IMAM/EKSPRES |
Salah satu kernet angkot jurusan Kebumen-Gombong Taufik (27) menyampaikan, sejak dua hari ini pendapatan angkutan menurun. Biasanya dalam sehari setidaknya dapat mengantongi uang Rp 600 ribu. Namun dalam dua hari ini meski telah empat kali pulang pergi Kebumen-Gombong hanya dapat menghasilan Rp 400 ribu saja. “Kalau penumpangnya seharusnya tambah banyak, karena siswa sudah kembali sekolah, namun pendapatan justru menurun,” tuturnya, Selasa (17/7/2018).
Dijelaskannya dari jumlah pendapatan Rp 400 ribu jelas sangat minim, sebab awak angkutan harus memberi setoran kepada pemilik dan juga biaya operasional. Setelah itu tercukup sisanya dibagi antara sopir dan kernet dengan prosentase yang telah disepakati bersama. “Pendapat menjadi berkurang bila dibandingkan dengan hari biasa,” paparnya.
Setidaknya terdapat dua hal yang menyebabkan menurunnya pendapat yakni belum pastinya jadwal pulang sekolah dan banyaknya armada angkotan beroperasi. Saat pertama mulai masuk sekolah biasanya beberapa sekolah belum melaksanakan kegiatan belajar mengajar secara penuh, sehingga para sopir belum bisa memprediksi waktu pulang.
Selain itu selama masa liburan, banyak armada yang tidak beroperasi secara umum. Ini bisa terjadi lantaran banyak yang mendapat certeran atau memang tidak berangkat. Sementara itu saat sekolah sudah mulai aktif maka para awak angkutan yang semula meliburkan kini mulai aktif kembali. “Dua hal itu yang menjadikan pendapatan menurun,” jelanya.
Topik menjelaskan, saat sekolah telah beroperasi seperti biasa, maka kemungkinan pendapatan para awak angkot akan kembali setabil. Pasalnya setiap angkotan beroperasi tentunya membutuhkan biaya operasional. Biaya operasional untuk bahan bakar, harus ada meskipun angkot tidak mendapatkan penumpang. “Jika banyak mendapatkan penumpang, angkot bisa mendapatkan laba. Sebaliknya jika sepi penumpang, angkotan tentu saja bisa rugi, sebab biaya operasioal tetap harus ada,” ucapnya. (mam)