JAKARTA - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menyatakan Ujian Nasional (UN) tahun 2019 akan dilengkapi dengan angket yang bertujuan menggali informasi nonkognitif siswa. Dengan data ini, bisa didapat kondisi riil siswa.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy mengatakan dengan angket itu bisa mendapatkan analisis yang lebih komperehensif mengenai kondisi siswa, melalui aspek nonkognitif dengan capaian hasil UN.
"Terdapat lima jenis angket siswa. Setiap siswa hanya mengerjakan satu jenis angket. Angket tersebut dikerjakan siswa setelah selesai melaksanakan UN," terangnya dalam rilis yang diterima Fajar Indonesia Network, kemarin (21/3/2019).
Sementara, untuk daerah terdampak bencana (Kota Palu, Kabupaten Donggala, Kabupaten Sigi, Kabupaten Parigi Moutong, dan Kabupaten Lombok Utara), UN dilaksanakan dengan penyesuaian bahan ujian sebagaimana kondisi pembelajaran yang terjadi di sekolah-sekolah di daerah terdampak bencana tersebut.
UN untuk jenjang SMK dimulai pada tanggal 25-28 Maret 2019. Jenjang SMA/MA diselenggarakan pada tanggal 1, 2, 4 dan 8 April 2019. Sedangkan untuk peserta didik yang tidak dapat mengikuti UN pada tanggal yang ditentukan dapat mengikuti UN susulan pada tanggal 15 dan 16 April 2019.
Pada jenjang SMP/MTs, UN akan dilaksanakan pada tanggal 22-25 April 2019, sedangkan UN susulan akan diselenggarakan pada tanggal 29 dan 30 April 2019. Untuk Provinsi Papua, Papua Barat dan NTT karena tanggal 22 April merupakan hari raya keagamaan, pelaksanaan UN jenjang SMP/sederajat mulai tanggal 23 April, sehingga jadwal menjadi 23,24,25 dan 27 April 2019.
"Untuk pendidikan kesetaraan program Paket C, UN dilaksanakan pada tanggal 12,13,14,15,dan 16 April 2019. Ujian nasional susulan untuk program Paket C diselenggarakan tanggal 26,27,28,29,dan 30 April 2019, terangnya.
Sedangkan untuk program Paket B, UN akan dilaksanakan pada tanggal 10,11,12, dan 13 Mei 2019. Ujian nasional susulan untuk program Paket B dilaksanakan pada tanggal 17,18,20, dan 21 Mei 2019.
Sementara itu Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kemendikbud Totok Suprayitno mengatakan, UN tidak berubah dari tahun sebelumnya. Termasuk dalam proses distribusi tingkat kesukaran soal.
"Komposisi soal berdasarkan level kognitifnya, yakni 10-15 persen untuk penalaran, 50 hingga 60 persen untuk aplikasi dan 25 hingga 30 persen untuk pengetahuan dan pemahaman," jelasnya.
Dia menjelaskan untuk UN matematika jenjang SMA/MA dan SMK terdapat soal isian singkat dengan persentase 10 persen dari jumlah soal atau 10 persen. Kemendikbud berharap agar kemampuan siswa meningkat dari tahun sebelumnya, yang mana saat ini kemampuan siswa masih banyak yang berada di soal-soal yang tingkat kesukarannya rendah.
Totok menjelaskan apa yang diujikan dalam UN, adalah yang seharusnya diajakrkan. Kalau ada sekolah yang belum mengajarkan, maka hendaknya harus mengajarkan hal itu pada anak. "Mulai tahun lalu, kami memberikan rapor UN ke setiap sekolah. Sehingga sekolah bisa melakukan pelatihan terhadap guru-guru," tambah dia.
Totok mengatakan dalam beberapa tahun ini, sejak dilaksanakan Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK), rerata nilai UN turun. Menurut dia, hal itu merupakan kondisi yang terjadi sebenarnya."UN 2019 diikuti 8,3 juta siswa mulai dari tingkat SMP hingga SMA. Sebanyak 91 persen dilangsungkan dengan UNBK," pungkasnya. (rls/ful/fin)
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy mengatakan dengan angket itu bisa mendapatkan analisis yang lebih komperehensif mengenai kondisi siswa, melalui aspek nonkognitif dengan capaian hasil UN.
"Terdapat lima jenis angket siswa. Setiap siswa hanya mengerjakan satu jenis angket. Angket tersebut dikerjakan siswa setelah selesai melaksanakan UN," terangnya dalam rilis yang diterima Fajar Indonesia Network, kemarin (21/3/2019).
Sementara, untuk daerah terdampak bencana (Kota Palu, Kabupaten Donggala, Kabupaten Sigi, Kabupaten Parigi Moutong, dan Kabupaten Lombok Utara), UN dilaksanakan dengan penyesuaian bahan ujian sebagaimana kondisi pembelajaran yang terjadi di sekolah-sekolah di daerah terdampak bencana tersebut.
UN untuk jenjang SMK dimulai pada tanggal 25-28 Maret 2019. Jenjang SMA/MA diselenggarakan pada tanggal 1, 2, 4 dan 8 April 2019. Sedangkan untuk peserta didik yang tidak dapat mengikuti UN pada tanggal yang ditentukan dapat mengikuti UN susulan pada tanggal 15 dan 16 April 2019.
Pada jenjang SMP/MTs, UN akan dilaksanakan pada tanggal 22-25 April 2019, sedangkan UN susulan akan diselenggarakan pada tanggal 29 dan 30 April 2019. Untuk Provinsi Papua, Papua Barat dan NTT karena tanggal 22 April merupakan hari raya keagamaan, pelaksanaan UN jenjang SMP/sederajat mulai tanggal 23 April, sehingga jadwal menjadi 23,24,25 dan 27 April 2019.
"Untuk pendidikan kesetaraan program Paket C, UN dilaksanakan pada tanggal 12,13,14,15,dan 16 April 2019. Ujian nasional susulan untuk program Paket C diselenggarakan tanggal 26,27,28,29,dan 30 April 2019, terangnya.
Sedangkan untuk program Paket B, UN akan dilaksanakan pada tanggal 10,11,12, dan 13 Mei 2019. Ujian nasional susulan untuk program Paket B dilaksanakan pada tanggal 17,18,20, dan 21 Mei 2019.
Sementara itu Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kemendikbud Totok Suprayitno mengatakan, UN tidak berubah dari tahun sebelumnya. Termasuk dalam proses distribusi tingkat kesukaran soal.
"Komposisi soal berdasarkan level kognitifnya, yakni 10-15 persen untuk penalaran, 50 hingga 60 persen untuk aplikasi dan 25 hingga 30 persen untuk pengetahuan dan pemahaman," jelasnya.
Dia menjelaskan untuk UN matematika jenjang SMA/MA dan SMK terdapat soal isian singkat dengan persentase 10 persen dari jumlah soal atau 10 persen. Kemendikbud berharap agar kemampuan siswa meningkat dari tahun sebelumnya, yang mana saat ini kemampuan siswa masih banyak yang berada di soal-soal yang tingkat kesukarannya rendah.
Totok menjelaskan apa yang diujikan dalam UN, adalah yang seharusnya diajakrkan. Kalau ada sekolah yang belum mengajarkan, maka hendaknya harus mengajarkan hal itu pada anak. "Mulai tahun lalu, kami memberikan rapor UN ke setiap sekolah. Sehingga sekolah bisa melakukan pelatihan terhadap guru-guru," tambah dia.
Totok mengatakan dalam beberapa tahun ini, sejak dilaksanakan Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK), rerata nilai UN turun. Menurut dia, hal itu merupakan kondisi yang terjadi sebenarnya."UN 2019 diikuti 8,3 juta siswa mulai dari tingkat SMP hingga SMA. Sebanyak 91 persen dilangsungkan dengan UNBK," pungkasnya. (rls/ful/fin)