• Berita Terkini

    Kamis, 13 Desember 2018

    Pandai Besi, Usaha Turun-temurun di Tanjungsari Petanahan

    KEBUMEN (kebumenekspres.com)-Suara memekakkan telinga dan percikan api selalu mewarnai setiap waktu dari pekerjaan Muhammad  Muhyidin (50) yang berprofesi sebagai tukang pandai besi. Suara keras, terwujud dari benturan palu gada dengan besi baja yang terus ditempa hingga menipis. Beberapa produk yang dibuatnya yakni cangkul, sabit, pisau dan lain sebagainya.

    Warga RT 3 RW 2 Dukuh Kepadon Desa Tanjungsari Petanahan ini, telah menekuni usaha pandai besi sejak tahun 1985 silam. Usaha pandai besi yang digelutinya pun telah ditekuni selama empat generasi. Muhyidin mempunyai keahlian menjadi pandai besi dari ayahnya yakni Muhammad Wahid. Sementara Muhammad Wahid sendiri mempelajari ilmu  tersebut dari ayahnya yakni Kriya Leksana.  Adapun Kriya Leksana mendapat ketrampilan mengolah besi dari ayahnya yakni Janem. “Kalau tidak karena keturunan, bisa juga menjadi pendai besi, namun itu jarang terjadi,” tuturnya, Rabu (12/12) saat ditemui Ekspres di rumahnya.

    Saat menempa baja yang tebal, tak jarang Muhyidin meminta bantuan anaknya yakni Ibnu Kamaludin (18). Namun jika masih bisa dilakukan seorang diri, pihaknya tidak mau meminta bantuan. Usaha pandai besi ramai didatangi kosumen setiap awal musim tanam. “Pelanggan umumnya meminta untuk dipupukan cangkul (dilapisi baca agar licin), ini ramai setiap awal musim tanam,” katanya.

    Tarif yang diberlakukan untuk para konsumen pun cenderung murah, ini bila dibadingkan dengan risiko dari pekerjaan tersebut. Pasalnya tak jarang, percikkan api dari besi kerap mengenai anggota tubuhnya kala tengah bekerja. Tarif pupuh satu unit cangkul, hanya dibandrol Rp 25 ribu. Menurutnya, untuk menjadi pandai besi setidaknya harus tahan dengan hawa panas. “Pernah ada yang ingin belajar, awalnya terlihat sangat sungguh-sungguh, namun baru belajar sebentar sudah kapok karena tak tahan hawa panas,” katanya.

    Selain harus tahan panas, kunci menjadi pandai besi yakni memahami jenis logam besi. Sebab berbeda jenis berbeda pula teknik penangannya. Ada logam yang tidak boleh terlalu panas saat dibakar, ada pula logam yang justru memerlukan panas tinggi. Ada juga logam yang justru pecah saat ditempa. “Untuk itu, mengenal jenis logam menjadi hal yang mutlak diperlukan,” paparnya.

    Ayah tujuh orang anak itu mengaku penghasilan dari pandai besi sangat lumayan. Jika sedang ramai satu hari pendapatan bisa mencapai Rp 1 juta dari memupuh 50 unit cangkul. Untuk harian pendapatan sekitar Rp 60 hingga Rp 100 ribu rupiah. (mam)

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top