JAKARTA—Hoax alias berita bohong demonstrasi mahasiswa di depan gedung Mahkamah Konstitusi membuat Polri bergerak. Kemarin (17/9) Polri mengungkap penangkapan empat orang penyebar hoax tersebut. Salah satu penyebar hoax bernama Gun Gun Gunawan mendapatkan hoax dari sebuah grup Whatsapp bernama BISMILLAH yang disebut sebagai grup relawan Prabowo.
Direktur Tindak Pidana Siber (Dittipid Siber) Bareskrim Brigjen Rahmad Wibowo menuturkan bahwa Gun Gun menggunakan akun bernama Wawan Gunawan untuk menyebarkan hoax tersebut. Akun milik Gun Gun ini telah dibagikan 5.400 kali dan dikomentari sebanyak 312 kali. ”Padahal, jumlah teman dalam akun itu hanya 2.138 orang,” ujarnya.
Dalam hoax itu terdapat empat foto dan satu video yang setelah dicek merupakan simulasi demonstrasi yang sudah lama. Hastag dari status hoax itu adalah #MahasiswaBergerak. ”Dalam komentarnya juga banyak mengarah pada penurunan Jokowi,” tuturnya.
Konten hoax itu didapat dari grup WA bernama BISMILLAH, tanpa ada konfirmasi dan klarifikasi hoax itu disebarkan. ”Kami cek semuanya yag terhubung,” paparnya.
Pelaku lainnya adalah Suhada Al Syuhada yang menggunakan akun bernama Syuhada Al Aqse. Konten hoax yang disebarkan hampir sama dengan pelaku pertama. Namun ada tambahan dengan mengklaim media televisi telah dikuasai petahana. ”Hoax ini disebarkan seanyak 98 ribu kali dan dikomentari sebanyak 5.200 kali di akun tersebut,” ungkapnya.
Ketiga, pelaku bernama M. Yusuf yang menggunakan akun bernama DOI. Kotennya sama dengan tambahan untuk memboikot Metro TV karena melakukan pembodohan publik. ”Penyebaran di grup FB dengan member 115 ribu orang,” paparnya.
Pelaku ketiga merupakan Nugrasius yang berakun Nugra Ze, konten disebarkan sebanyak 30 ribu kali. ”Pelaku melakukan rekayasa,” papar jenderal berbintang satu tersebut.
Sementara Kapolri Jenderal Tito Karnavian angkat bicara terkait kasus tersebut. Menurutnya, yang tidak bisa ditelelir oleh Polri adalah sesuatu yang seolah-olah ada namun, ternyata rekayasa. ”Ini kampanye yang rekayasa,” ujarnya.
Demonstrasi di MK itu ternyata menggunakan foto dan video dari simulasi pengamanan demonstrasi yang digelar beberapa tahun sebelumnya. ”Ini kampanye hitam,” paparnya.
Menurutnya, hoax yang disebar itu ingin menunjukkan seolah adanya kerusuhan di dekat Istana. ”Kami akan perkuat Tim Siber dan Multi media untuk menangani masalah semacam ini,” jelasnya. (idr)
Direktur Tindak Pidana Siber (Dittipid Siber) Bareskrim Brigjen Rahmad Wibowo menuturkan bahwa Gun Gun menggunakan akun bernama Wawan Gunawan untuk menyebarkan hoax tersebut. Akun milik Gun Gun ini telah dibagikan 5.400 kali dan dikomentari sebanyak 312 kali. ”Padahal, jumlah teman dalam akun itu hanya 2.138 orang,” ujarnya.
Dalam hoax itu terdapat empat foto dan satu video yang setelah dicek merupakan simulasi demonstrasi yang sudah lama. Hastag dari status hoax itu adalah #MahasiswaBergerak. ”Dalam komentarnya juga banyak mengarah pada penurunan Jokowi,” tuturnya.
Konten hoax itu didapat dari grup WA bernama BISMILLAH, tanpa ada konfirmasi dan klarifikasi hoax itu disebarkan. ”Kami cek semuanya yag terhubung,” paparnya.
Pelaku lainnya adalah Suhada Al Syuhada yang menggunakan akun bernama Syuhada Al Aqse. Konten hoax yang disebarkan hampir sama dengan pelaku pertama. Namun ada tambahan dengan mengklaim media televisi telah dikuasai petahana. ”Hoax ini disebarkan seanyak 98 ribu kali dan dikomentari sebanyak 5.200 kali di akun tersebut,” ungkapnya.
Ketiga, pelaku bernama M. Yusuf yang menggunakan akun bernama DOI. Kotennya sama dengan tambahan untuk memboikot Metro TV karena melakukan pembodohan publik. ”Penyebaran di grup FB dengan member 115 ribu orang,” paparnya.
Pelaku ketiga merupakan Nugrasius yang berakun Nugra Ze, konten disebarkan sebanyak 30 ribu kali. ”Pelaku melakukan rekayasa,” papar jenderal berbintang satu tersebut.
Sementara Kapolri Jenderal Tito Karnavian angkat bicara terkait kasus tersebut. Menurutnya, yang tidak bisa ditelelir oleh Polri adalah sesuatu yang seolah-olah ada namun, ternyata rekayasa. ”Ini kampanye yang rekayasa,” ujarnya.
Demonstrasi di MK itu ternyata menggunakan foto dan video dari simulasi pengamanan demonstrasi yang digelar beberapa tahun sebelumnya. ”Ini kampanye hitam,” paparnya.
Menurutnya, hoax yang disebar itu ingin menunjukkan seolah adanya kerusuhan di dekat Istana. ”Kami akan perkuat Tim Siber dan Multi media untuk menangani masalah semacam ini,” jelasnya. (idr)