IWAN KAWUL/RADAR SOLO |
Berkat ketekunan, ketulusan serta kerja keras, akhirnya mengantarkan penjual cilok keliling ini ke Tanah Suci. Sedikit demi sedikit, uang hasil penjualannya ditabung untuk biaya menunaikan perintah agamanya. Bagaimana kisahnya?
------------------
IWAN KAWUL, Wonogiri
------------------
SEJAK pagi, Giman, 41, penjual cilok keliling telah menyiapkan sepeda motornya yang telah didesain sedemikian rupa lengkap dengan gerobak di bagian belakang motornya. Ya, setiap hari warga Badran RT 3 RW 6, Kelurahan Karang, Kecamatan Slogohimo ini setiap hari memang berjualan cilok keliling ke sekolah-sekolah sekitar tempat tinggalnya. “Biasanya keliling sampai di SDN 1 Jatisrono dan SMPN 1 Jatisrono,” kata bapak dua anak ini.
Giman menekuni profesi sebagai penjual cilok ini sejak 2007 lalu. Sebelumnya dia berguru kepada kakaknya. Setelah mahir akhirnya dia memberanikan diri untuk berjualan mandiri. Usaha ini kemudian ditekuni bersama istrinya, Warti, 35. Namun dia tidak jualan keliling, tapi cukup berjualan di rumahnya. Setiap pukul 08.00 atau pukul 08.30 paling lambat, Giman telah beranjak dari rumahnya untuk menjajakkan ciloknya.
“Setiap hari modalnya Rp 100 ribu sampai Rp 120 ribu, tidak pasti, karena harga bahan baku ayam dan tepungnya naik turun,” ujarnya.
Sesampainya di tempat berjualan, Giman langsung menggelar dagangannya. Ramah senyumnya melayani para pelanggan yang sebagian besar adalah anak sekolah. Sopan pribadinya bertegur sapa dengan para penjual atau pedagang lain di sekitarnya.
“Kadang keliling sampai pukul 16.00, bahkan kadang sampai Magrib baru pulang. Hasilnya juga tidak pasti, kadang Rp 200 ribu, kadang lebih dari itu kadang kurang,” tuturnya.
Dari hasil jualannya itu, Giman bertekad mulai menyisihkan sebagian hasil jualannya. Sedikit demi sedikit uang hasil jualan ciloknya ditabung untuk biaya menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci memenuhi panggilan Illahi. “Saya menabung sedikit demi sedikit dan memang saya niatkan untuk haji,” ujarnya.
Berbekal tabungannya itu, akhirnya pada 2011 dia mulai mendaftarkan diri naik haji. Beruntung dia akhirnya bisa melunasi biaya haji dari hasil tabungan ditambah sebagian dari uang pinjaman. “Saya berangkat sendiri dulu. Istri belum ikut, karena tidak cukup biaya kalau berdua,” ujarnya.
Giman, merupakan satu dari 314 jemaah calon haji Kabupaten Wonogiri. Rencananya Giman akan berangkat pada 29 Juli mendatang bersama kloter 42 dengan nomor penerbangan GIA 6208.
Jamaah calon haji Wonogiri akan dibagi menjadi dua kloter, yakni kloter 41 dan 42. Untuk kloter 41 terdiri 19 jamaah akan berangkat pada 28 Juli mendatang, sedangkan kloter 42 terdiri 297 jamaah terbang pada 29 Juli
“Giman ini mendaftarkan diri pada 2011 lalu dengan biaya sekitar Rp 35 jutaan. Pembayaran pertama sekitar Rp 25 juta, sisanya dilunasi tahun ini. Waktu tunggu sekitar 7 tahun. Kalau mendaftar sekarang, antreannya sudah 20 tahunan,” kata Poniyanto selaku Penyusun Dokumen Haji Kantor Kementerian Agama Kabupaten Wonogiri. (*/bun)