KEBUMEN (kebumenekspres.com) - Dampak penghentian program angkutan gratis (angtis) oleh Pemkab Kebumen mulai dirasakan para awak angkutan. Baru tiga hari dihentikan, tepatnya sejak 1 September kemarin, omzet awak angkutan turun drastis hingga 50 persen lebih dari biasanya.
Anjloknya pendapatan kontan membuat memukul awak angkutan ditengah makin sepinya penumpang ditambah persaingan dengan moda angkutan lain, termasuk becak motor dan angkutan online.
“Jelas sekali dampaknya bagi kami, rata-rata pendapatan kami turun 50 persen dibanding sebelum ada penghentian angkutan gratis,” ungkap Ketua Paguyuban Angkutan Manunggal jurusan Kebumen-Prembun, Kharisun didampingi ketua paguyuban angkutan Kebumen-Gombong Lawet, Jati Purnomo kepada Ekspres, belum lama ini.
Jati menuturkan, dihentikannya angkutan gratis memang tidak serta merta membuat jumlah penumpang turun drastis. Tapi kebijakan itu membuat tarif angkutan kembali ke tarif semula.
Dia menjelaskan, untuk pelajar sekarang dikenakan tarif antara Rp 1.000-Rp 2.000 per penumpang. Tarif ini jauh lebih rendah dibanding saat program angkutan gratis masih berjalan, yakni Rp 3500 per pelajar miskin untuk sekali perjalanan.
“Jauh dekat kalau menggunakan kupon angkutan gratis kita mendapat bayaran Rp 3.500. Kalau sekarang pelajar cuma mbayar Rp 1000-Rp 2000. Jelas susut sekali
pendapatan kita kan,” bebernya.
Selama ini, lanjut dia, tiap awak angkutan bisa mendapat klaim jasa sewa angkutan rata-rata antara Rp 5-7 juta tiap bulan. Namun saat ini bisa menutup setoran saja dia mengaku sudah beruntung.
Ditambahkannya, anjloknya pendapatan awak angkutan bisa memberi efek domino. Yakni berkurangnya jumlah angkutan yang beroperasi. Minimnya pendapatan ditambah biaya operasional yang tinggi jelas membuat angkutan berpikir dua kali untuk beroperasi.
Kharisun mengatakan, dari 70 angkutan yang beroperasi pada trayek Kebumen-Prembun, saat ini sudah berkurang hingga tinggal 40-50 angkutan saja.
“Mau narik pikir-pikir dulu karena takutnya ndak nutup buat bayar setoran,” ucap dia.
Meski demikian mereka berdua saat ini mengaku hanya bisa pasrah dengan kebijakan penghentian angkutan gratis tersebut. Sebab anggaran untuk program itu
memang sudah habis.
Namun mereka berharap agar pemerintah kembali meneruskan program ini untuk tahun 2019 mendatang. Terlebih program ini merupakan salah satu visi
misi bupati Yahya Fuad-Yazid Mahfudz untuk mengentaskan kemiskinan di Kabupaten Kebumen.
Sebelumnya, Pemkab Kebumen menghentikan sementara program angkutan gratis (Angtis) bagi warga, pelajar dan pedagang kurang mampu per 1 September 2018.
Kebijakan ini terpaksa dilakukan karena habisnya anggaran di Dinas Perhubungan Kabupaten Kebumen untuk program tersebut.
Kepala Dinas Perhubungan Kebumen Drs Maskhemi mengungkapkan, penyebab dihentikannya program yang menjadi unggulan Bupati (non aktif) Mohammad Yahya
Fuad dan Wakil Bupati Yazid Mahfudz itu karena alokasi anggarannya dipangkas hingga 50 persen. Dia menjelaskan, anggaran untuk program angtis di tahun 2018 awalnya sebesar
Rp 5,5 miliar. (has)
Anjloknya pendapatan kontan membuat memukul awak angkutan ditengah makin sepinya penumpang ditambah persaingan dengan moda angkutan lain, termasuk becak motor dan angkutan online.
“Jelas sekali dampaknya bagi kami, rata-rata pendapatan kami turun 50 persen dibanding sebelum ada penghentian angkutan gratis,” ungkap Ketua Paguyuban Angkutan Manunggal jurusan Kebumen-Prembun, Kharisun didampingi ketua paguyuban angkutan Kebumen-Gombong Lawet, Jati Purnomo kepada Ekspres, belum lama ini.
Jati menuturkan, dihentikannya angkutan gratis memang tidak serta merta membuat jumlah penumpang turun drastis. Tapi kebijakan itu membuat tarif angkutan kembali ke tarif semula.
Dia menjelaskan, untuk pelajar sekarang dikenakan tarif antara Rp 1.000-Rp 2.000 per penumpang. Tarif ini jauh lebih rendah dibanding saat program angkutan gratis masih berjalan, yakni Rp 3500 per pelajar miskin untuk sekali perjalanan.
“Jauh dekat kalau menggunakan kupon angkutan gratis kita mendapat bayaran Rp 3.500. Kalau sekarang pelajar cuma mbayar Rp 1000-Rp 2000. Jelas susut sekali
pendapatan kita kan,” bebernya.
Selama ini, lanjut dia, tiap awak angkutan bisa mendapat klaim jasa sewa angkutan rata-rata antara Rp 5-7 juta tiap bulan. Namun saat ini bisa menutup setoran saja dia mengaku sudah beruntung.
Ditambahkannya, anjloknya pendapatan awak angkutan bisa memberi efek domino. Yakni berkurangnya jumlah angkutan yang beroperasi. Minimnya pendapatan ditambah biaya operasional yang tinggi jelas membuat angkutan berpikir dua kali untuk beroperasi.
Kharisun mengatakan, dari 70 angkutan yang beroperasi pada trayek Kebumen-Prembun, saat ini sudah berkurang hingga tinggal 40-50 angkutan saja.
“Mau narik pikir-pikir dulu karena takutnya ndak nutup buat bayar setoran,” ucap dia.
Meski demikian mereka berdua saat ini mengaku hanya bisa pasrah dengan kebijakan penghentian angkutan gratis tersebut. Sebab anggaran untuk program itu
memang sudah habis.
Namun mereka berharap agar pemerintah kembali meneruskan program ini untuk tahun 2019 mendatang. Terlebih program ini merupakan salah satu visi
misi bupati Yahya Fuad-Yazid Mahfudz untuk mengentaskan kemiskinan di Kabupaten Kebumen.
Sebelumnya, Pemkab Kebumen menghentikan sementara program angkutan gratis (Angtis) bagi warga, pelajar dan pedagang kurang mampu per 1 September 2018.
Kebijakan ini terpaksa dilakukan karena habisnya anggaran di Dinas Perhubungan Kabupaten Kebumen untuk program tersebut.
Kepala Dinas Perhubungan Kebumen Drs Maskhemi mengungkapkan, penyebab dihentikannya program yang menjadi unggulan Bupati (non aktif) Mohammad Yahya
Fuad dan Wakil Bupati Yazid Mahfudz itu karena alokasi anggarannya dipangkas hingga 50 persen. Dia menjelaskan, anggaran untuk program angtis di tahun 2018 awalnya sebesar
Rp 5,5 miliar. (has)