fotosaefur/ekspres |
Massa berjumlah ribuan orang itu terdiri dari 3 desa di Kecamatan Buayan, yakni Desa Nogoroaji, Karangsari dan Sikayu. Spanduk besar mereka bentangkan untuk menyatakan penolakan terhadap rencana pendirian PT Semen Gombong yang dinilai akan mengancam keberlangsungan hidup warga tiga kecamatan Ayah, Rowokele, dan Buayan.
Untuk menyatakan penolakan, massa yang terdiri dari pria, perempuan itu membawa bendera dan puluhan poster. Mereka menyampaikan aspirasi melalui tulisan seperti Usir PT Semen Gombong Perampas Tanah Rakyat". Tolak Rencana Tata Ruang dan Tata Wilayah (RT RW) yang menetapkan kawasan karst Gombong sebagai wilayah pertambangan. Serta ketiga, meminta pengembalian kawasan bentang alam Karst (KBAK).
Dalam pers rilis yang diterima koran ini, Perpag menuntut tiga hal. Yakni meminta pemerintah mencabut izin usaha batu gamping (IUP) Eksplorasi PT Semen Gombong yang menurut mereka telah membuat resah warga.
Meminta Bupati dan Pejabat di Kebumen untuk mengevaluasi keutuhan kawasan karst lindung Gombong Selatan dan mengembalikan luasan kawasan karst lindung yang telah hilang demi terjaganya kualitas air bersih masyarakat.
Yang ketiga, menolak rencana revisi Perda RT RW yang akan menetapkan peruntukan Pegunungan Karst Gombong sebagai kawasan penambangan.
Yang keempat, menolak berbagai skema liberilasasi sumber daya alam yang merupakan kekayaan bangsa demi kepentingan pemilik modal.
"Melalui aksi damai itu, Perpag menyerukan perlawanan terhadp berbagai bentuk perampasan tanah yang akan memperparah keadaan sosial dan kesejahteraan masyarakat. Menyelamatkan alam sebagai rumah bagi keberlangsungan hidup anak cucu kita dari ancaman neoliberalisme dan kapitalisasi perusak bumi," kata Adi H Budiawan, perwakilan dari Perpag.
"Kami minta pembatalan pabrik semen gombong, karna mengancam lingkungan dan air tanah diwilayah kami sudah krisis air, jangan diperparah," kata Daldiri (35) warga Rt 02 Rw 07 Desa Sikayu Kecamatan Buayan.
Daldiri menyebutkan, jika kawasan kars gombong dijadikan wisata justriu lebih baik karna masih mempertahankan kelestarian alam."Jika untuk wisata malah boleh tapi kalau untuk pabrik semen nanti air jadi sulit, karna air sumber kehidupan," ungkapnya.
Hingga berita ini ditulis, aksi masih berlangsung dengan pengawalan ketat aparat.
(saefur/cah)