fotojawapos |
Yang melegakan adalah, ada sejumlah atlet muda potensial yang bisa menjadi tumpuan Indonesia di masa mendatang. Misalnya, pebulu tangkis, Jonatan Christie, Anthony Sinisuka Ginting, Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo dan Fajar Alfian/M. Rian Ardianto.
Khusus di bulu tangkis, Indonesia terus menjaga gap agar regenerasi tetap bisa diamankan. Salah satunya di nomor ganda putra. Pada Asian Games 2018, Indonesia mampu mengirim dua ganda di laga final. Marcus/Kevin dan Fajar/Rian menjadi tumpuan besar PP PBSI untuk bisa berbicara banyak di pentas Olimpiade 2020.
Pengumpulan poin menuju Olimpiade 2020, bakal berlangsung awal tahun depan. Herry Iman Pierngadi, pelatih ganda putra pelatnas cukup percaya diri dengan komposisi pemain yang dia miliki. "Hasil Asian Games ini jadi salah satu parameter kami, harapannya, di BWF Tour mereka bisa tetap konsisten," ujar pelatih yang dijuluki Naga Api tersebut.
Setelah menuai kesuksesan di Asian Games 2014, timnas panjat tebing tak lantas berleha-leha. Mereka kini menatap Olimpiade 2020 Tokyo, Jepang. Meski, hanya nomor combined saja yang dipertandingkan. Sedangkan, dua nomor andalan Indonesia seperti nomor speed individu dan speed relay tidak dilombakan.
Pelatih speed panjat tebing Indonesia Hendra Basir menyayangkan hal itu. Meski begitu, pelatnas tetap berjalan sesuai program. "Karena program kami selama pelatnas tujuannya adalah olipmpiade. Kebetulan saja di depan mata ada Asian Games," ucapnya saat dihungi Jawa Pos.
Untuk mempertahankan performa Aries Susanti, Puji Lestari, Aspar Jaelolo dkk, tim pelatih sudah menyiapkan agenda tur kejuaraan dunia. "Setelah Asian Games masih ada tujuh turnamen dunia yang akan diikuti anak-anak hingga akhir tahun," terang Hendra.
Dengan rutin berkompetisi, lanjut dia, otomatis akan mental bertanding atlet akan terus terjaga. Sekaligus, mengetahui perkembangan dan persaingan pemanjat elit dunia. "Rusia dan Tiongkok, mereka terus berkompetisi. Tidak heran jika mereka selalu podium di Asia maupun Olimpiade," terangnya.
Di sisi lain, cabor panahan punya dua pemanah yang diproyeksikan untuk menembus Olimpiade Tokyo 2020. Mereka adalah Diananda Choirunisa dan Riau Ega Agatha Salsabila yang masing-masing menyumbang perak dan perunggu untuk Indonesia di nomor recurve individual.
Raihan medali tersebut tidak memuaskan keduanya. Khususnya bagi Nisa yang tembus hingga final perebutan juara melawan pemanah Tiongkok Zhang Xinyan. Kekalahan Nisa berarti melepas satu tiket untuk masuk kualifikasi Olimpiade. Artinya ia harus bekerja lebih keras.
"Saya dan Mas Ega sudah optimistis di World Cup nanti kami bisa rebut tiket menuju Olimpiade," ujar Nisa.
Untuk itu, setelah ini baik Nisa dan Ega akan terus berlatih untuk mempertajam teknik mereka. Menurut pelatih pelatnas nomor recurve Nurfitriyana Saiman, seorang pemanah harus banyak mengikuti kejuaraan. Tidak melulu soal lolos kualifikasi Olimpiade, tapi juga untuk menambah jam terbang pemanah menghadapi lawan kelas dunia. Rencananya mereka akan mengikuti kejuaraan di Tiongkok, Turki, juga Eropa.
"Panahan itu harus banyak ikut uji coba untuk meningkatkan kepercayaan diri mereka," tutur Yana. Mereka berharap kesempatan tampil di World Cup series bisa lebih diberikan lebih banyak dalam persiapan menuju Olimpiade 2020.
Sementara itu, di nomor sprint atletik, PB PASI punya modal berharga dengan adanya Lalu Muhammad Zohri. Pelari muda 18 tahun itu menjadi motor tim estafet 4x100 meter putra Indonesia dalam mengamankan medali perak pada Asian Games 2018. Selama 8 bulan terakhir, mereka menjalani tiga uji coba internasional.
Khusus Zohri, dia mengikuti training camp di Amerika Serikat, tes event Asian Games dan Kejuaraan Dunia U-20 di Tampere Finlandia. Pada event terakhir, Zohri menjadi juara dunia pertama bagi Indonesia. Selanjutnya, PB PASI akan menerapkan kebijakan yang sama untuk menyongsong event besar di masa depan.
Tigor Tanjung, Sekjen PB PASI menegaskan bahwa para atlet Indonesia tidak boleh tercerabut dari akarnya. Artinya, training camp yang akan diberikan kepada atlet bakal lebih maksimal. "Mereka tetap butuh untuk mendapatkan atmosfer kompetisi, tetapi tidak untuk jangka panjang di luar negeri," ujarnya.
Terlebih lagi, Kemenpora juga berkomitmen untuk mendukung atlet potensial mempersiapkan diri menuju Olimpiade 2020. "Pelatnas juga masih jalan terus sampai akhir tahun, untuk try out berikutnya bisa diajukan untuk anggaran pelatnas tahun depan," beber Mulyana, Deputi IV Peningkatan Prestasi Olahraga. (nap/feb/han)