BANJARNEGARA - Hamparan es/bun upas yang memutih menjadi buruan wisatawan. Namun di sisi lain, menimbulkan kerugian besar bagi petani. Pasalnya fenomena ini membuat kentang yang belum cukup umur terancam gagal panen.
Camat Batur Herry Kartika, Kamis (26/7) mengatakan petani memang mengetahui dampak bun upas terhadap tanaman kentang. Namun sayangnya fenomena ini sulit diprediksi. "Kapan turunnya tidak bisa dipastikan. Kadang setahun hanya sekali. Kadang tidak tapi tahun ini turun sampai beberapa kali," paparnya. Dia menyebut bun upas pada tahun ini tercatat terjadi pada tanggal 6, 25 dan 26 Juli.
"Kemarin tebentuk es tebal. Pagi ini kembali ada es. Suhu sampai minus lima derajat," jelasnya. Bun upas ini, kerap terjadi setiap musim kemarau. Sebab suhu udaranya lebih dingin dibandingkan musim penghujan.
Meskipun demikian, petani tetap menanam kentang. Sebab pada musim kemarau produktivitasnya bagus. Selain itu harganya juga tinggi. "Jadi ada unsur untung-untungan. Kalau bun upas turun sudah bisa dipanen ya untung," urainya.
Namun petani akan merugi jika bun upas turun ketika umur tanaman masih di bawah 60 hari. Sebab tidak bisa diselamatkan. Sedangkan tanaman yang sudah berusia di atas 80 hari, tetap bisa dipanen meskipun terserang bun upas. Dia menyebut lahan kentang yang terdampak bun upas kali ini sekitar 20 hektar. Sedangkan harga jual kentang berkisar Rp 8.500 per kilogram. (drn)
Camat Batur Herry Kartika, Kamis (26/7) mengatakan petani memang mengetahui dampak bun upas terhadap tanaman kentang. Namun sayangnya fenomena ini sulit diprediksi. "Kapan turunnya tidak bisa dipastikan. Kadang setahun hanya sekali. Kadang tidak tapi tahun ini turun sampai beberapa kali," paparnya. Dia menyebut bun upas pada tahun ini tercatat terjadi pada tanggal 6, 25 dan 26 Juli.
"Kemarin tebentuk es tebal. Pagi ini kembali ada es. Suhu sampai minus lima derajat," jelasnya. Bun upas ini, kerap terjadi setiap musim kemarau. Sebab suhu udaranya lebih dingin dibandingkan musim penghujan.
Meskipun demikian, petani tetap menanam kentang. Sebab pada musim kemarau produktivitasnya bagus. Selain itu harganya juga tinggi. "Jadi ada unsur untung-untungan. Kalau bun upas turun sudah bisa dipanen ya untung," urainya.
Namun petani akan merugi jika bun upas turun ketika umur tanaman masih di bawah 60 hari. Sebab tidak bisa diselamatkan. Sedangkan tanaman yang sudah berusia di atas 80 hari, tetap bisa dipanen meskipun terserang bun upas. Dia menyebut lahan kentang yang terdampak bun upas kali ini sekitar 20 hektar. Sedangkan harga jual kentang berkisar Rp 8.500 per kilogram. (drn)