Lemparan Botol Air Mineral Melayang Usai Salat Isya Digelar
Sejak Rabu (22/5) dini hari, kawasan Jakarta Barat mencekam. Mobil Komando meminta massa aksi membubarkan diri. Dimulai dari barisan paling depan. Saat massa bergerak, botol mineral dari tengah kerumunan massa mulai beterbangan ke arah polisi.
-----------------------------
KHANIF LUTFI - Jakarta
------------------------------
Hampir 20 jam, kerusuhan di bilangan Jakarta Barat belum mereda. Waktu menunjukkan sekira pukul 18.10 WIB saat barisan massa menunaikan ibadah salat magrib. Ibadah yang dilaksanakan secara berjamaah berjalan dengan khusyuk. Ribuan massa aksi menjadi makmum.
Sebelum salat, mereka mensucikan diri. Ada beberapa lokasi yang bisa dijadikan tempat berwudhu, salah satunya di depan Mall Sarinah. Para demonstran bergantian dengan aparat keamanan.
Usai salat magrib, suara speaker dari mobil komando meminta jamaah kembali menunaikan ibadah jamak qosor salat isya. Jumlahnya dua rakaat. Usai salat, imam melantunkan puji-pujian.
Selanjutnya, sekira pukul 18.20 WIB mobil komando meminta massa membubarkan diri. Komando aksi meminta secara tertib. Saat massa bergerak, satu, dua, tiga, bahkan belasan botol beterbangan mengarah ke arah polisi.
Bukan cuma botol. Selanjutnya, batu, kayu dan petasan. Petugas yang didominasi brimob segera membentuk pagar. Tamengnya membentuk sebuah penjagaan. Massa mulai berteriak. Sumpah serapah, caci maki keluar.
Di samping Kantor Bawaslu, yang mengarah ke Tanah Abang, massa mulai membakar spanduk. Batu juga terus beterbangan. Duar, suara petasan juga ikut menyambut. Massa mulai mengoyak kawat besi yang memagari Kantor Bawaslu.
Dor dor dor, suara gas air mata memecah suasana. Seketika massa mulai berlarian. Hanya sejenak. Selanjutnya, aksi lempar batu justru semakin menjadi. Awak media yang berada di barisan paling depan lari kocar-kacir. Mencoba menyelamatkan diri dari lemparan batu, kayu dan petasan.
Odol, odol, odol, teriak awak media kepada rekannya. Mereka yang membawa membagikannya ke temannya. Dioleskannya pasta gigi ke bawah mata. Meminimalisir tasa pedih di mata
Tak lama, Kapolres Jakarta Pusat Kombes Pol Harry Kurniawan dengan pengeras suara meminta massa aksi untuk tidak menyerang polisi. Pak tolong pak jangan serang kami. Kami hanya bertahan. Brimob jangan tembak gas air mata, teriak Harry.
Sayang himbauan ini tak diindahkan. Massa masih mencoba memprovokasi polisi. Api di tengah Jalan MH Thamrin berkobar. Massa aksi semakin tak terkendali. Mereka meneriaki polisi. Menyayikan yel-yel. Bersolawat. Ada juga yang menyanyikan Indonesia Raya.
Pak Bernard, Pak Zumhur, tolong pak. Itu yang samping kantor Bawaslu jangan membakar. Jangan melempar. Petugas kami hanya bertahan. Jangan bakar tenda. Jangan bakar kantor pak, pinta Harry.
Jedeeeer..... Suara keras dibarengi cahaya warna-warni. Petasan yang diarahkan ke Kantor Bawaslu membuat gedung bewarna krem tersebut sedikit terang. Dari pengeras suara mobil komando, terdengar suara lantang. Siapa itu? Awas provokasi. Tolong aksi kita aksi damai. Jangan dinodai dengan aksi anarkis, ujarnya dari pengeras suara.
Massa yang semula anarkis berangsur diam. Tak lagi melempar batu. Barisan pengamanan dari massa aksi ikut menjaga. Tak banyak. Mungkin hanya belasan atau puluhan. Tak sebanding dengan massa aksi.
Sekira pukul 19.00 WIB, kondisi sedikit kondusif. Perwakilan dari polisi meminta koordinator aksi bernegosiasi. Maju le depan dengan tangan kosong. Mengenakan koko putih dan kopiah dengan warna yang sama.
Tak lama, Wakil Ketua DPR Fadli Zon naik ke mobil komando. Waktu menunjukkan sekira pukul 19.43 WIB. Ia meminta massa aksi tenang. Serta menjaga jalannya aksi secara damai. Selanjutnya digantikan oleh orator lainnya.
Massa masih kondusif. Mendengarkan orasi yang disampaikan. Tiba-tiba suara petasan kembali terdengar. Tepat mengarah ke tengah kerumunan yang didominasi wartawan. Kocar kacir. Brimob yang bersiaga membalas dengan gas air mata.
Pecah. Aksi saling balas berlangsung cukup lama. Keduanya saling menembak. Jalan MH Thamrin putih. Berselimut asap petasan dan gas air mata. Petugas brimob sempat dipukul mundur oleh massa setelah dihujani petasan. Bergeser ke gedung sebelah Bawaslu. Massa juga mundur setelah gas air mata yang diluncurkan dirasa pedih di mata.
Sampai sekira pukul 21.00 WIB, aksi saling tembak masih berlangsung. Masih meriah. Tak ada yang mengalah. Warna warni cahaya dari petasan mewarnai wajah ibukota. Gegap gempita Kota Jakarta di hari ke 17 Ramadan 1440 Hijriah. (*/fin/tgr)
Sejak Rabu (22/5) dini hari, kawasan Jakarta Barat mencekam. Mobil Komando meminta massa aksi membubarkan diri. Dimulai dari barisan paling depan. Saat massa bergerak, botol mineral dari tengah kerumunan massa mulai beterbangan ke arah polisi.
-----------------------------
KHANIF LUTFI - Jakarta
------------------------------
Hampir 20 jam, kerusuhan di bilangan Jakarta Barat belum mereda. Waktu menunjukkan sekira pukul 18.10 WIB saat barisan massa menunaikan ibadah salat magrib. Ibadah yang dilaksanakan secara berjamaah berjalan dengan khusyuk. Ribuan massa aksi menjadi makmum.
Sebelum salat, mereka mensucikan diri. Ada beberapa lokasi yang bisa dijadikan tempat berwudhu, salah satunya di depan Mall Sarinah. Para demonstran bergantian dengan aparat keamanan.
Usai salat magrib, suara speaker dari mobil komando meminta jamaah kembali menunaikan ibadah jamak qosor salat isya. Jumlahnya dua rakaat. Usai salat, imam melantunkan puji-pujian.
Selanjutnya, sekira pukul 18.20 WIB mobil komando meminta massa membubarkan diri. Komando aksi meminta secara tertib. Saat massa bergerak, satu, dua, tiga, bahkan belasan botol beterbangan mengarah ke arah polisi.
Bukan cuma botol. Selanjutnya, batu, kayu dan petasan. Petugas yang didominasi brimob segera membentuk pagar. Tamengnya membentuk sebuah penjagaan. Massa mulai berteriak. Sumpah serapah, caci maki keluar.
Di samping Kantor Bawaslu, yang mengarah ke Tanah Abang, massa mulai membakar spanduk. Batu juga terus beterbangan. Duar, suara petasan juga ikut menyambut. Massa mulai mengoyak kawat besi yang memagari Kantor Bawaslu.
Dor dor dor, suara gas air mata memecah suasana. Seketika massa mulai berlarian. Hanya sejenak. Selanjutnya, aksi lempar batu justru semakin menjadi. Awak media yang berada di barisan paling depan lari kocar-kacir. Mencoba menyelamatkan diri dari lemparan batu, kayu dan petasan.
Odol, odol, odol, teriak awak media kepada rekannya. Mereka yang membawa membagikannya ke temannya. Dioleskannya pasta gigi ke bawah mata. Meminimalisir tasa pedih di mata
Tak lama, Kapolres Jakarta Pusat Kombes Pol Harry Kurniawan dengan pengeras suara meminta massa aksi untuk tidak menyerang polisi. Pak tolong pak jangan serang kami. Kami hanya bertahan. Brimob jangan tembak gas air mata, teriak Harry.
Sayang himbauan ini tak diindahkan. Massa masih mencoba memprovokasi polisi. Api di tengah Jalan MH Thamrin berkobar. Massa aksi semakin tak terkendali. Mereka meneriaki polisi. Menyayikan yel-yel. Bersolawat. Ada juga yang menyanyikan Indonesia Raya.
Pak Bernard, Pak Zumhur, tolong pak. Itu yang samping kantor Bawaslu jangan membakar. Jangan melempar. Petugas kami hanya bertahan. Jangan bakar tenda. Jangan bakar kantor pak, pinta Harry.
Jedeeeer..... Suara keras dibarengi cahaya warna-warni. Petasan yang diarahkan ke Kantor Bawaslu membuat gedung bewarna krem tersebut sedikit terang. Dari pengeras suara mobil komando, terdengar suara lantang. Siapa itu? Awas provokasi. Tolong aksi kita aksi damai. Jangan dinodai dengan aksi anarkis, ujarnya dari pengeras suara.
Massa yang semula anarkis berangsur diam. Tak lagi melempar batu. Barisan pengamanan dari massa aksi ikut menjaga. Tak banyak. Mungkin hanya belasan atau puluhan. Tak sebanding dengan massa aksi.
Sekira pukul 19.00 WIB, kondisi sedikit kondusif. Perwakilan dari polisi meminta koordinator aksi bernegosiasi. Maju le depan dengan tangan kosong. Mengenakan koko putih dan kopiah dengan warna yang sama.
Tak lama, Wakil Ketua DPR Fadli Zon naik ke mobil komando. Waktu menunjukkan sekira pukul 19.43 WIB. Ia meminta massa aksi tenang. Serta menjaga jalannya aksi secara damai. Selanjutnya digantikan oleh orator lainnya.
Massa masih kondusif. Mendengarkan orasi yang disampaikan. Tiba-tiba suara petasan kembali terdengar. Tepat mengarah ke tengah kerumunan yang didominasi wartawan. Kocar kacir. Brimob yang bersiaga membalas dengan gas air mata.
Pecah. Aksi saling balas berlangsung cukup lama. Keduanya saling menembak. Jalan MH Thamrin putih. Berselimut asap petasan dan gas air mata. Petugas brimob sempat dipukul mundur oleh massa setelah dihujani petasan. Bergeser ke gedung sebelah Bawaslu. Massa juga mundur setelah gas air mata yang diluncurkan dirasa pedih di mata.
Sampai sekira pukul 21.00 WIB, aksi saling tembak masih berlangsung. Masih meriah. Tak ada yang mengalah. Warna warni cahaya dari petasan mewarnai wajah ibukota. Gegap gempita Kota Jakarta di hari ke 17 Ramadan 1440 Hijriah. (*/fin/tgr)