JAKARTA – Suhu panas di Madinah membuat jemaah haji harus dirawat. Beberapa diantaranya mengalami luka bakar pada kaki karena kehilangan alas kaki.
Kepala Pusat Kesehatan Haji Kemenkes Eka Jusuf Singka mengatakan sampai dengan tanggal 21 Juli, ada 41 orang yang sudah berobat di klinik kesehatan haji Indonesia (KKHI) Madinah. Dari jumlah tersebut, tiga dirujuk ke rumah sakit Arab Saudi dan empat masih dirawat di KKHI. ”Pasien lainnya sudah kembali ke pondokan,” katanya kemarin (22/7/2018)
Dalam pemantauannya di Masjid Nabawi, Eka melihat beberapa jemaah haji yang kehilangan alas kaki. ”Saat ini sudah ada delapan jemaah yang mengalami luka bakar karena pulang dari masjid tanpa alas kaki,” kata Eka.
Mengantisipasi jemaah yang kehilangan sandal, Kemenkes telah menyiagakan 20.400 pasang sandal. Alas kaki gratis ini diperuntukkan untuk jemaah yang tidak pakai sandal saat pulang dari masjid. ”Ini membuat petugas kesehatan haji Indonesia menyediakan sandal yang dibawa oleh Tim Promotif Preventif (TPP) Kesehatan Indonesia. Kita selalu berupaya semaksimal mungkin melakukan penyuluhan ke sektor-sektor agar jamaah haji yang masuk ke dalam masjid untuk membawa alas kakinya sendiri-sendiri,” ungkap Eka.
Eka mengatakan Kemenkes telah menyiapkan klinik-klinik kesehatan di bandara Madinah dan Jeddah. ”Saat ini operasional masih ada di Madinah sampai sebagian jamaah haji sudah berangkat ke Makkah,” tutur Eka.
Selain pemberian sandal gratis, untuk pelaksanaan haji tahun ini salah satu inovasi dari Kemenkes adalah Kartu Kesehatan Jemaah Haji (KKJH). KKJH memuat tentang informasi-informasi yang ada di Siskohat. ”Di belakang kartu ini ada di ICV yang menandakan bahwa jemaah sudah divaksinasi,” jelas Eka.
KKJH dianggap lebih efisien dibandingkan dengan buku kesehatan karena kartu ini bersifat mobile dan statistik. Sehingga semua update tentang status kesehatan jemaah selalu ada. Bahkan catatan pembinaan sejak di tanah air sudah tercatat di kartu kesehatan haji. ”Kartu kesehatan jemaah haji akan membuat jemaah haji patuh terhadap sistem komputerisasi siskohat yang telah dibangun oleh Kemenkes dan Kemenag selama bertahun-tahun,” imbuhnya. (lyn)
Kepala Pusat Kesehatan Haji Kemenkes Eka Jusuf Singka mengatakan sampai dengan tanggal 21 Juli, ada 41 orang yang sudah berobat di klinik kesehatan haji Indonesia (KKHI) Madinah. Dari jumlah tersebut, tiga dirujuk ke rumah sakit Arab Saudi dan empat masih dirawat di KKHI. ”Pasien lainnya sudah kembali ke pondokan,” katanya kemarin (22/7/2018)
Dalam pemantauannya di Masjid Nabawi, Eka melihat beberapa jemaah haji yang kehilangan alas kaki. ”Saat ini sudah ada delapan jemaah yang mengalami luka bakar karena pulang dari masjid tanpa alas kaki,” kata Eka.
Mengantisipasi jemaah yang kehilangan sandal, Kemenkes telah menyiagakan 20.400 pasang sandal. Alas kaki gratis ini diperuntukkan untuk jemaah yang tidak pakai sandal saat pulang dari masjid. ”Ini membuat petugas kesehatan haji Indonesia menyediakan sandal yang dibawa oleh Tim Promotif Preventif (TPP) Kesehatan Indonesia. Kita selalu berupaya semaksimal mungkin melakukan penyuluhan ke sektor-sektor agar jamaah haji yang masuk ke dalam masjid untuk membawa alas kakinya sendiri-sendiri,” ungkap Eka.
Eka mengatakan Kemenkes telah menyiapkan klinik-klinik kesehatan di bandara Madinah dan Jeddah. ”Saat ini operasional masih ada di Madinah sampai sebagian jamaah haji sudah berangkat ke Makkah,” tutur Eka.
Selain pemberian sandal gratis, untuk pelaksanaan haji tahun ini salah satu inovasi dari Kemenkes adalah Kartu Kesehatan Jemaah Haji (KKJH). KKJH memuat tentang informasi-informasi yang ada di Siskohat. ”Di belakang kartu ini ada di ICV yang menandakan bahwa jemaah sudah divaksinasi,” jelas Eka.
KKJH dianggap lebih efisien dibandingkan dengan buku kesehatan karena kartu ini bersifat mobile dan statistik. Sehingga semua update tentang status kesehatan jemaah selalu ada. Bahkan catatan pembinaan sejak di tanah air sudah tercatat di kartu kesehatan haji. ”Kartu kesehatan jemaah haji akan membuat jemaah haji patuh terhadap sistem komputerisasi siskohat yang telah dibangun oleh Kemenkes dan Kemenag selama bertahun-tahun,” imbuhnya. (lyn)