ISTIMEWA |
Namun sastra sebenarnya juga dapat dimanfaatkan untuk menceritakan keindahan tempat-tempat wisata. Cerita tentang panorama keindahan sebuah objek wisata dapat dituangkan dengan bahasa-bahasa indah dalam karya puisi.
Begitulah yang dilakukan oleh Derix al Kosamby, Haryadi, Karan Figo dan Agung Al Badamy. Keempat penyair asli Kebumen tersebut mengisahkan berbagai tempat wisata di Kebumen dalam kumpulan puisi bertajuk “Bait-bait Pasar Kemit #2”. Buku ini diluncurkan di Roemah Martha Tilaar, beberapa waktu.
Dalam perhelatan yang digelar oleh Lingkar Sastra Gombong (Lisong) bekerjasama dengan program RUANG dari RMT. Puisi-puisi wisata tersebut dibawakan oleh para pegiat sastra dari berbagai kawasan di Kebumen. Pegiat itu, seperti Agus Mursalin, Untung Karnanto, Atin Caroline Soel, Sabur Herdian Raamin dan lain sebagainya. Selain para pegiat sastra, tampak hadir pula para pelaku wisata dari Kelompok Sadar Wisata dan Komunitas Gensawi serta Komunitas Brajabumi.
Koordinator Lisong Sabur Herdian Raamin megemukakan alasannya dipilihnya Buku Bait-bait Pasar Kemit #2 karena temanya yang unik. Selain itu kata-kata dalam puisinya juga dan nyaris sulit didapatkan dalam khasanah sastra selama ini. “Buku ini membuktikan bahwa sastra bukanlah menara gading yang jauh dari realita kehidupan sehari-hari. Dengan bahasa yang tidak lebay namun tetap jernih dan sarat makna, mereka mengabarkan begitu banyak tempat, budaya dan hal-hal sehari-hari di Kebumen. Ini ternyata menarik dan dapat membawa kenangan tersendiri,” ujar pria yang juga bergiat di Komunitas Pusaka Gombong (Kopong) ini.
Sementara pengamat sastra dari Klirong Salman Rhusdie menyampaikan puisi-puisi yang ditulis oleh keempat penyair itu, selain berbicara soal wisata juga sarat simbol kehidupan. Misi mempromosikan wisata tidak membuat mereka terjebak pada jargon-jargon klise pariwisata. Namun tetap mampu mengungkapkan sastra yang indah dan sarat dengan butir-butir hidup yang layak direnungkan.
“Saya menangkap banyak ungkapan-ungkapan kerinduan di buku ini. Di satu sisi ini menegaskan betapa Kebumen memang memiliki potensi besar untuk layak dirindukan. Namun di sisi lain sebenarnya ada ungkapan tersirat tentang kerinduan manusia kepada Sang Pencipta. Jadi meskipun ada ungkapan karya mereka adalah puisi pariwisata, terbukti tidak kehilangan kedalaman permenungan dan pemaknaan. Salut juga bahwa di beberapa tempat mereka tidak kehilangan kejenakaan sehingga puisi-puisinya menjadi renyah bahkan buat mereka yang awam soal sastra,” katanya.
Sementara itu, Kepala Roemah Martha Tilaar Alona Novensa menyampaikan pagelaran sastra ini merupakan implementasi dari program RUANG yang digulirkan sejak pertengahan 2018. “RUANG adalah salah satu bentuk fasilitasi Roemah Martha Tilaar bagi komunitas yang membutuhkan ruang berekspresi atau melakukan kegiatan. Kami sangat terbuka untuk menyediakan tempat bagi kegiatan berbagai komunitas sejauh memang bersifat non profit dan memberdayakan masyarakat luas serta seiring dengan visi dan misi Roemah Martha Tilaar,” ucapnya. (mam)