darno/radarbanyumas |
Kondisi inilah yang berusaha diatasi dengan menanam sejuta pohon kopi. Kepala Kantor Perwakilan BI Purwokerto Agus Chusaini mengatakan berdasarkan data dari BPBD Banjarnegara dalam kurun waktu tujuh tahun terakhir terjadi 367 longsor dengan korban jiwa 113 orang dan kerugian miliaran rupiah.
"Tanaman hortikultura ikut memicu kerawanan longsor. Untuk mengatasi permasalahan tersebut dilaksanakan program penanaman sejuta pohon kopi," kata dia saat Kick Off Pengembangan Produk Unggulan Daerah Local Economic Development (LED) Kopi di Desa Babadan Kecamatan Pagentan, Senin (11/2/2019).
Dia menyebut saat ini saat ini lahan kopi Arabika di Banjarnegara mencapai 549,62 hektar. Sedangkan untuk jenis robusta seluas 1.854,83 hektar. "Dengan
rata-rata panen 755 kilogram per hektar ntuk jenis Robusta dan 805 kilogram per hektar untuk jenis Arabika. Untuk produksi coba kita tingkatkan," paparnya.
Salah satunya dengan menanam bibit unggul bersertifikat. Pada tahun 2018 sebanyak 39.600 batang bibit kopi unggul bersertifikat ditanam di wilayah
Kecamatan Pagentan dan Wanayasa dengan luasan 24 hektar. "Besar harapan kami target satu juta pohon kopi bisa tercapai dalam tahun-tahun mendatang," paparnya.
Kepala Desa Babadan Kecamatan Pagentan Wahyu Setiawati mengatakan pada tahap rintisan 2011 lalu, warga enggan menanam kopi. Sebab lebih senang menanam sayur-mayur. Setelah mengetahui nilai ekonomi dan manfaatnya untuk koservasi, kini petani kesulitan mencari bibit.
Dia menyebut saat ini ada 70 hektar lahan di Desa Babadan yang ditanami kopi. Dengan harga kopi petik merah Rp 12 ribu per kilogram, dirasakan mengangkat
perekonomian masyarakat desa setempat.(drn)