KEBUMEN (kebumenekspres.com) - Festival Film Purbalingga (FFP) sebagai satu-satunya festival film berskala nasional di provinsi Jawa Tengah kembali menyambangi Kebumen. Kali ini, sebanyak 8 film dokumenter dan 5 film fiksi karya pelajar Banyumas Raya dan Kebumen bakal hadir dan bisa disaksikan masyarakat.
Film-film tersebut akan diputar dengan format layar tancap ke 17 titik di kabupaten Purbalingga, Kebumen, Cilacap, Banyumas, dan Banjarnegara. Kabupaten Kebumen mendapat jatah 2 titik lokasi layar tancap yaitu di dusun Pesanggrahan, Desa/Kecamatan Karangsambung, Senin (9/7/2018) dan di Perum Jatisari Indah, Desa Jatisari, Kecamatan Kebumen Selasa, (10/7/2018). Pemutaran film dimulai pukul 19.30 hingga 22.00 WIB di setiap titiknya.
"Tidak hanya memutarkan film pendek kompetisi pelajar se-Banyumas Raya dan karya sineas dari daerah lainnya, program Layar Tanjleb FFP tahun ini juga memutarkan film panjang yang telah diapresiasi di berbagai festival baik nasional maupun internasional besutan sutradara Kamila Andini berjudul Sekala Niskala," kata Ridho Saputro dari Komunitas Kedung sebagai koordinator lokasi pemutaran Layar Tanjleb FFP 2018 di Kebumen.
Koordinator tahun sebelumnya, Puput Juang, mengatakan tidak hanya layar tancap yang dilakukan, tapi juga ada lokakarya dan pemutaran film di ruang-ruang yang lebih kecil seperti program Nonton Bersama Tetangga dan pemutaran di komplek pendopo kabupaten Purbalingga yang disertai diskusi bersama para pembuatnya.
"Program Layar Tanjleb FFP dari tahun ke tahun bisa menjadi ajang melatih kecakapan sumber daya manusia film barudi kabupaten Kebumen dan daerah lainnya yang terkait dalam mengelola sebuah festival film berkualitas dan terbukti konsisten bertahan selama belasan tahun dimana banyak volunteer terlibat didalamnya," ujarnya.
Direktur Festival Film Purbalingga, Bowo Leksono menyampaikan, festival film yang digagas Cinema Lovers Community (CLC) Purbalingga ini berkomitmen untuk terus memajukan perkembangan film lokal terutama film pelajar se-Banyumas Raya.
"Munculnya komunitas-komunitas baru dengan semangat berbagi yang sama menjadi angin segar bagi proses panjang yang telah dilalui selama ini. Apalagi kompetisi film pelajar jelas membutuhkan peningkatan mutu dari segi kualitas, bukan hanya kuantitas,” tegas Bowo Leksono.
Dimas Jayasrana mewakili Jaringan Kerja Film Banyumas Raya (JKFB) sebagai organisasi tempat bernaung komunitas film di Purbalingga, Kebumen, Cilacap, Banyumas, dan Banjarnegara menambahkan menyampaikan FFP tidak dikerjakan sendiri oleh CLC Purbalingga, tetapi melibatkan komunitas lain seperti Sangkanparan (Cilacap) serta Komunitas Kedung (Kebumen).
"Layar tancap sebagai medium pemutaran film dengan cakupan penonton yang luas tentu ampuh meningkatkan jumlah penonton film Indonesia dan mengedukasi dengan pilihan film berkualitas yang disajikan, serta menumbuhkan geliat ekonomi masyarakat. Apalagi di berbagai daerah yang tidak mempunyai bioskop jaringan komersil, hal ini tentu mengobati kerinduan masyarakat untuk menonton film dengan format layar lebar dan audio yang menggelegar," katanya. (cah).
Film-film tersebut akan diputar dengan format layar tancap ke 17 titik di kabupaten Purbalingga, Kebumen, Cilacap, Banyumas, dan Banjarnegara. Kabupaten Kebumen mendapat jatah 2 titik lokasi layar tancap yaitu di dusun Pesanggrahan, Desa/Kecamatan Karangsambung, Senin (9/7/2018) dan di Perum Jatisari Indah, Desa Jatisari, Kecamatan Kebumen Selasa, (10/7/2018). Pemutaran film dimulai pukul 19.30 hingga 22.00 WIB di setiap titiknya.
"Tidak hanya memutarkan film pendek kompetisi pelajar se-Banyumas Raya dan karya sineas dari daerah lainnya, program Layar Tanjleb FFP tahun ini juga memutarkan film panjang yang telah diapresiasi di berbagai festival baik nasional maupun internasional besutan sutradara Kamila Andini berjudul Sekala Niskala," kata Ridho Saputro dari Komunitas Kedung sebagai koordinator lokasi pemutaran Layar Tanjleb FFP 2018 di Kebumen.
Koordinator tahun sebelumnya, Puput Juang, mengatakan tidak hanya layar tancap yang dilakukan, tapi juga ada lokakarya dan pemutaran film di ruang-ruang yang lebih kecil seperti program Nonton Bersama Tetangga dan pemutaran di komplek pendopo kabupaten Purbalingga yang disertai diskusi bersama para pembuatnya.
"Program Layar Tanjleb FFP dari tahun ke tahun bisa menjadi ajang melatih kecakapan sumber daya manusia film barudi kabupaten Kebumen dan daerah lainnya yang terkait dalam mengelola sebuah festival film berkualitas dan terbukti konsisten bertahan selama belasan tahun dimana banyak volunteer terlibat didalamnya," ujarnya.
Direktur Festival Film Purbalingga, Bowo Leksono menyampaikan, festival film yang digagas Cinema Lovers Community (CLC) Purbalingga ini berkomitmen untuk terus memajukan perkembangan film lokal terutama film pelajar se-Banyumas Raya.
"Munculnya komunitas-komunitas baru dengan semangat berbagi yang sama menjadi angin segar bagi proses panjang yang telah dilalui selama ini. Apalagi kompetisi film pelajar jelas membutuhkan peningkatan mutu dari segi kualitas, bukan hanya kuantitas,” tegas Bowo Leksono.
Dimas Jayasrana mewakili Jaringan Kerja Film Banyumas Raya (JKFB) sebagai organisasi tempat bernaung komunitas film di Purbalingga, Kebumen, Cilacap, Banyumas, dan Banjarnegara menambahkan menyampaikan FFP tidak dikerjakan sendiri oleh CLC Purbalingga, tetapi melibatkan komunitas lain seperti Sangkanparan (Cilacap) serta Komunitas Kedung (Kebumen).
"Layar tancap sebagai medium pemutaran film dengan cakupan penonton yang luas tentu ampuh meningkatkan jumlah penonton film Indonesia dan mengedukasi dengan pilihan film berkualitas yang disajikan, serta menumbuhkan geliat ekonomi masyarakat. Apalagi di berbagai daerah yang tidak mempunyai bioskop jaringan komersil, hal ini tentu mengobati kerinduan masyarakat untuk menonton film dengan format layar lebar dan audio yang menggelegar," katanya. (cah).