Nuryadi Wulantoro |
Kita lihat perjalanan hidup orang ini. Nama panggilannya Idi, pemilik kios pulsa IDI Cell di Jalan Pemuda, Keposan, Kebumen. Tak di sangka dia adalah lulusan pendidikan merakit pesawat terbang IPTN Nurtanio, sekarang PT. DI. Selama 3 (tiga) tahun belajar bagaimana merakit pesawat terbang di sana.
Melihat latar belakang pendidikannya seperti menjanjikan masa depan yang gemilang sebagai pakar pesawat terbang. Sayangnya akibat ambisi Habibie membuat pesawat N210 membuat kerjasama dengan perusahaan pesawat ternama di Amerika terhenti.
Mengakibatkan IPTN mengalami masalah kekurangangan order akibatnya SDM yang sudah di siapkan di didik bertahun-tahun tidak dapat di tampung semuanya bekerja di IPTN. Dengan semangat nasionalisme yang tinggi dia memilih bergabung dengan proyek mobnas yang bernama Proyek Maleo.
Dia sempat di kirim ke Australia untuk memperdalam keahlian yang dibutuhkan untuk di aplikasikan ke Proyek Maleo ini. Sekembali dari Australia ternyata proyek ini tak jelas nasibnya meski tak ada kerjaan yang di lakukan namun tetap mendapat gaji bulanan selama beberapa bulan sampai akhirnya di berhentikan karena Proyek Maleo tak bisa di lanjutkan. Setelah terpental dari proyek Maleo ternyata dia mendaftar sebagai peserta magang ke Jepang selama tiga tahun. Bekerja sebagai buruh kasar di sebuah pabrik di propinsi pedalaman (prefektur ).
Setelah menyelesaikan kontrak magang selama tiga tahun dan kembali ke Indonesia, dia mencoba kembali ke Jepang selama 2 tahun sebagai pekerja illegal karena keburu di tangkap aparat Jepang akibat insiden kecelakaan mobil saat berkendara. Pulang ke Indonesia memilih bekerja serabutan termasuk menjadi pemulung bunga kamboja di berbagai kuburan bersama saya dan akhirnya sekarang dia sukses dan mapan menjadi pengusaha pulsa dan sebagainya. Perjalanan nasib yang panjang dan melelahkan. Keahiannya merakit pesawat dan kemahirannya berbahasa Jepang hanya tinggal kenangan.
Bagaimana dengan para remaja kita yang meniru puluhan artis dan ratusan model majalah dewasa nan cantik yang terlibat prostitusi online ? Sayangnya bisnis esek-esek millenial atau prostitusi online tidak membutuhkan nasionalisme yang membanggakan.
Harga diri bangsa di kesampingkan. Tak ada dalam kamus pintar hidupnya.
Bisnis prostitusi Online dapat dilakukan dimana saja ; dikamar kost, di apartemen, di hotel, di perumahan, rusun dan sebagainya. Pelaku bisnis ini tidak perlu mangkal ditempat tertentu yang notabene harus bayar biaya keamanan, bayar pajak preman dsbnya.
Pelaku prostitusi online punya tempat mangkal ekslusive yang disebut dengan ‘website / Blog ‘ baik yang mempunyai domain sendiri maupun dari social media yang ada seperti instagram, facebook dan twitter yang umum digunakan di Indonesia.
Hanya daya tahan olah napas panas perjuangan yang terdengar sexy dan menggoda untuk capai kesuksesan. Desahan maut yang memuaskan fantasi pria hidung belang (Protes : Hidung saya belang tapi blom pernah mesum begituan. Istilah terkutuk. Saya sumpahin pencipta istilahnya. Hihihi..)
Pelaku yang umumnya perempuan siap menjual karunia Tuhan berupa tubuh moleknya. Di tingkat lokal seperti di lansir Kebumen Ekspres antara 250ribu sampai satu juta.
Di kalangan selebritis dan model Jakarta kurang setengah jam bisa menghasilkan 25 juta sampai 100 juta per orang. Bahkan sudah bersaing ke tingkat global melayani pemakai dari luar negeri. Seorang pengusaha kontruksi di Kebumen sesumbar mau beli jika tarifnya 5 juta semalam untuk selebritis sekelas Vanishing Angel (sengaja di samarkan).
Mereka beberapa bulan sudah jadi miliarder. Tidak perlu sampe tua. Menjadi tua malah tidak laku. Bisnis sesaat yang menggiurkan. Belanja seks atau prostitusi di Indonesia termasuk yang cukup besar di antara negara-negara lain.
Sebuah situs yang merilis informasi mengenai aktivitas pasar gelap dunia, Global Black Market Information, Havoscope, menyebut secara global pendapatan prostitusi mencapai US$ 186 miliar, atau jika dikonversi ke rupiah mencapai Rp 2.501,7 triliun. Kemudian, bicara mengenai Indonesia. Seperti dilansir Liputan6.com, Kamis (24/2/2016), dari 15 besar negara yang banyak menghabiskan uang untuk prostitusi, Indonesia berada di urutan ke-12. Menurut Havocscope, Indonesia menghabiskan US$ 2,25 miliar atau sekitar Rp 30,2 triliun dalam setahun.
Pelakunya pun beragam dan bukan sembarangan. Latar belakang pendidikannyapun well educated. Beberapa pelajar smp dan sma bahkan ibu rumah tangga, pns dan karyawati swasta terlihat normal dirumah dan biasa saja dalam pergaulannya, tetapi siapa yang tahu ternyata pada saat sendiri dikamar mereka ‘menjual’ diri mereka dengan cara bugil didepan webcam, melakukan ‘sesuatu’ yang diminta pelanggan mereka dengan imbalan tertentu, karena banyak penelitian menunjukan bahwa seseorang dapat memiliki dua bahkan lebih kepribadian ganda apabila berada didunia maya.
Gaya hidup menjadi virus yang ampuh dan memabukkan untuk menjerat dan menjebak mereka. Syukur-syukur bisa megumpulkan modal untuk menunjang karirnya di masa depan. Apalagi bisa ketemu jodoh kaya raya bak dalam kisah film Hollywood, Pretty Woman. Hati-hati pasangan anda ternyata adalah "pelaku".
Dua gambaran di atas memiliki sudut pandang berbeda. Wajah SDM kita yang sama-sama memiliki mental baja dalam mengarungi hidupnya. Menggunakan senjata yang berbeda untuk mengubah hidupnya. Di antara jalan lurus dan lewat persimpangan. Sebuah kenyataan yang tengah di lakukan warganya untuk survive. Barangkali ini adalah contoh kegamangan kita sejak awal dalam manajemen pengelolaan sumber daya manusia dalam menghadapi persaingan global alias susahnya hidup versi mereka.
Di barengi dengan pendidikan karakter, moral dan iman. Revolusi mental paling tidak adalah memulai bagaimana menerapkan strategi yang tepat untuk mengembangkan dan menempatkan SDM yang unggul di tempat yang tepat.
Di sebut mengembangkan karena negara sudah mengeluarkan anggaran yang begitu besar untuk membiayai SDM menjadi seorang ahli yang kompeten di bidangnya. Strategi menempatkan SDM di tempat yang tepat harusnya bisa di lakukan.
Seharusnya seorang ahli teknik pesawat seperti kasus Idi di atas boleh saja magang ke Jepang asal industri pesawat terbang bukan ke pabrik kelas UKM Jepang. Ini seperti tidak menghargai harga diri bangsa kita sendiri. Pemerintah sejak awal harusnya memiliki data akurat kompetensi SDM yang di miliki. Di tangan seperti mereka nasib bangsa ini di pertaruhkan.
Saat pasar bebas benar-benar terjadi generasi muda Indonesia tak akan terpinggirkan. Mereka tetap dapat memegang dan menikmati akses-akses penting di negara ini. Bukannya bangsa lain hanya karena mereka investor.
Saat sumber daya alam Indonesia habis 30 tahun lagi ? Punya apa lagi kita ? Indonesia sudah kirim ratusan ribu tenaga kerja wanita ke berbagai negara, akankah kita juga menjadikan nikmatnya tubuh wanita Indonesia sebagai penghasil devisa ? Bisnis sex !
Oleh : Nuryadi Wulantoro
Penulis pemerhati Kebijakan Publik, tinggal di Selang.