JAKARTA (5/8) – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi gelombang tinggi masih akan terjadi hingga Oktober nanti. Kecelakaan kapal masih menghantui. Untuk itu Ditjen Perhubungan Laut meminta untuk seluruh aktifitas pelayaran dalam kondisi waspada.
Jumat lalu (3/8) terjadi kecelakaan laut yang diduga karena cuaca ekstrim dan gelombang tinggi. KM. Bunga Hati 2 dengan GT 27 tenggelam di sekitar Perairan Pulau Cendikia Indramayu Jawa Barat. Kapal kayu itu membawa 13 orang awak kapal termasuk nahkoda yang berangkat dari Pelabuhan Perikanan Karangsong Indramayu tujuan Laut Jawa.
Seluruh awak kapal dinyatakan hilang. Namun kemarin (5/8/2018) seluruh awak kapal berhasil ditemukan. Kondisi mereka selamat. ”Tim Sar dikerahkan termasuk Kapal Patroli KNP Alugara P-114 dan KN. Clurit P-203 dari PLP Tanjung Priok untuk mencari seluruh awak. 13 awak kapal yang berhasil dievakuasi oleh kapal MT. Bahari Maju 2 langsung dibawa ke Sampit untuk penanganan lebih lanjut,” kata Direktur Kesatuan Penjagaan Laut dan Pantai (KPLP) Junaidi kemarin.
Pada hari yang sama dengan tragedy KM Bunga Hati 2, KM. Alyssa tenggelam di Perairan Mentawai Sumatera Barat. Kapal KM. Alyssa dengan GT 99 yang dinakhodai Irwanto Leo membawa enam orang ABK dan `17 orang penumpang. ”Seluruhnya berhasil dievakuasi dengan selamat. Adapun penyebab terjadinya kecelakaan tersebut diduga karena gelombang tinggi dan kuatnya angin sehingga kapal KM. Alyssa tenggelam,” ucap Junaidi.
Pada saat kejadian, kecepatan angin mencapai 25 knot dari Tenggara dan tinggi gelombang sekitar 2 sampai 4 meter. Kapal yang berangkat dari Pelabuhan Muara Padang dengan tujuan Pelabuhan Tua Pejat itu di tengah pelayaran mengubah tujuan ke Katiet. ”Tujuannya untuk mengantarkan penumpang ke lokasi surfing. Dalam perjalanan tersebut kapal memasuki cuaca buruk," ujar Junaidi.
Junaidi meminta pemilik kapal dan nakhoda memastikan alat keselamatan tersedia di atas kapal. Sebab ancaman gelombang tinggi masih terus terjadi. Berdasarkan rilis BMKG terdapat pola tekanan tinggi di wilayah Perairan Barat Australia, yang dapat memicu terjadinya peningkatan kecepatan angin Timuran dengan kecepatan 55 km/jam melewati Samudra Hindia, Barat Lampung hingga Selatan Jawa, dan Perairan Selatan Banten hingga Jawa Barat.
Direktur Jenderal Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan R. Agus H. Purnomo kemarin mengingatkan agar nakhoda kapal dan pihak-pihak terkait lainnya untuk mewaspadai potensi terjadinya gelombang tinggi. ”Saya minta para Syahbandar tidak menerbitkan Surat Persetujuan Berlayar (SPB) di tengah cuaca ekstrim dengan gelombang tinggi yang dapat membahayakan keselamatan pelayaran," kata Agus. (lyn)
Jumat lalu (3/8) terjadi kecelakaan laut yang diduga karena cuaca ekstrim dan gelombang tinggi. KM. Bunga Hati 2 dengan GT 27 tenggelam di sekitar Perairan Pulau Cendikia Indramayu Jawa Barat. Kapal kayu itu membawa 13 orang awak kapal termasuk nahkoda yang berangkat dari Pelabuhan Perikanan Karangsong Indramayu tujuan Laut Jawa.
Seluruh awak kapal dinyatakan hilang. Namun kemarin (5/8/2018) seluruh awak kapal berhasil ditemukan. Kondisi mereka selamat. ”Tim Sar dikerahkan termasuk Kapal Patroli KNP Alugara P-114 dan KN. Clurit P-203 dari PLP Tanjung Priok untuk mencari seluruh awak. 13 awak kapal yang berhasil dievakuasi oleh kapal MT. Bahari Maju 2 langsung dibawa ke Sampit untuk penanganan lebih lanjut,” kata Direktur Kesatuan Penjagaan Laut dan Pantai (KPLP) Junaidi kemarin.
Pada hari yang sama dengan tragedy KM Bunga Hati 2, KM. Alyssa tenggelam di Perairan Mentawai Sumatera Barat. Kapal KM. Alyssa dengan GT 99 yang dinakhodai Irwanto Leo membawa enam orang ABK dan `17 orang penumpang. ”Seluruhnya berhasil dievakuasi dengan selamat. Adapun penyebab terjadinya kecelakaan tersebut diduga karena gelombang tinggi dan kuatnya angin sehingga kapal KM. Alyssa tenggelam,” ucap Junaidi.
Pada saat kejadian, kecepatan angin mencapai 25 knot dari Tenggara dan tinggi gelombang sekitar 2 sampai 4 meter. Kapal yang berangkat dari Pelabuhan Muara Padang dengan tujuan Pelabuhan Tua Pejat itu di tengah pelayaran mengubah tujuan ke Katiet. ”Tujuannya untuk mengantarkan penumpang ke lokasi surfing. Dalam perjalanan tersebut kapal memasuki cuaca buruk," ujar Junaidi.
Junaidi meminta pemilik kapal dan nakhoda memastikan alat keselamatan tersedia di atas kapal. Sebab ancaman gelombang tinggi masih terus terjadi. Berdasarkan rilis BMKG terdapat pola tekanan tinggi di wilayah Perairan Barat Australia, yang dapat memicu terjadinya peningkatan kecepatan angin Timuran dengan kecepatan 55 km/jam melewati Samudra Hindia, Barat Lampung hingga Selatan Jawa, dan Perairan Selatan Banten hingga Jawa Barat.
Direktur Jenderal Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan R. Agus H. Purnomo kemarin mengingatkan agar nakhoda kapal dan pihak-pihak terkait lainnya untuk mewaspadai potensi terjadinya gelombang tinggi. ”Saya minta para Syahbandar tidak menerbitkan Surat Persetujuan Berlayar (SPB) di tengah cuaca ekstrim dengan gelombang tinggi yang dapat membahayakan keselamatan pelayaran," kata Agus. (lyn)