Saefur Rohman / Kebumen Ekspres |
Seperti terlihat di sepanjang Sungai Lukulo dimana aktivitas penambangan masih marak dijumpai, meski beberapa waktu lalu Polres telah melakukan razia. Juga belum banyak warga masyarakat yang mengembangkan potensi dan sumber daya di wilayahnya masing-masing.
Dari hasil penelusuran koran ini, belum semua warga mengetahui apa itu kawasan Geopark Karangsambung - Karangbolong. Samirin (45), penambang pasir warga Karangsambung ini misalnya.
Kepada wartawan, ia mengaku tidak mengetahui apa sebenarnya Geopark. Bahkan ia tak merasa aktivitas penambangan pasir tidak sejalan dengan pengembangan Kawasan Geopark. Sepengetahuannya, menambang pasir merupakan profesi secara turun temurun.
"Saya hanya sempat dengar kata - kata Geopark, itupun saat ada ramai - ramai hiburan Didi Kempot di Pentulu Indah. Saya tidak paham persis soal ini. Kerja saya ya hanya kuli pasir, dari dulu bapak saya juga kuli pasir," katanya, kemarin (17/5/2019).
Hal senada juga diungkap Edi (50).Pria warga RT 1 RW 1 Desa Kajoran Kecamatan Karanggayam itu mengatakan istilah Geopark baru saja dia dengar. "Saya nggak tau loh. Stahu saya kalau dulu pernah ada program Gerakan pengolahan lahan dan hutan. Kalau Geopark saya tidak tahu. Selama ini dari desa tidak ada sosialisasi," katanya.
Tak hanya itu tak sedikit dari warga pedesaan yang masuk dalam kawasan geopark ini juga tak mengetahui tentang Geopark. Alhasil, potensi yang ada didesa belum sepenuhnya dimaksimalkan. Seperti Kenyas (Tape), Sriping gadung, Janawari (Talas) Mbel - Mbel, Oyek, Rebung, hingga gathot dan minuman deresan air dari pohon bambu.
Warga berharap, edukasi tentang Geopark menjalar hingga tingkat pedesaan.
Seperti diketahui, Kebumen telah ditetapkan secara nasional sebagai kawasan Geopark. Geopark (Taman Bumi) nasional ini meliputi tiga unsur yakni fungsi Geodiversity), keragaman hayati (Biodiversity),dan Keragaman Budaya (Cultural diversity) dengan pengembangan ekonomi kerakyatan dan perlindungan atau konservasi.(fur)