IMAM/EKSPRES |
Di Kebumen tercatat luas area persawahan terdampak kekeringan mencapai 2.900 hektar lebih. Data Dinas Pertanian dan Pangan (Distapang) Kebumen menunjukkan dari 26 kecamatan hanya Mirit yang tidak terdampak kekeringan. Kekeringan terluas terjadi di Kecamatan Puring sebanyak 547 hektar. Disusul Kecamatan Ayah 461 hektar, Buayan 340 hektar, Buluspesantren 213 hektar, Gombong 210 hektar, Kebumen 188 hektar, Kuwarasan 175 hektar dan Adimulyo 138 hektar.
Kecamatan selanjutnya yakni Petanahan mencapai 20 hektar, Sruweng 47 hektar, Padureso 62 hektar, Poncowarno dan Prembun masing-masing 10 hektar. Untuk Kecamatan Rowokele 71 hektar, Sempor 2 hektar. Kemudian Klirong 76 hektar, Sadang 85 hektar, Karangsambung 74 hektar, Bonorowo 27 hektar, Karanganyar 37 hektar, Karanggayam 41 hektar, Alian 19 hektar, Kutowinangun 68 hektar, Pejagoan 28 hektar, dan Ambal 3 hektar.
Sekretaris Distapang Kebumen Purnowati menyampaikan kekeringan terjadi karena minim curah hujan. Ini berdampak langsung pada pertanian. Kondisi tersebut diperparah dengan masa tanam (MT) II yang terjadi kemunduran.
Bukan tanpa sebab, MT II mundur karena sebelumnya MT I juga mundur. Karena mengalami keterlambatan, saat MT II curah hujan sudah jarang dan pengairan dari waduk juga sudah berkurang. “Belum ada wilayah yang terancam puso, baru sebatas kekeringan," tutur pejabat yang akrab disapa Ipung itu, Jumat (21/6).
Adanya kekeringan juga membuat petani tidak tinggal diam. Para petani mengoptimalkan alsintan berupa penyedotan air untuk mengairi sawah. Pihaknya pun sudah mencoba membantu dengan menyalurkan bantuan pompa air. Pada tahun 2019, ini Distapang siap menyalurkan 39 pompa air kepada kelompok tani. "Tinggal menunggu SK Bupati untuk kelompok tani penerima bantuan," ungkapnya.
Sementara itu, Camat Buluspesantren Suis Idawati SSos mengakui sebagian besar di wilayahnya mengalami kekeringan. Kendati demikian, kekeringan tersebut dinilainya masih dalam tahap wajar. Petani setempat masih berupaya menyedot air untuk mengairi area persawahan mereka. "Masyarakat mayoritas menyedot air agar bisa panen. Pemerintah desa juga mendukung karena banyak yang suka pertanian," ucapnya. (mam)