istimewa |
Hadirin yang berasal dari lintas generasi cukup terwakili dua orang pemandu yang berasal dari dua generasi berbeda. Disela dari Komunitas Sastra SMA Negeri 1 Gombong yang masih belia dengan Carolin Atin Soel, penyair senior dari Lisong.
Manajer Operasional RMT, Sigit Asmodiwongso, mengajak hadirin menggali lebih dalam sosok Teguh Hindarto melalui sesi "Mempertanyakan Teguh". Menurutnya kebanyakan puisi Teguh terasa 'berat' dan banyak menggunakan kalimat panjang.
"Menariknya kalau ilmuwan seperti Teguh menulis puisi, apa puisinya jadi saintifik dan mengabaikan rasa yang konon cenderung subyektif?" ajak Sigit mengkritisi.
Sekitar 15 puisi Teguh dibacakan bergantian oleh Teguh sendiri dan para pegiat sastra. Puisi "Mantra Tirta Tiba" bahkan dibawakan sebagai sebuah lagu oleh Tetuko Wahyu Sayekti.
"Saya terkejut dengan puisi saya sendiri, namun sangat mengapresiasi cara Lisong membedah dan mengolah puisi saya," ungkap Teguh.
Di akhir acara, Marketing Communication RMT Alona Ong, mengalungkan syal bertuliskan "Penyair Ilmiah Lisong", sebuah istilah yang digagas Untung Karnanto untuk model penyair seperti Teguh.
Disisi lain, Alona mengatakan bahwa acara ruang yang ada di RMT bisa dipakai oleh pegiat seni lainnya. "Kebetulan baru Lisong yang punya agenda tetap sampai bulan Januari nanti," terangnya.
Tidak hanya datang dari Kebumen, mereka juga ada yang datang dari Banyumas, memberi kepuasan tersendiri bagi Koordinator Lisong, Sabur Herdian Raamin. "Saya berharap konsistensi LISONG bisa ikut berperan dalam mengembangkan dunia sastra di Kebumen," ujarnya.(ori)