Ahmad Saefur Rohman / Kebumen Ekspres |
SAAT berbuka puasa menjadi salah satu saat yang ditunggu Umat Muslim di bulan Ramadan ini. Hal sama juga terjadi di Madinah. Berikut laporan wartawan Kebumen Ekspres, M Saefurrohman, yang baru saja menjalankan ibadah umroh bersama rombongan Polres Demak melalui biro Nusa Tour & Travel pada awal Mei 2019 kemarin.
-------------------------
M Saefurrohman, Madinah
--------------------------
Ribuan ummat terlihat duduk rapi menunggu datangnya Azan Magrib di Masjid Nabawi Madinah. Tak lama berselang, ada seseorang yang menarik tangan wartawan. Dengan tergopoh-gopoh, ia meminta wartawan duduk. Tak lama, ia menyajikan hidangan makanan untuk berbuka puasa.
Berbagai hidangan disajikan mulai yang khas yakni kurma, bergai buah seperti pisang, apel, jeruk, dan makanan seperti nasi goreng, roti, orange jus dan berbagai hidangan lain khas kota Madinah.
Galih, anggota Polres Demak yang ikut dalam ibadah umroh kemarin menyampaikan, sempat mengalami pengalaman serupa. Ia pun mengaku terkesan dengan keramahan warga Muslim di Madinah.
Pembimbing jamaah umroh kami, Ustad Fariid Faizul Khaqqi, mengatakan suasana berbuka puasa seperti itu sudah biasa dilakukan oleh orang Saudi. Mereka seperti berebut mengajak jamaah umroh menghabiskan makanan yang mereka hidangkan.
"Jangan kaget jamaah saat bulan puasa disini menjadi rebutan, ditarik tarik untuk ikut berbuka," kata pria asli Kroya, Kabupaten Banyumas lulusan Universitas Islam Madinah itu.
Ustad Fariid mengatakan pemberi makanan atau para dermawan merupakan warga Madinah dan Arab Saudi pada khususnya dari para saudagar kaya, pengusaha dan masyarakat biasa juga ikut andil bagi-bagi makanan.
"Mereka berlomba - lomba cari pahala di bulan suci Ramadhan. Bahkan mereka juga mengerahkan beberapa anak - anak hingga orang dewasa untuk menarik mengumpulkan para jamaah diajak berbuka," katanya.
Tak hanya di dalam Masjid Nabawi, para dermawan juga membagikan takjil minuman hingga di jalan raya dan masjid - masjid di sekitar kota Madinah. Suasana buka puasa serupa juga terasa di Masjid Quba.
Pengalaman menarik lainnya datang saat kami berkeliling melihat suasana kota Madinah. Saat itu, terlihat ribuan anak sekolah dan mahasiswa dari berbagai negara berkumpul di satu tempat.
Rupanya, mereka sedang mengantri untuk mengambil sedekah dari saudagar kaya bernama Syeh Abu Yusuf Al 'Uthair. Syeh Abu Yusuf ini membagikan ampau kepada para mahasiswa dengan menunjukan kartu pelajar. Lucunya, saya yang ikut juga mengantri, ikut kebagian uang saku dari Syeh Abu Yusuf.
"Biasanya ini rutin setiap bulan saat hari Senin pertama di awal bulan. Nominalnya bervariasi dulu 500 real atau sekitar Rp 2 juta rupiah, tapi saat ini mahasiswa semakin banyak menjadi 150 real atau setara Rp 600 ribu," katanya.(*)