JAKARTA Sederet nama yang terpapar dalam keterangan mantan Ketua Umum (Ketum) Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Romahurmuziy alias Romy, membuka celah bagi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk membongkar keterlibatan sejumlah pihak dalam dugaan suap jual beli jabatan di lingkungan Kementerian Agama (Kemenag).
"Sudah disampaikan naman-nama itu. Saya lihat agak sederhana ya (kasus suap jual beli jabatan di Kemenag, red), karena yang bersangkutan (Romy) terbuka. Ada kemungkinan kami pun memanggil mereka-mereka yang disebutkan Romy," terang Wakil Ketua KPK Saut Situmorang, kemarin (24/3/2019).
Ya, Saut pun merasa KPK diuntungkan dengan sikap kooperatif Romy. Terutama terkait dengan siapa saja pihak yang terlibat dalam praktik suap jual beli jabatan. Setidaknya dalam proses yang dilakukan, KPK pun meminta semua pihak untuk kooperatif dan terbuka dalam memberikan penjelasan.
Saut menjelaskan, awalnya Romy memang terlihat agak shock. Terutama ketika awal-awal menjalani penahanan sebagai tersangka di Rumah Tahanan Negara (Rutan) cabang KPK di gedung penunjang kavling 4 (K4). Bahkan, Saut mendapat informasi bahwa Romy sempat kehilangan nafsu makan. "Sekarang dia (Romy, red) terbuka," ungkap Saut.
Terkait dengan perkembangan perkara pokok, Saut mengaku belum mendapat update dari tim penyidik yang menanganinya. Termasuk terkait siapa saja saksi yang rencananya akan diperiksa di gedung KPK di Jakarta dalam waktu dekat. "Saya belum update. Saya pikir kita tunggu saja (perkembangan dari penyidik)," imbuh dia.
Sebelumnya, pada Jumat (22/3) lalu Romy buka-bukaan soal kasus yang menjeratnya. Dia membeberkan bahwa dirinya hanya meneruskan aspirasi dan rekomendasi dari masyarakat terkait dengan sosok Haris Hasanuddin, tersangka penyuap yang diduga meminta bantuan Romy agar bisa terpilih menjadi kepala kantor wilayah (kanwil) Kemenag Jawa Timur.
Romy menyeret dua nama tokoh di Jawa Timur terkait dengan klaim penerusan aspirasi itu. Yakni, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa dan pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Amanatul Ummah Kiai Asep Saifuddin Chalim. Menurut Romy, aspirasi dan rekomendasi itu yang kemudian diteruskan ke kemenag.
Juru Bicara KPK Febri Diansyah menambahkan, jadwal pemeriksaan saksi, terutama dari unsur pejabat Kemenag pusat, akan disesuaikan dengan kebutuhan penyidikan. Agenda pemeriksaan itu nanti akan disampaikan ke masyarakat. Sehingga, publik bisa terus mengawal kasus tersebut. "Karena kasus ini sebenarnya riskan sekali merugikan masyarakat," ujarnya.
Nah, Menanggapi tuduhan Rommy, Khofifah angkat bicara. Dia menepis tudingan telah memberikan rekomendasi terkait kasus jual-beli jabatan Kepala Kanwil Kemenag Jatim Haris Hasanudin. "Rek wajahku iki lo rek mosok onok wajah suap, wajah disuap, ya nggak?" tanya Khofifah, Sabtu (23/3).
Khofifah mengaku kaget saat namanya dicatut Rommy. "Sama sekali tidak benar. Silakan tanya Mas Rommy karena saya juga kaget. Rekomendasi dalam bentuk apa yang saya sampaikan. Jadi sebaiknya teman-teman bisa mengonfirmasi kepada Mas Rommy," pintanya.
Khofifah juga mengaku terakhir kali bertemu dengan Rommy saat pelantikannya di Istana Negara pada 13 Februari lalu. Saat itu, Rommy hanya mengucapkan selamat kepadanya. Tentang Haris, Khofifah mengaku tidak mengenalnya secara personal meski Haris merupakan menantu ketua timsesnya, M Roziqi. "Secara personal tidak, tetapi bahwa beliau pernah (menjadi) Kepala Kanwil Kemenag Surabaya. Beliau sempat Plt, saya sempat ketemu di pengajian sekali," kata Khofifah.
Pertemuan Khofifah dengan Haris pun tak hanya sekali. Khofifah menyebut dia pernah juga bertemu saat sedang audiensi dan beberapa pertemuan lainnya. "Kemudian saya sempat ketemu lagi di rakerpim setelah menjadi gubernur. Saya ketemu lagi ketika beliau audiensi di sini. Jadi saya mengajak mendiskusikan data yang di-serve oleh UIN Syarif Hidayatullah, saya minta kita sama-sama melakukan pemetaan dan itu Pak Haris datang dengan tim dan saya juga menerima dengan tim," papar Khofifah.
Khofifah juga menegaskan, meski Haris menantu Kiai Roziqi, hal tersebut tidak berpengaruh pada pelelangan jabatan. Terlebih, jika tak memenuhi kualifikasi, Haris tak akan bisa mendapat jabatan tersebut. "Iya saya tahu juga belakangan bahwa Pak Haris adalah menantu dari Pak Roziqi. Tapi teman-teman, yang namanya open bidding ya open bidding. Anak ya anak, mantu ya mantu, itu bersifat personal. Kalau tidak memenuhi kualifikasi kan nggak bisa ikut open bidding," ucapnya.
Untuk itu, Khofifah menegaskan dirinya siap dipanggil KPK guna mengklarifikasi kabar yang beredar. "Kita harus support, apa yang dilakukan KPK itu adalah dalam rangka membangun kepercayaan kepada masyarakat," kata Khofifah.
Khofifah juga berkomitmen membangun pemerintah yang bersih. "Komitmen kita untuk membangun pemerintahan yang bersih, komitmen kita menjaga, bahwa dipastikan tidak boleh ada jual-beli jabatan, saya rasa semua akan support itu, saya siap menyampaikan klarifikasi," tegasnya. (riz/ful/fin)
"Sudah disampaikan naman-nama itu. Saya lihat agak sederhana ya (kasus suap jual beli jabatan di Kemenag, red), karena yang bersangkutan (Romy) terbuka. Ada kemungkinan kami pun memanggil mereka-mereka yang disebutkan Romy," terang Wakil Ketua KPK Saut Situmorang, kemarin (24/3/2019).
Ya, Saut pun merasa KPK diuntungkan dengan sikap kooperatif Romy. Terutama terkait dengan siapa saja pihak yang terlibat dalam praktik suap jual beli jabatan. Setidaknya dalam proses yang dilakukan, KPK pun meminta semua pihak untuk kooperatif dan terbuka dalam memberikan penjelasan.
Saut menjelaskan, awalnya Romy memang terlihat agak shock. Terutama ketika awal-awal menjalani penahanan sebagai tersangka di Rumah Tahanan Negara (Rutan) cabang KPK di gedung penunjang kavling 4 (K4). Bahkan, Saut mendapat informasi bahwa Romy sempat kehilangan nafsu makan. "Sekarang dia (Romy, red) terbuka," ungkap Saut.
Terkait dengan perkembangan perkara pokok, Saut mengaku belum mendapat update dari tim penyidik yang menanganinya. Termasuk terkait siapa saja saksi yang rencananya akan diperiksa di gedung KPK di Jakarta dalam waktu dekat. "Saya belum update. Saya pikir kita tunggu saja (perkembangan dari penyidik)," imbuh dia.
Sebelumnya, pada Jumat (22/3) lalu Romy buka-bukaan soal kasus yang menjeratnya. Dia membeberkan bahwa dirinya hanya meneruskan aspirasi dan rekomendasi dari masyarakat terkait dengan sosok Haris Hasanuddin, tersangka penyuap yang diduga meminta bantuan Romy agar bisa terpilih menjadi kepala kantor wilayah (kanwil) Kemenag Jawa Timur.
Romy menyeret dua nama tokoh di Jawa Timur terkait dengan klaim penerusan aspirasi itu. Yakni, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa dan pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Amanatul Ummah Kiai Asep Saifuddin Chalim. Menurut Romy, aspirasi dan rekomendasi itu yang kemudian diteruskan ke kemenag.
Juru Bicara KPK Febri Diansyah menambahkan, jadwal pemeriksaan saksi, terutama dari unsur pejabat Kemenag pusat, akan disesuaikan dengan kebutuhan penyidikan. Agenda pemeriksaan itu nanti akan disampaikan ke masyarakat. Sehingga, publik bisa terus mengawal kasus tersebut. "Karena kasus ini sebenarnya riskan sekali merugikan masyarakat," ujarnya.
Nah, Menanggapi tuduhan Rommy, Khofifah angkat bicara. Dia menepis tudingan telah memberikan rekomendasi terkait kasus jual-beli jabatan Kepala Kanwil Kemenag Jatim Haris Hasanudin. "Rek wajahku iki lo rek mosok onok wajah suap, wajah disuap, ya nggak?" tanya Khofifah, Sabtu (23/3).
Khofifah mengaku kaget saat namanya dicatut Rommy. "Sama sekali tidak benar. Silakan tanya Mas Rommy karena saya juga kaget. Rekomendasi dalam bentuk apa yang saya sampaikan. Jadi sebaiknya teman-teman bisa mengonfirmasi kepada Mas Rommy," pintanya.
Khofifah juga mengaku terakhir kali bertemu dengan Rommy saat pelantikannya di Istana Negara pada 13 Februari lalu. Saat itu, Rommy hanya mengucapkan selamat kepadanya. Tentang Haris, Khofifah mengaku tidak mengenalnya secara personal meski Haris merupakan menantu ketua timsesnya, M Roziqi. "Secara personal tidak, tetapi bahwa beliau pernah (menjadi) Kepala Kanwil Kemenag Surabaya. Beliau sempat Plt, saya sempat ketemu di pengajian sekali," kata Khofifah.
Pertemuan Khofifah dengan Haris pun tak hanya sekali. Khofifah menyebut dia pernah juga bertemu saat sedang audiensi dan beberapa pertemuan lainnya. "Kemudian saya sempat ketemu lagi di rakerpim setelah menjadi gubernur. Saya ketemu lagi ketika beliau audiensi di sini. Jadi saya mengajak mendiskusikan data yang di-serve oleh UIN Syarif Hidayatullah, saya minta kita sama-sama melakukan pemetaan dan itu Pak Haris datang dengan tim dan saya juga menerima dengan tim," papar Khofifah.
Khofifah juga menegaskan, meski Haris menantu Kiai Roziqi, hal tersebut tidak berpengaruh pada pelelangan jabatan. Terlebih, jika tak memenuhi kualifikasi, Haris tak akan bisa mendapat jabatan tersebut. "Iya saya tahu juga belakangan bahwa Pak Haris adalah menantu dari Pak Roziqi. Tapi teman-teman, yang namanya open bidding ya open bidding. Anak ya anak, mantu ya mantu, itu bersifat personal. Kalau tidak memenuhi kualifikasi kan nggak bisa ikut open bidding," ucapnya.
Untuk itu, Khofifah menegaskan dirinya siap dipanggil KPK guna mengklarifikasi kabar yang beredar. "Kita harus support, apa yang dilakukan KPK itu adalah dalam rangka membangun kepercayaan kepada masyarakat," kata Khofifah.
Khofifah juga berkomitmen membangun pemerintah yang bersih. "Komitmen kita untuk membangun pemerintahan yang bersih, komitmen kita menjaga, bahwa dipastikan tidak boleh ada jual-beli jabatan, saya rasa semua akan support itu, saya siap menyampaikan klarifikasi," tegasnya. (riz/ful/fin)