JAKARTA – Makin banyak orang yang terjerat bandar narkotika. Kemarin (21/9/2018) Direktorat Tindak Pidana Narkoba (Dittipid Narkoba) Bareskrim mengungkapkan adanya kenaikan jumlah tersangka kasus narkotika pekan ini, kendati jumlah kasus narkotika menurun.
Sesuai data Dittipid Narkoba, pekan kedua September jumlah kasus narkotika mencapai 896 kasus dengan tersangka mencapai 1.138 orang. Namun, pekan ketiga ini jumlah kasus menurun menjadi 890 kasus dengan jumlah tersangka lebih banyak 1.159. artinya, terjadi peningkatan dengan presentase 1,85 persen.
Direktur Dittipid Narkoba Bareskrim Brigjen Eko Daniyanto menjelaskan, memang bandar narkotika itu terus berupaya untuk merekrut orang agar bisa melancarkan bisnis haramnya. ”Ada banyak cara yang dilakukan,” ungkapnya. .
Belajar dari pengalaman selama ini, banyak warga asing mendekati perempuan Indonesia. untuk dipacari atau malah sampai menikah. Namun, setelah itu menyuruh ke Indonesia dengan membawa narkotika. ”Ini kerap terjadi,” ujarnya.
Biasanya yang menjadi sasaran adalah tenaga kerja wanita (TKW). Menurutnya, beberapa kali TKW ditangkap karena membawa narkotika. ”Saya himbau untuk lebih cermat kalau disuruh membawa sesuatu ke Indonesia. jangan mau kalau tidak mengerti betul,” ungkapnya.
Selain itu, karakter narkotika memang membutuhkan kurir dan sebagainya. Dia mengatakan, karena itu banyak yang diiming-imingi mendapat bayaran besar kirim barang. ”Tapi isinya narkotika,” ungkapnya.
Selain itu yang juga penting, pekan ini posisi Polda Sumatera Utara yang sebelumnya tertinggi kasus narkotika digeser oleh Polda Metro Jaya. Pekan ketiga September ini diketahui jumlah kasus Polda Metro Jaya mencapai 211 kasus dan Sumut hanya 116 kasus. ”Diikuti Polda Jatim den gan 99 kasus,” paparnya.
Menurutnya, dalam peta peredaran narkotika antara Jakarta dan Sumut itu sebenarnya terhubung. Sebab, narkotika biasanya diselundupkan masuk melewati Sumut dan tujuannya Jakarta. ”Banyak yang begini,” terangnya.
Hingga saat ini narkotika yang paling banyak beredar adalah sabu. Narkotika terfavorit kedua adalah ganja. ”Baru ekstasi dan daftar G, yang paling banyak beredar yang paling disukai,” ujarnya. (idr)
Sesuai data Dittipid Narkoba, pekan kedua September jumlah kasus narkotika mencapai 896 kasus dengan tersangka mencapai 1.138 orang. Namun, pekan ketiga ini jumlah kasus menurun menjadi 890 kasus dengan jumlah tersangka lebih banyak 1.159. artinya, terjadi peningkatan dengan presentase 1,85 persen.
Direktur Dittipid Narkoba Bareskrim Brigjen Eko Daniyanto menjelaskan, memang bandar narkotika itu terus berupaya untuk merekrut orang agar bisa melancarkan bisnis haramnya. ”Ada banyak cara yang dilakukan,” ungkapnya. .
Belajar dari pengalaman selama ini, banyak warga asing mendekati perempuan Indonesia. untuk dipacari atau malah sampai menikah. Namun, setelah itu menyuruh ke Indonesia dengan membawa narkotika. ”Ini kerap terjadi,” ujarnya.
Biasanya yang menjadi sasaran adalah tenaga kerja wanita (TKW). Menurutnya, beberapa kali TKW ditangkap karena membawa narkotika. ”Saya himbau untuk lebih cermat kalau disuruh membawa sesuatu ke Indonesia. jangan mau kalau tidak mengerti betul,” ungkapnya.
Selain itu, karakter narkotika memang membutuhkan kurir dan sebagainya. Dia mengatakan, karena itu banyak yang diiming-imingi mendapat bayaran besar kirim barang. ”Tapi isinya narkotika,” ungkapnya.
Selain itu yang juga penting, pekan ini posisi Polda Sumatera Utara yang sebelumnya tertinggi kasus narkotika digeser oleh Polda Metro Jaya. Pekan ketiga September ini diketahui jumlah kasus Polda Metro Jaya mencapai 211 kasus dan Sumut hanya 116 kasus. ”Diikuti Polda Jatim den gan 99 kasus,” paparnya.
Menurutnya, dalam peta peredaran narkotika antara Jakarta dan Sumut itu sebenarnya terhubung. Sebab, narkotika biasanya diselundupkan masuk melewati Sumut dan tujuannya Jakarta. ”Banyak yang begini,” terangnya.
Hingga saat ini narkotika yang paling banyak beredar adalah sabu. Narkotika terfavorit kedua adalah ganja. ”Baru ekstasi dan daftar G, yang paling banyak beredar yang paling disukai,” ujarnya. (idr)