![]() |
Saefur Rohman / Kebumen Ekspres |
Sekitar 400 peserta mengikuti kegiatan yang digelar di kantor desa setempat itu. Mereka terdiri dari berbagai elemen dari unsur mahasiswa, tokoh agama, tokoh pendidikan, tokoh masyarakat, pengurus PC NU, camat Klirong, jajaran muspika, PMII Kebumen, pengurus Ikatan Alumni IAINU, dosen iainu, ketua MWC, pengurus anshor, banser serta beberapa kepada desa dan masyarakat di Kecamatan Klirong. Suasana pun terlihat khidmat.
Ketua Panitia Kegiatan, Mohammad Abungamin, mengatakan kegiatan itu diselenggarakan oleh pemerintah Desa Jatimalang dengan bekerjasama dengan IAINU Kebumen dan MWC Kecamatan Klirong. Kegiatan ini, selain untuk memperingati malam pergantian tahun dengan hal yang positif juga dibarengkan dengan Haul Gusdur ke-9 dengan mengambil tema Meneguhkan kebinekaan dan merah putih menuju desa pintar.
Acara yang menghadirkan beberapa narasumber dan tokoh pembicara yakni Romo Jatmiko Mulyo Pranoto asal Desa Jatimalang, Umi Arifah mahasiswa program doktor Universitas Diponegoro (UNDIP). Dialog kebangsaan itu secara langsung di moderatori oleh Dr Imam Satibi Rektor IAINU Kebumen.
Dari dialog itu ada beberapa materi yang disampaikan yakni makna Bhineka Tunggal Ika dan Empat Pilar Kebangsaan materi ini memberikan gambaran ciri dan watak masyarakat indonesia yang bereda - beda mulai dari kebiasaan dan adat istiadat.
Rektor IAINU Kebumen Dr Imam Satibi mengatakan acara itu digelar untuk kembali mengingatkan pentingnya warga NU meneladani pemikiran Gus Dur yang originalitas dan sangat relevan dengan tradisi dan karakter nusantara. "Pemikiran Gus Dur yang teologis dan humanis ini patut kita contoh," katanya didampingi Ketua WCM Ahmad Murtajib MA.
Masih kata Imam, adanya diskusi ini sekaligus dalam rangka perwujudan Desa Jatimalang sebagai desa pintar yang menjadi desa inovatif dengan memanfaatkan potensi dan peluang yang ada serta mengoptimalkan jejaring sosial internet namun tidak lepas dari nilai - nilai kebangsaan.
"Desa Jatimalang sangat potensial untuk dikembangkan sebagai wisata religius karena banyaknya makam dari tokoh tokoh yang ada di desa itu diantaranya tokoh spiritual negarawan yakni ki Juru Sabdo Romo Yudo Prayitno dan ulama besar Syeh Sapu Angin dan Mbah Malang Taruna," ungkapnya bersama narasumber Umi Afifah.
Imam berharap dengan adanya diskusi kebangsaan ini yang tepat pada momen pergantian tahun 2019 dapat meminimalisir eforia tahun baru yang seringkali dirayakan dengan hura hura terutama anak muda. (Saefur)