fotojawapos |
Hingga berita ini ditulis, pencarian korban masih dilakukan oleh tim gabungan. Namun, menurut BNPB hingga kemarin (1/1/2019) siang tercatat 60 orang berhasil diselamatkan. Selain itu, ada empat korban luka dirujuk ke Rumah Sakit (RS) Pelabuhan Ratu. BNPB juga mencatat sembilan orang meninggal dunia. ”34 orang belum diketahui,” ujar Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho.
Sutopo menceritakan, kejadian bermula saat hujan deras mengguyur Kecamatan Cisolok. Beberapa jam sebelum pergantian tahun, tepatnya pada pukul 17.30 longsor tiba-tiba menerjang pemukiman warga. Setelah kejadian, jaringan listrik padam. Hal tersebut juga menghambat jaringan komunikasi. Termasuk di antaranya telepon seluler. Sehingga jumlah korban sempat simpang siur.
”Komunikasi dengan tim di lapangan hanya bisa menggunakan radio komunikasi atau handy talkie,” terang Sutopo. Proses pencarian sempat dihentikan pada malam hari. Mengingat hujan kembali mengguyur. Belum lagi listrik yang tidak kunjung menyala. Kondisi semakin buruk lantaran akses ke lokasi kejadian cukup sulit. Jalan menuju pemukiman tersebut terjal dan berbatu.
”Untuk evakuasi diperlukan alat berat namun kondisi akses jalan dan medan cukup berat menuju lokasi bencana,” kata pria asli Boyolali itu. Pencarian lantas berlanjut kemarin pagi. Jumlah korban yang ditemukan meninggal dunia pun masih mungkin bertambah. Tidak hanya itu, longsor susulan juga sempat terjadi selama proses pencarian korban berlangsung. ”Longsor susulan masih terjadi meski intensitasnya kecil. Kondisi tanah rapuh dan berlumpur,” ujarnya.
Meski sudah menyiapkan tiga unit alat berat, sementara ini pencarian masih dilakukan dengan mengandalkan peralatan sederhana. Sebab, petugas tidak bisa sembarangan menggerakan alat berat ke titik longsor. Beruntung, masih ada masyarakat yang bersedia membantu para korban. Namun demikian, ada juga yang datang hanya untuk melihat lokasi terdampak bencana tersebut. ”Masyarakat berdatangan ingin melihat lokasi bencana,”
Kodam III/Siliwangi maupun Polda Jawa Barat sudah mengirim bantuan menuju lokasi longsor di Kecamatan Cisolok. Berdasar keterangan dari Kapendam III/Siliwangi Kolonel Arh Hasto Respatyo, total petugas gabungan yang mereka kerahkan sebanyak 398 orang. Seluruh prajurit TNI digerakan oleh Korem 061/Surya Kencana. ”Termasuk dari Kodim 0622/Kabupaten Sukabumi sudah dari kemarin (Senin) stand by,” ungkap dia kemarin.
Hasto mengakui, belum ada pengerahan prajurit dari Kodam III/Siliwangi untuk membantu Korem 061/Surya Kencana. ”Sejauh ini masih bisa di-handle oleh tingkat korem,” imbuhnya. Namun demikian, bukan berarti prajurit di Bandung tidak bersiap diri. Dia memastikan bahwa kekuatan yang dimikili instaninya siap dikerahkan kapan pun. ”Kami sudah siap mendorong kebutuhan yang dibutuhkan,” tegasnya.
Perwira menengah TNI AD itu juga menyampaikan, jajarannya siap membantu pemerintah daerah setempat untuk menanggulangi musibah yang terjadi di sana. ”Saya yakinkan bahwa unsur-unsur di tingkat kodim, koramil, maupun babinsa setempat sudah memonitor dan melakukan langkag-langkah upaya untuk membantu evakuasi dan identifikasi,” beber Hasto. Disamping prajurit, instansinya juga turut mengerahkan alat berat.
Sampai kemarin sudah ada dua alat berat yang dikirim. Kedua alat tersebut mau tidak mau harus dikerahkan untuk memudahkan pencarian korban yang diduga masih tertimbun tanah. Dengan kondisi dan situasi di lokasi kejadian saat ini, pengerahan alat berat dinilai perlu. Tujuannya tidak lain guna mempercepat proses pencarian korban. Sehingga peluang menemukan korban selamat tidak menipis.
Sementara itu, Badan Geologi Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) tiap bulan sudah mengeluarkan surat edaran tentang potensi longsor di berbagai provinsi. Data tersebut bukan hanya mencakup detail per kabupaten, tapi didetailkan hingga level kecamatan. Selain itu juga diberi informasi jenis potensi longsoran.
Kecamatan Cisolok di Kabupaten Sukabumi termasuk dalam daerah potensi longsor. Kategori potensi longsor di daerah tersebut menengah hingga tinggi. Sekretaris Badan Geologi Antonius Ratdomopurbo mengungkapkan sudah ada tim dari Badan Geologi yang mendatangi lokasi tersebut untuk melihat kondisi.
”Kalau kabupaten mengalami longsor mau lapor atau tidak kami cek. Itu otomatis. Badan Geologi ndak pakai bertengkar,” ujar pejabat yang akrab disapa Purbo itu.
Dia menuturkan kapan waktu longsor itu memang tidak bisa diprediksi dengan pasti. Badan Geologi hanya memberikan prediksi daerah-daerah yang rawan longsor. Gunanya untuk meningkatkan kewaspadaan kepada masyarakat setempat atau mereka yang akan tinggal di lokasi tersebut. Misalnya untuk wisatawan yang berlibur di satu daerah.
”Karena ini sifatnya kewaspadaan. Maka perlu mitigasi bencana. Memang sejauh ini kewaspadaan itu masih perlu ditingkatkan terus,” ungkap Purbo. Yang menjadi persoalan terkadang sosialisasi mitigasi itu diberikan untuk warga setempat atau lokal, tapi ternyata ada warga dari luar daerah itu yang datang ke tempat rawan tersebut. Dia mencontohkan dalam bencana tsunami di Pandeglang dan Serang ternyata yang banyak menjadi korban adalah wisatawan.
Kabag Humas BMKG Taufan Maulana menuturkan BMKG sudah mengeluarkan peringatan dini cuaca untuk wilayah Jawa Barat. Termasuk untuk wilayah Sukabumi yang mengalami bencana alam tanah longsor. ’’Peringatan BMKG menyebutkan pada pukul 15.00 WIB berpotensi hujan sedang hingga lebat,’’ katanya. Kondisi hujan lebat dan disertai angin kencang itu diperkirakan cukup lama hingga pukul 17.00 WIB.
Merujuk pada peta perkiraan curah hujan BMKG, sepanjan Januari 2019 seluruh wilayah Indonesia curah hujannya berbeda-beda. Rata-rata untuk pulau Jawa adalah curah hujan tinggi dan menengah. Berkaitan dengan penanganan sejumlah bencana di Indonesia, Mensos Agus Gumiwang Kartasasmita menuturkan, pada saat bencana terjadi, maka langsung diaktifkan sistem penanggulangan secara terpadu.
Khusus penanggulangan terpadu, Kemensos bertugas dalam klaster perlindungan dan pengungsian serta klaster logistik. ’’Fokus penanganan adalah evakuasi pengungsi ke tempat aman,’’ jelasnya. Serta kelompok rentan yang terdiri atas lansia, anak-anak, penyandang disabilitas, dan lainnya. Instansinya juga memiliki personel taruna siaga bencana (tagana), logistik seperti makanan, sandang, serta kebutuhan keluarga dan anak. (jun/lyn/syn/wan)