IMAM/EKSPRES |
Hal ini seperti yang dilakukan oleh pengrajin bibit jenitri Rizal Wahid Prasetyo (25). Warga RT 3 RW 8 Desa Krakal Kecamatan Alian ini rajin menyediakan bibit jenitri. Bibit yang disediakan bukan hanya bibit jenitri lokal melainkan sudah di okulasi (disambung) dengan bibit unggul.
“Kalau bawahnya merupakan bibit lokal, namun atasnya adalah bibit unggul. Dengan demikian, buahnya akan menghasilkan jenitri yang baik,” tuturnya, Selasa (27/11/2018).
Kepada Ekspres Rizal mengaku sudah tiga tahun menekuni bibit dan jual beli jenitri. Buah genitri atau rudaksana yang dipercaya merupakan titisan air mata Dewa Siwa itu, memang pernah menjadi komoditi penting di Kebumen. Bahkan adanya jenitri menjadikan banyak warga asing mendatangi Kebumen untuk membelinya. “Sejak tahun 2015 kesini, jenitri mulai sepi,” jelasnya.
Dalam kesempatan tersebut, Rizal juga menyampaikan cara termudah untuk melakukan okulasi. Ini dapat dilaksanakan dengan dua cara yakni sambung samping dan sambung pucuk. Sambung samping dilakukan dengan menempel mata tunas. Sedangkan sambung pucuk dilaksanakan dengan menyambung bagian pucuk jenitri dengan tanaman unggul.
Keberhasilan menyambung sekitar 80 persen. Hal yang perlu diperhatikan yakni steril (bersih) dan ketajaman pisau. Untuk lebih memudahkan dalam penyayatan bisa menggunakan silet yang baru. Pucuk tanaman yang akan disambung tidak boleh terlalu tua atau terlalu muda. “Setelah penyambungan selesai, hasilnya dibungkus menggunakan plastik. Ini dilaksanakan guna mengurangi penguapan,” paparnya.
Keberhasilan menyambung dapat dilihat seminggu setelahnya. Jika hasil sambungan masih hijau, kemungkinan besar sambungan berhasil dan hidup. Namun jika sambungan menghitam maka gagal. Jika pengambilan pucuk tanaman jauh, diperlukan cara untuk menjaga agar tidak layu. Ini dilakukan menggukan cairan invus yakni glukosa 5 persen. “Cairan invus sangat baik. Ini juga menunjang keberhasilan okulasi. Harga satu bibit yang telah diokulasi sekitar Rp 50 ribu,” ucapnya. (mam)