IMAM/EKSPRES |
Ya ini dilaksanakan oleh salah satu peternak lebah Albait Nur Faozi (30). Warga RT 1 RW 1 Desa Kebulusan Pejagoan ini memanfaatkan waktu menunggu buka puasa dengan mencari lebah. Bagi sebagian orang kegiatan ini tentu mengerikan dan tergolong ekstrem. Sebab pihaknya harus bergelumun dengan ribuan lebah yang setiap saat dapat menyengat.
Jika salah perhitungan bukan untuk yang diraih, namun justru malang yang tidak dapat ditolak. Lebah dapat menyengat kapan saja dan tentunya dapat menjadi ancaman tersendiri. Kegiatan nngabuburit dengan mencari koloni lebah dilaksanakan di sekitar pegunungan dan area pantai. Di dua lokasi tersebut banyak digunakan untuk bersarang lebah.
Menurut Albait, momen lebaran banyak perantauan yang mudik. Mereka menggunakan waktu tersebut untuk berkunjung ke kampung halaman. Saat itu akan balik, banyak perantauan yang memesan madu. Untuk itu persediaan madu harus banyak. “Maka dari itu kami sering mencari koloni lebah,” tuturnya, Rabu (22/5/2019).
Dengan mencari koloni lebah, lanjutnya, terdapat dua keuntungan. Yang pertama yakni madu dan yang kedua adalah koloni lebah itu sendiri. Madu dikumpulkan dan siap untuk dipasarkan. Sedangkan koloni dipindah dalam stup dan dikembangbiakkan. “Untuk lebahnya akan kami tangkar,” jelasnya.
Albait menyampaikan lebah yang didapat dari alam adalah jenis Apis Cerana. Selain itu ada pula Lebah Trigona atau Klanceng. Keberhasilan dalam memindah koloni lebah ditentukan dengan berhasil atau tidak menangkap ratu. Kadang jika ratu lebah kabur, artinya pemindahan gagal. Sebab ratu lebah menjadi kunci keberhasilan dalam penangkaran lebah. “Intinya ratu lebah harus dapat diamankan,” paparnya.
Pencarian lebah diawaktu sore menurutnya memiliki banyak keuntungan. Selain untuk hiburan menjelang buka puasa suasana sore cenderung tidak panas. Di sore hari lebah juga banyak yang sudah pulang ke sarang. “Sehingga hanya sedikit lebah yang tertinggal,” ucapnya. (mam)