DAMIANUS BRAM/RADAR SOLO |
Peristiwa istimewa tersebut juga diabadikan para seniman mural Solo. Mereka menorehkan gambar kedua capres tersebut di salah satu sudut pertokoan di kawasan Nonongan, Jl Slamet Riyadi, Surakarta.
Sang inisiator, Irul Hidayat, 37, mengaku bahwa gambaran keakraban kedua tokoh politik itu sengaja dimural untuk menunjukkan suasana sejuk pada masyarakat luas di tengah nuansa politik yang makin panas hingga Pilpres 2019 mendatang. Karena itu, sejumlah perupa di Solo sengaja memural keakraban kedua tokoh tersebut di salah satu sudut kota yang paling mudah dilihat untuk memberikan pesan dan edukasi agar masyarakat tetap menjaga suasana kondusif.
“Momen Asian Games ini sangat berarti di masyarakat. Tidak hanya perolehan raihan emas melampaui target, tapi momen kebersamaan dua capres Joko Widodo dan Prabowo Subianto. Ternyata mereka juga tidak selalu berseberangan dalam setiap hal. Ini terlihat di Asian Games kemarin,” ujar Irul kemarin (3/9/2018).
Menurut dia, pesta olahraga bergengsi ini sedikit memberikan kesejukan bagi masyarakat di tengah peliknya nuansa politik yang terus dibangun oleh pendukung dan simpatisan masing-masing pihak. Artinya olahraga benar-benar bisa menjadi jembatan untuk menyatukan bangsa. Terlepas dari perbedaan apapun yang sedang dibangun di tengah masyarakat.
“Penggambaran di Jalan Slamet Riyadi ini jelas diharapkan bisa memberi pesan di ruang publik yang bisa dinikmati masyarakat luas. Oleh karena itu, pesannya pun pesan persatuan,” jelas Irul.
Ia merasa, perlu kembali mengingatkan hal tersebut pada masyarakat lewat karya seni jalanan yang ringan namun tetap mengandung pesan moral dan sosial. Sebagaimana nilai-nilai bangsa ini bisa terus dibangun dan diutamakan dibalik pandangan politik masing-masing ketokohan. Harapannya mural ini bisa mengispirasi dan membuat kita tetap waras ditengah tahun politik yang makin panas ini.
“Saya ini momentum ini sedang viral dan menyejukkan iklim politik di Indonesia. Dengan mural di jantung kota ini bisa mengingatkan masyarakat tentang positifisme yang dibangun kali ini. Ternyata dua sosok yang akan bertarung di pilpres ini pun tetap bisa akrab demi kemaslahatan bersama,” jelas dia.
Masyarakat Kota Bengawan pun mengapresiasi karya garapan anak-anak muda tersebut. Bagi mereka, karya itu mampu mempercantik wajah kota serta bisa mengingatkan agar tidak terpancing berbagai pandangan politik yang memecah belah keutuhan bangsa.
“Di berita-berita itu isinya penolakan kelompok ini dan itu. Pihak sana dan sini saling ngotot untuk menjalankan agenda politik masing-masing. Mbok santai saja. Solo ini kota damai, jangan diperkeruh,” harap Atik, 44, warga Gajahan, Solo. (ves/bun)