IMAM/EKSPRES |
Kegiatan tersebut diikuti oleh 27 mahasiswa. Itu terdiri dari 18 mahasiswa yang memperoleh bea siswa Pendidikan Kader Pengurus Ulama (PKPNU) dan sembilan diantaranya merupakan patriot desa. Adapun kajian kitab kuning tersebut merupakan persialan untuk membentuk majelis Birrul Walidain. Kedepannya UMNU akan membentuk majelis Birrul Walidain di desa-desa, tepatnya di masjid dan mushola. Program kajian kitab kuning pertama kali buka secara resmi oleh Rektor UMNU Kebumen Dr H khomsin MPd, beberaoa waktu lalu.
Dr Khomsin menjelaskan para mahasiswa akan mengikuti setidaknya sembilan kitab kuning. Pembelajaran kitab kuning dilaksanakan dengan metode pembelajaran pondok pesantren. Para mahasiswa memberi arti (makna gandul) pada kitab kuning yang dipelajarinya. “Setelah mempelajari kitab kuning, nanti mahasiswa disuruh menerangkan dengan cara berpidato,” tuturnya.
Saat ini, lanjut Khomsin, seiring berkembangnya jaman, semakin jarang orang yang bisa membaca dan memahami kitab kuning. Jarangnya generasi yang memahami kitab kuning dapat berdampak pada krisis penguasaan ilmu agama. “Kitab-kitab kuning menjadi rujukan untuk mengatasi persoalan-persoalan agama,” paparnya.
Dr Khomsin menyampaikan para mahasiswa yang kini mempelajari kitab kuning disiapkan untuk menjadi para pengurus NU era mendatang. Pembekalan kitab kuning menjadi sangat penting bagi para pengurus NU. Sebab NU merupakan organisasi keagamaan sehingga pengurusnya pun setidaknya harus memahami agama. “Hal ini sangat penting untuk menjaga marwah NU,” katanya.
Pihaknya menambahkan, selain mendorong mahasiswa untuk dapat membaca dan memahami kitab kuning, kegiatan tersebut juga selaras dengan visi dan misi UMNU Kebumen yakni mencetak cendikiawan dan intelektual muslim yang memiliki wawasan yang luas. “Harapannya setelah lulus dari UMNU Kebumen, ilmunya bisa diterapkan dan bermanfaat di lingkungan masyarakat,” ucapnya. (mam)