokasi bencana dan menengok para korban hari ini. “Tadi sebetulnya sudah diatur mau ke sana tapi karena kemalaman jadi besok pagi-pagi (hari ini) ke lokasi bencana,” tuturnya.
Di sisi lain, Kepala Bidang Informasi Gempabumi dan Peringatan Dini Tsunami Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Daryono mengatakan, berdasar hasil analisis BMKG, gempabumi memiliki kekuatan 6,4 SR. Episenter gempabumi terletak pada koordinat 8,4 LS dan 116,5 BT, atau tepatnya berlokasi di darat pada jarak 47 km arah timur laut Kota Mataram pada kedalaman 24 km.
Menurut Daryono, dengan memperhatikan lokasi episenter, kedalaman hiposenter, dan mekanisme sumbernya, maka gempabumi yang terjadi merupakan jenis gempabumi dangkal akibat aktivitas Sesar Naik Flores (Flores Back Arc Thrust). ”Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan gempa ini, dibangkitkan oleh deformasi batuan dengan mekanisme pergerakan naik (thrust fault),” jelasnya.
Guncangan gempabumi ini dilaporkan telah dirasakan di daerah Lombok Utara dengan skala VI-VII MMI (Modified Mercalli Intensity). Skala IV dirasakan di Lombok Barat, Lombok Timur, Mataram, Lombok Tengah, Sumbawa Barat dan Sumbawa Besar. Skala III MMI di Denpasar, Kuta, Nusa Dua, Karangasem, Singaraja dan Gianyar. Serta skala sementara II hingga III di Bima, Tuban, Singaraja dan Mataram.
Hingga pukul 12.00 WIB, hasil monitoring BMKG menunjukkan telah terjadi 115 gempabumi susulan (aftershock) dengan Magnitudo terbesar M=5,7 pada pukul 09.16 WIB. ”5 diantaranya terasa cukup signifikan,” kata Daryono.
Daryono menambahkan, gempa ini murni tektonik. Hingga saat ini belum ditemukan ada tanda-tanda hubungan dengan aktivitas gunung Rinjani maupun Barujari. Sementara untuk kerusakan, Daryono berpendapat lebih karena faktor bangunan. “Jadi banyak bangunan yang dibangun tidak dengan standar tahan gempa,” katanya.(tau/far/syn/lyn)