JAKARTA - Pemerintah melalui Kementerian Perhubungan (Kemenhub) memutuskan untuk menerapkan sistem satu arah (one way) di Tol Trans Jawa, saat mudik Lebaran 2019. Strategi ini diyakini dapat mengurai kemacetan yang biasanya terjadi di beberapa ruas utama jalan bebas hambatan.
Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan (Kemenhub) Budi Setiyadi mengatakan, penerapan sistem satu arah hasil kesepakatan antara Kakorlantas Polri, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT), Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ), dan PT Jasa Marga Tbk.
"Rencananya, sistem satu arah di Tol Trans Jawa akan diberlakukan untuk arus mudik, mulai dari KM 29 Cikarang Utama hingga KM 262 di Brebes Barat. Kemudian penerapan satu arah saat arus balik dari Palimanan hingga KM 29," jelas Budi, Rabu (15/5/2019)
Budi menambahkan, penerapan sistem satu arah di Tol Trans Jawa berlaku selama tujuh hari. Empat hari saat arus mudik yang berlangsung pada 30 Mei-2 Juni 2019. "Kemudian pada arus balik selama tiga hari yang berlaku pada 8-10 Juni 2019. Sistem ini berlaku mulai dari jam 6 pagi sejak hari pertama dan berlaku 24 jam," imbuhnya.
Berdasarkan data hasil survei angkutan Lebaran 2019 Badan Litbang Perhubungan, total jumlah pemudik dari Jabodetabek ada sebanyak 14,9 juta jiwa. Dari angka tersebut, total penumpang yang menggunakan mobil dan bus diperkirakan mencapai 8,8 juta orang.
Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) memperkirakan volume puncak mudik di Tol Trans Jawa bisa mencapai 90 ribu kendaraan. "Jadwal sistem satu arah selama tujuh hari, diharapkan bisa melandaikan volume kendaraan di tol dan mengurai kepadatan lalu lintas," ujarnya.
Menurut Budi, sistem satu arah juga akan meningkatkan kenyamanan para pemudik karena arus mudik akan lebih lancar. "Adanya kebijakan ini, perkiraan saya antara dua tiga hari ibarat banjir sudah terkuras. Pemudik pasti akan memanfaatkan momentum itu untuk segera mudik daripada kena macet," katanya.
Selain itu, Kemenhub memastikan tidak ada sistem ganjil genap selama sistem satu arah. Ganjil-genap dinilai tidak efektif mengingat lebih rumit dan tidak sesuai budaya mudik di Indonesia yang cenderung rombongan.
"Kecenderungan masyarakat mudik dengan rombongan, bisa dua hingga tiga mobil kemudian kalau ada yang bernomor ganjil dan genap pasti akan terpisah mobilnya," tuturnya.
Sementara itu, Kepala Sub Bidang Operasional dan Pemeliharaan II BPJT Joko Santoso menuturkan, sistem satu arah diterapkan sebagai pengganti sistem ganjil genap yang dinilai banyak memiliki kendala.
"Berdasarkan rapat pimpinan di Kementerian Perhubungan untuk wacana ganjil genap, sementara di-hold karena banyak sekali kendala. Karena pelaksanaan ganjil genap harus lebih intens mengawasi. Sedangkan petugas kepolisian sendiri sangat terbatas. Difokuskan untuk mengatur lalu lintas di jalan tol," tuturnya.
Joko mengatakan, berdasarkan hasil evaluasi dari mudik 2018, penerapan sistem satu arah juga hasil dari penerapan contra flow. Penerapan contra flow saat itu dinilai sangat efektif untuk urai kemacetan.
"Namun karena jaraknya sangat pendek, sehingga terjadi kemacetan lagi di ujungnya ketika akan bergabung. Sehingga waktu itu dari pihak kepolisian tahun 2018 memutuskan menggunakan sistem one-way. Secara efektif membantu pemudik," terangnya.
Tak hanya pemerintah, badan usaha jalan tol (BUJT) bersiap untuk menerapkan sistem satu arah agar arus mudik lebaran berjalan lancar. Salah satunya PT Jasa Marga Tbk.
"Ada dua ruas tol milik perseroan yang juga terkena sistem one-way pada saat mudik Lebaran. Yaitu tol Jakarta-Cikampek dan Palimanan-Kanci. Kami berkoordinasi dengan teman-teman (BUJT yang lain) untuk di sisi operasinya," kata Direktur Utama PT Jasa Marga Tbk, Desi Arryani.
Untuk mendukung sistem satu arah, Jasa Marga memasang rambu-rambu agar masyarakat tidak keliru mengambil jalur. Hal ini terutama penting bagi pemudik yang pergi secara jarak dekat seperti Jababeka dan Cikarang agar tidak terbawa arus satu arah.
"Pengguna jalan yang daerah Jakarta mau keluar Cibatu, Cikarang Timur, Karawang, itu masih memungkinkan. Tapi itu harus lewat jalur normal, sebelah kiri. Jalur one-way itu khusus ke arah timur sana, ujar GM Jasa Marga Cabang Tol Jakarta-Cikampek, Raddy R Lukman.
Jasa Marga berjanji agar memasang rambu-rambu yang memisahkan jalur dekat dan jalur one-way yang dimulai dari KM 29 menuju arah timur. Ini berlaku untuk jalur pulang. "Yang tadinya buat masuk tol dipakai ke luar tol. Kita pasang rambu-rambu seperti itu," pungkasnya. (der/fin)
Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan (Kemenhub) Budi Setiyadi mengatakan, penerapan sistem satu arah hasil kesepakatan antara Kakorlantas Polri, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT), Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ), dan PT Jasa Marga Tbk.
"Rencananya, sistem satu arah di Tol Trans Jawa akan diberlakukan untuk arus mudik, mulai dari KM 29 Cikarang Utama hingga KM 262 di Brebes Barat. Kemudian penerapan satu arah saat arus balik dari Palimanan hingga KM 29," jelas Budi, Rabu (15/5/2019)
Budi menambahkan, penerapan sistem satu arah di Tol Trans Jawa berlaku selama tujuh hari. Empat hari saat arus mudik yang berlangsung pada 30 Mei-2 Juni 2019. "Kemudian pada arus balik selama tiga hari yang berlaku pada 8-10 Juni 2019. Sistem ini berlaku mulai dari jam 6 pagi sejak hari pertama dan berlaku 24 jam," imbuhnya.
Berdasarkan data hasil survei angkutan Lebaran 2019 Badan Litbang Perhubungan, total jumlah pemudik dari Jabodetabek ada sebanyak 14,9 juta jiwa. Dari angka tersebut, total penumpang yang menggunakan mobil dan bus diperkirakan mencapai 8,8 juta orang.
Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) memperkirakan volume puncak mudik di Tol Trans Jawa bisa mencapai 90 ribu kendaraan. "Jadwal sistem satu arah selama tujuh hari, diharapkan bisa melandaikan volume kendaraan di tol dan mengurai kepadatan lalu lintas," ujarnya.
Menurut Budi, sistem satu arah juga akan meningkatkan kenyamanan para pemudik karena arus mudik akan lebih lancar. "Adanya kebijakan ini, perkiraan saya antara dua tiga hari ibarat banjir sudah terkuras. Pemudik pasti akan memanfaatkan momentum itu untuk segera mudik daripada kena macet," katanya.
Selain itu, Kemenhub memastikan tidak ada sistem ganjil genap selama sistem satu arah. Ganjil-genap dinilai tidak efektif mengingat lebih rumit dan tidak sesuai budaya mudik di Indonesia yang cenderung rombongan.
"Kecenderungan masyarakat mudik dengan rombongan, bisa dua hingga tiga mobil kemudian kalau ada yang bernomor ganjil dan genap pasti akan terpisah mobilnya," tuturnya.
Sementara itu, Kepala Sub Bidang Operasional dan Pemeliharaan II BPJT Joko Santoso menuturkan, sistem satu arah diterapkan sebagai pengganti sistem ganjil genap yang dinilai banyak memiliki kendala.
"Berdasarkan rapat pimpinan di Kementerian Perhubungan untuk wacana ganjil genap, sementara di-hold karena banyak sekali kendala. Karena pelaksanaan ganjil genap harus lebih intens mengawasi. Sedangkan petugas kepolisian sendiri sangat terbatas. Difokuskan untuk mengatur lalu lintas di jalan tol," tuturnya.
Joko mengatakan, berdasarkan hasil evaluasi dari mudik 2018, penerapan sistem satu arah juga hasil dari penerapan contra flow. Penerapan contra flow saat itu dinilai sangat efektif untuk urai kemacetan.
"Namun karena jaraknya sangat pendek, sehingga terjadi kemacetan lagi di ujungnya ketika akan bergabung. Sehingga waktu itu dari pihak kepolisian tahun 2018 memutuskan menggunakan sistem one-way. Secara efektif membantu pemudik," terangnya.
Tak hanya pemerintah, badan usaha jalan tol (BUJT) bersiap untuk menerapkan sistem satu arah agar arus mudik lebaran berjalan lancar. Salah satunya PT Jasa Marga Tbk.
"Ada dua ruas tol milik perseroan yang juga terkena sistem one-way pada saat mudik Lebaran. Yaitu tol Jakarta-Cikampek dan Palimanan-Kanci. Kami berkoordinasi dengan teman-teman (BUJT yang lain) untuk di sisi operasinya," kata Direktur Utama PT Jasa Marga Tbk, Desi Arryani.
Untuk mendukung sistem satu arah, Jasa Marga memasang rambu-rambu agar masyarakat tidak keliru mengambil jalur. Hal ini terutama penting bagi pemudik yang pergi secara jarak dekat seperti Jababeka dan Cikarang agar tidak terbawa arus satu arah.
"Pengguna jalan yang daerah Jakarta mau keluar Cibatu, Cikarang Timur, Karawang, itu masih memungkinkan. Tapi itu harus lewat jalur normal, sebelah kiri. Jalur one-way itu khusus ke arah timur sana, ujar GM Jasa Marga Cabang Tol Jakarta-Cikampek, Raddy R Lukman.
Jasa Marga berjanji agar memasang rambu-rambu yang memisahkan jalur dekat dan jalur one-way yang dimulai dari KM 29 menuju arah timur. Ini berlaku untuk jalur pulang. "Yang tadinya buat masuk tol dipakai ke luar tol. Kita pasang rambu-rambu seperti itu," pungkasnya. (der/fin)