KABUPATEN KEBUMEN sebentar lagi merayakan HUT-nya yang ke 389 pada tanggal 21 Agustus 2019 mendatang. Saya tidak ingin membahas mengapa bisa hari jadi Kebumen berganti menjadi 21 Agustus dari yang awalnya 1 Januari. Itu sudah ada dikabarkan oleh media-media di Kebumen. Jadi, sudah tidak terlalu menarik.
Akan jauh lebih menarik membicarakan Kebumen setelah 21 Agustus 2019. Setidaknya, "membayangkan" wajah Kebumen setelah itu.
Pastinya sampai tulisan ini dibuat, tidak ada satupun orang yang tahu. Bahkan, bagi mereka yang sudah punya rencana mewarnai wajah Kebumen di masa 5 atau 10 tahun mendatang.
Bukankah ada pepatah, manusia boleh berencana namun tetap Tuhan yang menentukan?
Ya, kita hanya bisa berbicara soal kemungkinan, peluang atau dampak. Dan pastinya diikuti dengan dua hal: optimis atau pesimis.
Mari kita melihat fakta yang ada saat ini.
Hingga saat ini, Kebumen masih termasuk daerah miskin. Konon masih lima besar terbawah di Jawa Tengah. Sejumlah perkara hukum melengkapi stigma negatif soal Kebumen tersebut.
Fakta lain mengiringi. Kali ini bukan stigma buruk. Yakni adanya upaya bangkit kembali dari Pemkab Kebumen berikut seluruh elemen masyarakat di wilayah berslogan Beriman ini.
Sebut saja penetapan kawasan Geopark Karangsambung-Karangbolong tingkat nasional. Bahkan upaya membuatnya menjadi mendunia dan bisa diakui Unesco. Atau rencana pendirian kawasan Industri di Kebumen. Lalu, adanya proyek nasional Jaringan Jalan Lintas Selatan-selatan (JJLS) di kawasan Selatan.
Saya kira semua sependapat. Penetapan Geopark, pembangunan JJLSS, serta kawasan industri bakal merubah wajah Kebumen di masa mendatang. Setidaknya membuat ada harapan....
Persoalannya kemudian, apakah konsekuensinya bila nantinya seluruh rencana itu berhasil direalisasikan? Atau sebaliknya, bagaimana seandainya rencana tersebut sama sekali gagal ?
Semua perubahan, baik atau buruk, pasti diikuti sebuah konsekuensi. Apa konsekuensi bila nantinya geopark berhasil, dan kawasan industri berhasil direalisasikan?
Satu hal yang pasti: Kebumen akan membuka pintu lebar-lebar bagi pihak luar masuk. Bisa investor, wisatawan atau bahkan.... tenaga kerja dari luar daerah. Mungkin tenaga kerja dari luar negeri.
Bila itu terjadi, tentu saja, ada dampak positif dan negatifnya. Perekonomian bisa meningkat. Mungkin, ranking kemiskinan Kebumen nantinya "turun". Tidak lagi lima besar di Jawa Tengah. Itu sama dengan tingkat pengangguran menurun, masyarakat lebih "gampang cari duit" dan hal-hal indah lainnya.
Kalau begitu, masalahnya apa, semua toh terdengar manis dan indah didengar?
Ya betul. Yang harus diingat, Kebumen sangatlah kaya akan potensi alam. Pasir besi di pesisir selatan. Kawasan Karst di daerah selatan juga. Pantai-pantai bak surga, yang lagi-lagi terletak di daerah selatan.
Kalau saya seorang miliarder, tentu hal tersebut menarik. Saya akan berhitung. Investasi jawabnya. Tentunya, saya berharap keuntungan dari investasi tersebut.
Pertanyaan berikutnya, apakah investasi saya itu juga benar-benar dinikmati masyarakat Kebumen? Atau saya berikan sedikit untuk warga Kebumen atau malah saya akan keruk habis-habisan kekayaan Kebumen untuk sebesar-besarnya keuntungan yang bisa saya nikmati?
Pertanyaan berikutnya, siapkah masyarakat Kebumen menghadapi perubahan yang mungkin akan terjadi karena investasi tersebut?
Dan tentu saja, pertanyaan terbesarnya adalah: Siapa "saya"?
Mungkin di tahun 2025 atau selambat-lambatnya tahun 2030 kita akan tahu.
Lalu soal optimis apa pesimis? Mari kawal bersama-sama, agar endingnya menjadi optimis: akan indah pada saatnya nanti....
Dan cara paling mudah untuk saat ini: kurangi tidur perbanyak ngopi
Kebumen 18 Juni 2019
Penulis: Cahyo Kuncoro
Sehari-hari bekerja untuk Media Lokal Kebumen Ekspres
Akan jauh lebih menarik membicarakan Kebumen setelah 21 Agustus 2019. Setidaknya, "membayangkan" wajah Kebumen setelah itu.
Pastinya sampai tulisan ini dibuat, tidak ada satupun orang yang tahu. Bahkan, bagi mereka yang sudah punya rencana mewarnai wajah Kebumen di masa 5 atau 10 tahun mendatang.
Bukankah ada pepatah, manusia boleh berencana namun tetap Tuhan yang menentukan?
Ya, kita hanya bisa berbicara soal kemungkinan, peluang atau dampak. Dan pastinya diikuti dengan dua hal: optimis atau pesimis.
Mari kita melihat fakta yang ada saat ini.
Hingga saat ini, Kebumen masih termasuk daerah miskin. Konon masih lima besar terbawah di Jawa Tengah. Sejumlah perkara hukum melengkapi stigma negatif soal Kebumen tersebut.
Fakta lain mengiringi. Kali ini bukan stigma buruk. Yakni adanya upaya bangkit kembali dari Pemkab Kebumen berikut seluruh elemen masyarakat di wilayah berslogan Beriman ini.
Sebut saja penetapan kawasan Geopark Karangsambung-Karangbolong tingkat nasional. Bahkan upaya membuatnya menjadi mendunia dan bisa diakui Unesco. Atau rencana pendirian kawasan Industri di Kebumen. Lalu, adanya proyek nasional Jaringan Jalan Lintas Selatan-selatan (JJLS) di kawasan Selatan.
Saya kira semua sependapat. Penetapan Geopark, pembangunan JJLSS, serta kawasan industri bakal merubah wajah Kebumen di masa mendatang. Setidaknya membuat ada harapan....
Persoalannya kemudian, apakah konsekuensinya bila nantinya seluruh rencana itu berhasil direalisasikan? Atau sebaliknya, bagaimana seandainya rencana tersebut sama sekali gagal ?
Semua perubahan, baik atau buruk, pasti diikuti sebuah konsekuensi. Apa konsekuensi bila nantinya geopark berhasil, dan kawasan industri berhasil direalisasikan?
Satu hal yang pasti: Kebumen akan membuka pintu lebar-lebar bagi pihak luar masuk. Bisa investor, wisatawan atau bahkan.... tenaga kerja dari luar daerah. Mungkin tenaga kerja dari luar negeri.
Bila itu terjadi, tentu saja, ada dampak positif dan negatifnya. Perekonomian bisa meningkat. Mungkin, ranking kemiskinan Kebumen nantinya "turun". Tidak lagi lima besar di Jawa Tengah. Itu sama dengan tingkat pengangguran menurun, masyarakat lebih "gampang cari duit" dan hal-hal indah lainnya.
Kalau begitu, masalahnya apa, semua toh terdengar manis dan indah didengar?
Ya betul. Yang harus diingat, Kebumen sangatlah kaya akan potensi alam. Pasir besi di pesisir selatan. Kawasan Karst di daerah selatan juga. Pantai-pantai bak surga, yang lagi-lagi terletak di daerah selatan.
Kalau saya seorang miliarder, tentu hal tersebut menarik. Saya akan berhitung. Investasi jawabnya. Tentunya, saya berharap keuntungan dari investasi tersebut.
Pertanyaan berikutnya, apakah investasi saya itu juga benar-benar dinikmati masyarakat Kebumen? Atau saya berikan sedikit untuk warga Kebumen atau malah saya akan keruk habis-habisan kekayaan Kebumen untuk sebesar-besarnya keuntungan yang bisa saya nikmati?
Pertanyaan berikutnya, siapkah masyarakat Kebumen menghadapi perubahan yang mungkin akan terjadi karena investasi tersebut?
Dan tentu saja, pertanyaan terbesarnya adalah: Siapa "saya"?
Mungkin di tahun 2025 atau selambat-lambatnya tahun 2030 kita akan tahu.
Lalu soal optimis apa pesimis? Mari kawal bersama-sama, agar endingnya menjadi optimis: akan indah pada saatnya nanti....
Dan cara paling mudah untuk saat ini: kurangi tidur perbanyak ngopi
Kebumen 18 Juni 2019
Penulis: Cahyo Kuncoro
Sehari-hari bekerja untuk Media Lokal Kebumen Ekspres