imam/ekspres |
Dalam pembelajaran tersebut, para siswa kelas 2 Melinjo SD Alam Lukulo membuat grabah mulai dari awal. Ini dilakukan dengan membentuk tanah liat menjadi bulat dan diatas perabot (papan putar) untuk membuat leler. Proses selanjutnya dari leler dilakukan proses wiwir yakni membentuk lubang dan kerig supaya bentuknya melebar. Setelah mulai terbentuk grabah, dilakukan dalin agar bentuknya halus.
Setelah jadi, gerabah diangkat dari perbotnya lalu dikeringkan langsung di bawah sinar matahari. Dari awal proses pembuatan, para siswa dapat belajar cara membuat kerajinan tiga dimensi dan pemanfaatan matahari bagi kehidupan manusia.
Ada proses yang unik setelah gerabahnya sudah kering, yakni pada saat pembakarannya. Umumnya, para siswa hanya mengetahui pembakaran menggunakan kayu ataupun sekam. Namun pada grabah ini siswa baru mengetahui jika pembakaran menggunakan daun bambu. Ini tersebut bertujuan agar hasil akhir dari gerabah itu sendiri berwarna hitam. “Pusat Produksi Gerabah ini dikelola oleh Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Bina Sejahtera Desa Pejagatan Kecamatan Kutowinangun Kabupaten Kebumen,” tutur Kepala Sekolah SD Alam Lukulo Eli Istingayatun Yatmi SPd.
Eli menegaskan, banyak sekali inovasi yang dilakukan oleh warga Kebumen dalam hal mengolah kerajinan. Semua mengangkat potensi alam daerah masing-masing. Untuk itu sudah selayaknya anak-anak sekarang mengetahui kekayaan alam yang ada di sekitar mereka. “Jika mereka tidak dikenalkan sejak dini, maka semuanya potensi tersebut bisa hilang karena tidak ada pelestarian dari generasi ke generasi,” katanya.
Kunjungan Edukasi atau SD Alam Lukulo disebut dengan outing. Ini adalah program wajib setiap semesternya dari kelas I sampai kelas VI. Semua program outing diutamakan mengangkat potensi daerah yang berkaitan dengan tema pembelajaran di kelas. “Diharapkan siswa akan belajar lebih mendalam, karena mereka tidak hanya belajar melalui teori melainkan langsung terjun ke pengaplikasian ilmu yang sedang dipelajari,” ucapnya. (mam)