SAIFUL ANWAR/RADAR KUDUS |
Pengasuh Ponpes Al Itqon, Bugen, Semarang itu dipilih oleh tim Ahlul Halli wal Aqdi (AHWA). Ada tujuh kiai sepuh yang juga ada Kiai Ubaid di dalamnya.
Sebelumnya, tim AHWA dipilih oleh ketua PC NU se-Jateng yang berjumlah 36 orang ditambah satu suara dari rais syuriah PW NU Jateng demisioner. Sehingga ada 37 suara. Mereka diminta menuliskan tujuh nama kiai sepuh yang nantinya menjadi tim AHWA. Berdasarkan hasil pemilihan itu, ada 20 kiai sepuh yang dipilih. Tujuh kiai dengan suara terbanyak menjadi tim AHWA.
Adapun ketua tanfidziyah PW NU Jateng masa khidmat 2018-2023 diemban oleh Muzammil. Setelah calon lainnya, Arja Imroni menyatakan tidak bersedia mencalonkan diri. Padahal, sedianya Arja memiliki 16 suara. Sedangkan, Muzammil memiliki 12 suara. Sedangkan, KH Hayatun Abdullah Hadziq (Gus Hayatun), ketua PC NU Jepara memiliki sembilan suara.
Sesuai tata tertib, peserta yang memiliki minimal 12 suara dari ketua PC NU se-Jateng berhak mencalonkan diri sebagai ketua tanfidziyah. Gus Hayatun tidak bisa melaju lagi. Namun, Arja tidak bersedia. Untuk itu, Muzammil berdasar tata tertib otomatis terpilih secara aklamasi.
Bagi KH Ubaidullah Shodaqoh, amanat tersebut melanjutkan masa jabatannya yang sebelumnya juga menjabat para masa khidmad 2013-2018. Dia mengaku, saat ini tugasnya lebih ringan dari sebelumnya,
”Maknanya, ini ditugasi oleh tim AHWA untuk mengarahkan jalannya tanfidziyah. Kalau melenceng akan dilaporkan kepada syuriah-syuriah yang mengamanati,” tuturnya.
Sementara itu, Muzamil memohon dukungan dari semua pihak agar bisa menjalankan program-program yang telah dicanangkan. Sehingga, ke depan lebih mudah untuk melaksanakannya.
”Mohon dukungannya kepada seluruh warga Nahdliyin. Semoga bisa menjalankan amanat dengan baik,” terang kiai yang menjabat sebagai wakil ketua tanfidziyah pada masa khidmat 2013-2018 itu. (ful/ris)