KEBUMEN (kebumenekspres.com)- Sepekan sudah bencana terjadi di Kabupaten Kebumen. Saat ini, warga terdampak bencana sudah mulai beraktivitas dengan normal. Namun demikian, sejumlah pihak menilai, harus ada yang dievaluasi terkait penanganan bencana yang terkesan belum terkoordinasi dengan baik.
"Penanganan Bencana bukan hanya sektoral tapi pendekatannya harus multisektoral. Kepedulian semua pihak akan mempercepat proses, namun organisasi dan koordinasi dalam penanganan bencana juga menjadi kunci utama," kata Fasilitator Komite Internasional Palang Merah (The International Committee of the Red Cross (ICRC), Muhsinun, kepada Ekspres, Rabu (23/1/2019).
Muhsinun mengatakan perlunya kordinasi ini merupakan untuk memudahkan tugas para relawan yang secara langsung terjun ke lapangan. Selain itu, hal yang harus diketahui bahwa dalam penanganan bencana para relawan juga harus melihat kebutuhan yang mendasar bagi para korban. Tak kalah penting, mengkomunikasikannya dengan dinas terkait dalam hal ini Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD).
Jangan sampai, terjadi terjadi relawan penumpukan dan bantuan hanya di titik-titik tertentu. Inilah pentingnya koordinasi. Dlaam hal ini, BPBD harus bisa berperan penting dalam mengkoordinasikan sekaligus membagi organisasi, relawan dan dinas terkait dalam penanganan bencana.
"Penanganan bencana butuh penugasan dan pembagian para relawan untuk mengurangi penumpukan, dengan kordinasi tersebut akan meratakan penanaganan bencana secara cepat dan tepat," ungkap pria yang juga Ketua Penganggaulangan Bencana dan Perubahan Iklim NU Kebumen tersebut.
Tak hanya itu, dalam penganan bencana, spesifikasi relawan merupakan hal penting. Artinya, para relawan harus mengetahui tupoksi masing - masing. Relawan juga diminta sadar dengan kemampuannya. "Menolong tidak hanya sebatas kepedulian tetapi buruh juga skill dan ketrampilan," katanya.
Masih katanya, setiap relawan harus memandang para korban bencana sebagai manusia yang bermartabat. Bukan dengan belas kasihan. Pemahaman itu adalah esensi, sehingga perlakukan kepada para korban bencana manusiawi. Salah satu yang bisa dilakukan, katanya, melibatkan para korban bencana melakukan penanggulangan. Sehingga, bencana dapat lebih cepat teratasi.
"Para relawan harus bisa mengajak para korban bencana untuk melakukan hal seperti relawan lakukan yakni mengajak mereka untuk bisa menolong sesamanya. Hal itu membuat para korban bencana tidak menjadi punya rasa ketergantungan," ungkapnya.
"Bantuan bencana bukan hanya sebatas tepat sasaran tapi juga harus tepat guna dan manfaat. Sehingga dibutuhkan pengelolaan yang baik dan bijak," kata pria 38 tahun yang kini tinggal di Desa Banjarwiangun Kecamatan Petanahan tersebut.
Pria yang juga dosen di IAINU Kebumen itu menambahkan ketika ada bencana para relawan diharapkan bisa menurunkan ego masing - masing dan bukan malah bersikap seperti layaknya Super Hero atau pahlawan.
"Jika saling terkodinasi relawan bisa berbaur berasama - sama sehingga tenaga terdistribusi merata korban tertangani dengan cepat. Menjadi relawan jangan berfikir saya lebih dulu tapi saling kordinasi melengkapi satu sama lain untuk misi kemanusiaan," pungkasnya. (saefur/cah)
"Penanganan Bencana bukan hanya sektoral tapi pendekatannya harus multisektoral. Kepedulian semua pihak akan mempercepat proses, namun organisasi dan koordinasi dalam penanganan bencana juga menjadi kunci utama," kata Fasilitator Komite Internasional Palang Merah (The International Committee of the Red Cross (ICRC), Muhsinun, kepada Ekspres, Rabu (23/1/2019).
Muhsinun mengatakan perlunya kordinasi ini merupakan untuk memudahkan tugas para relawan yang secara langsung terjun ke lapangan. Selain itu, hal yang harus diketahui bahwa dalam penanganan bencana para relawan juga harus melihat kebutuhan yang mendasar bagi para korban. Tak kalah penting, mengkomunikasikannya dengan dinas terkait dalam hal ini Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD).
Jangan sampai, terjadi terjadi relawan penumpukan dan bantuan hanya di titik-titik tertentu. Inilah pentingnya koordinasi. Dlaam hal ini, BPBD harus bisa berperan penting dalam mengkoordinasikan sekaligus membagi organisasi, relawan dan dinas terkait dalam penanganan bencana.
"Penanganan bencana butuh penugasan dan pembagian para relawan untuk mengurangi penumpukan, dengan kordinasi tersebut akan meratakan penanaganan bencana secara cepat dan tepat," ungkap pria yang juga Ketua Penganggaulangan Bencana dan Perubahan Iklim NU Kebumen tersebut.
Tak hanya itu, dalam penganan bencana, spesifikasi relawan merupakan hal penting. Artinya, para relawan harus mengetahui tupoksi masing - masing. Relawan juga diminta sadar dengan kemampuannya. "Menolong tidak hanya sebatas kepedulian tetapi buruh juga skill dan ketrampilan," katanya.
Masih katanya, setiap relawan harus memandang para korban bencana sebagai manusia yang bermartabat. Bukan dengan belas kasihan. Pemahaman itu adalah esensi, sehingga perlakukan kepada para korban bencana manusiawi. Salah satu yang bisa dilakukan, katanya, melibatkan para korban bencana melakukan penanggulangan. Sehingga, bencana dapat lebih cepat teratasi.
"Para relawan harus bisa mengajak para korban bencana untuk melakukan hal seperti relawan lakukan yakni mengajak mereka untuk bisa menolong sesamanya. Hal itu membuat para korban bencana tidak menjadi punya rasa ketergantungan," ungkapnya.
"Bantuan bencana bukan hanya sebatas tepat sasaran tapi juga harus tepat guna dan manfaat. Sehingga dibutuhkan pengelolaan yang baik dan bijak," kata pria 38 tahun yang kini tinggal di Desa Banjarwiangun Kecamatan Petanahan tersebut.
Pria yang juga dosen di IAINU Kebumen itu menambahkan ketika ada bencana para relawan diharapkan bisa menurunkan ego masing - masing dan bukan malah bersikap seperti layaknya Super Hero atau pahlawan.
"Jika saling terkodinasi relawan bisa berbaur berasama - sama sehingga tenaga terdistribusi merata korban tertangani dengan cepat. Menjadi relawan jangan berfikir saya lebih dulu tapi saling kordinasi melengkapi satu sama lain untuk misi kemanusiaan," pungkasnya. (saefur/cah)