MADINAH - Dua jamaah haji meninggal dunia di Madinah, kemarin (22/07). Kedua jamaah tersebut berasal dari embarkasi Solo kloter 40 (SOC 40) dan Medan kloter 5 (MES 5). Jemaah pertama, Nasikin Sinwan Salam yang berasal dari Magelang, Jawa Tengah dan tergabung dalam kloter SOC 40 meninggal dalam usia 63 tahun dikarenakan other cardiac arrhythmias atau penyakit jantung. Dia juga diketahui merupakan pengidap diabetes militus dan hipertensi.
Menurut certification of death (COD), Nasikin wafat, Minggu (21/7) pukul 16.30 WAS di Rumah Sakit (RS) Al Anshor, Arab Saudi. Sedangkan jemaah kedua. wafat di Madinah, yakni Muhammad Rum Batubara yang berasal dari Mandailing Natal, Sumatera Utara yang tergabung dalam kloter MES 2. Pria berusia 65 tahun ini wafat di Al Salihiyah Golden Hotel pada 21 Juli 2019 pukul 18.45 WAS dikarenakan cardiogenic shock atau serangan jantung juga diketahui sebagai penderita diabetes militus.
Kepala Seksi Pelayanan Kesehatan Daerah Kerja Madinah, dr Edi Supriyatna mengatakan, hingga hari ke -16 masa operasional penyelenggaraan ibadah haji, jumlah jemaah haji yang meninggal dunia maupun sakit menurun dibandingkan periode tahun sebelumnya. "Hingga hari ke-16, sudah 11 jemaah yang wafat. Kalau tahun lalu itu sebanyak 15 jemaah," kata Edi lewat siaran pers yang diteriman Fajar Indonesia Network (FIN).
Demikian juga dengan jumlah jamaah yang sakit. Hal tersebut terlihat dari kunjungan jamaah yang sakit ke Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) mencapai 331 kunjungan. "Kalau pada tahun lalu lebih dari itu," ucapnya.
Edi menjelaskan, kondisi jamaah haji pada 2019 membaik dibandingkan tahun-tahun sebelumnya diakibatkan istita'ah yang semakin baik. "Pada 2019 sebagian besar sudah menyadari, haji itu harus sehat dan bugar," terangnya.
Kondisi ini tidak terlepas dari dari berbagai gerakan kesehatan salah satunya adalah Gerakan Tiga Sukses dan Sehat Haji yang meliputi Gerakan Kebugaran Jasmani Jemaah haji, Gerakan Minum Air Mineral Bersama dan Gerakan Berkacamata hitam.
Sementara itu, Kepala Seksi Kesehatan KKHI Daerah Kerja Mekkah Dr Muhammad Imran mengungkapkan, telapak kaki jamaah asal Indonesia banyak yang melepuh setelah berjalan tanpa alas kaki di Masjidil Haram dan hal ini menjadi hambatan tersendiri bagi ibadah mereka selanjutnya.
"Ketika sandalnya hilang jamaah bilang seperti ini kalau di Indonesia sudah biasa jalan tidak pakai sandal saat ke sawah dan tambak. Ternyata ketika itu dipaksakan kaki mereka luka dan melepuh," kata Imran.
Ia menekankan pentingnya pemakaian alas kaki bagi jamaah karena lingkungan dan kondisi yang sangat berbeda antara di Indonesia dengan di Arab Saudi."Artinya pemahaman dan informasi kepada kepada jamaah itu sangat penting terutama bagi mereka yang belum pernah keluar daerah dan kini langsung ke negara yang suhunya cukup tinggi. Selain itu bnyak juga jamaah kita yang lupa menaruh sandalnya," katanya.
Untuk itu ia mengimbau kepada jamaah saat kehilangan alas kaki untuk segera menghubungi petugas yang selalu bersiaga di pos-pos di Masjidil Haram yang berada di sekitar Hijir Ismail maupun di Pintu Utama Marwah.
Sebab Tim Gerak Cepat (TGC) sudah dibekali dan memiliki persediaan alas kaki yang bisa digunakan oleh jamaah. Namun untuk mereka yang terlanjur mengalami lepuhan di kakinya akan diberikan obat berupa salep khusus yang diharapkan bisa mempercepat proses penyembuhan luka sehingga calon haji bisa kembali beraktivitas dengan baik. "Kalau salep khusus ada untuk penanganan luka melepuh dan biasanya jamaah tidak balik ke hotel karena akan kita bawa ke KKHI untuk penanganan rawat luka di sini," katanya.
Imran secara khusus berpesan kepada jamaah agar tidak keluar pemondokan sendirian karena kondisi di Mekkah sangat berbeda dengan di Tanah Air dengan iklim dan budaya yang juga lain. Ia juga menyarankan agar jamaah dapat mengukur kondisi dan kemampuan fisiknya sendiri.
"Kalau merasa lelah dan capek istirahat saja. Jangan seperti di Indonesia kalau lelah tinggal duduk ngopi sebentar. Kalau di sini enggak bisa harus benar-benar istirahat yang cukup yakni tidur. Karena suhu di sini cukup tinggi tapi kelembabannya rendah sehingga kita jarang berkeringat," terangnya.
Untuk itu ia mengimbau ketika keluar pemondokan, jamaah sebaiknya menggunakan pelindung seperti payung, penyemprot ,wajah dan juga pelembab agar kulit tidak kering.
Imam Masjidil Haram Syeikh DR Hassan Bin Abdul Hamid Al Bukhari memberikan pujian bagi jemaah Indonesia. Tokoh terkemukan ini memandang jemaah haji Indonesia merupakan rombongan yang terpuji, lembut, dan tawadhu atau rendah hati.
"Saya melihat bahwa jamaah haji Indonesia itu adalah rombongan yang terpuji. Orangnya lembut-lembut dan tawadhu (rendah hati). Ini sangat menyenangkan di hati orang Muslim di manapun," kata Syeikh DR Hassan Bin Abdul Hamid Al Bukhari kepada Tim Media Center Haji Indonesia di Umm Al Qura University Mekkah.
Ia mengatakan, dengan kelembutan dan kerendahdirian jamaah Indonesia juga suka saling membantu dan saling menolong. Selain itu, ia juga menilai jamaah Indonesia terlihat tertib dan hal ini dianggapnya merupakan anugerah dari Allah.
"Saya juga melihat mereka punya kedisiplinan yang tinggi walaupun Indonesia itu jamaah hajinya paling banyak di dunia, tidak menjadikan itu penghalang untuk mereka selalu disiplin. Jumlah mereka besar, tertib," kata Dekan Ma'had Lughoh Arrabiyah Umm Al Qura University Mekkah itu.
Dan ini, kata dia, menjadi budaya bagi jamaah haji Indonesia. "Kami berharap terus mudah-mudahan kondisi ini bisa dipertahankan dan bisa ditingkatkan agar lebih baik," katanya. Pada kesempatan itu, ia mendoakan agar pelaksanaan ibadah haji berjalan dengan baik dan lancar.
"Ya Allah, dengan kemurahan-Mu jadikanlah semua haji, haji dari Indonesia maupun haji dari belahan negara Muslim di dunia, telah datang kewajiban haji bagi kalian semoga Allah memberikan kemudahan bagi urusan kalian para haji dan Allah menerima ibadah kalian," doanya. (ful/fin)
Menurut certification of death (COD), Nasikin wafat, Minggu (21/7) pukul 16.30 WAS di Rumah Sakit (RS) Al Anshor, Arab Saudi. Sedangkan jemaah kedua. wafat di Madinah, yakni Muhammad Rum Batubara yang berasal dari Mandailing Natal, Sumatera Utara yang tergabung dalam kloter MES 2. Pria berusia 65 tahun ini wafat di Al Salihiyah Golden Hotel pada 21 Juli 2019 pukul 18.45 WAS dikarenakan cardiogenic shock atau serangan jantung juga diketahui sebagai penderita diabetes militus.
Kepala Seksi Pelayanan Kesehatan Daerah Kerja Madinah, dr Edi Supriyatna mengatakan, hingga hari ke -16 masa operasional penyelenggaraan ibadah haji, jumlah jemaah haji yang meninggal dunia maupun sakit menurun dibandingkan periode tahun sebelumnya. "Hingga hari ke-16, sudah 11 jemaah yang wafat. Kalau tahun lalu itu sebanyak 15 jemaah," kata Edi lewat siaran pers yang diteriman Fajar Indonesia Network (FIN).
Demikian juga dengan jumlah jamaah yang sakit. Hal tersebut terlihat dari kunjungan jamaah yang sakit ke Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) mencapai 331 kunjungan. "Kalau pada tahun lalu lebih dari itu," ucapnya.
Edi menjelaskan, kondisi jamaah haji pada 2019 membaik dibandingkan tahun-tahun sebelumnya diakibatkan istita'ah yang semakin baik. "Pada 2019 sebagian besar sudah menyadari, haji itu harus sehat dan bugar," terangnya.
Kondisi ini tidak terlepas dari dari berbagai gerakan kesehatan salah satunya adalah Gerakan Tiga Sukses dan Sehat Haji yang meliputi Gerakan Kebugaran Jasmani Jemaah haji, Gerakan Minum Air Mineral Bersama dan Gerakan Berkacamata hitam.
Sementara itu, Kepala Seksi Kesehatan KKHI Daerah Kerja Mekkah Dr Muhammad Imran mengungkapkan, telapak kaki jamaah asal Indonesia banyak yang melepuh setelah berjalan tanpa alas kaki di Masjidil Haram dan hal ini menjadi hambatan tersendiri bagi ibadah mereka selanjutnya.
"Ketika sandalnya hilang jamaah bilang seperti ini kalau di Indonesia sudah biasa jalan tidak pakai sandal saat ke sawah dan tambak. Ternyata ketika itu dipaksakan kaki mereka luka dan melepuh," kata Imran.
Ia menekankan pentingnya pemakaian alas kaki bagi jamaah karena lingkungan dan kondisi yang sangat berbeda antara di Indonesia dengan di Arab Saudi."Artinya pemahaman dan informasi kepada kepada jamaah itu sangat penting terutama bagi mereka yang belum pernah keluar daerah dan kini langsung ke negara yang suhunya cukup tinggi. Selain itu bnyak juga jamaah kita yang lupa menaruh sandalnya," katanya.
Untuk itu ia mengimbau kepada jamaah saat kehilangan alas kaki untuk segera menghubungi petugas yang selalu bersiaga di pos-pos di Masjidil Haram yang berada di sekitar Hijir Ismail maupun di Pintu Utama Marwah.
Sebab Tim Gerak Cepat (TGC) sudah dibekali dan memiliki persediaan alas kaki yang bisa digunakan oleh jamaah. Namun untuk mereka yang terlanjur mengalami lepuhan di kakinya akan diberikan obat berupa salep khusus yang diharapkan bisa mempercepat proses penyembuhan luka sehingga calon haji bisa kembali beraktivitas dengan baik. "Kalau salep khusus ada untuk penanganan luka melepuh dan biasanya jamaah tidak balik ke hotel karena akan kita bawa ke KKHI untuk penanganan rawat luka di sini," katanya.
Imran secara khusus berpesan kepada jamaah agar tidak keluar pemondokan sendirian karena kondisi di Mekkah sangat berbeda dengan di Tanah Air dengan iklim dan budaya yang juga lain. Ia juga menyarankan agar jamaah dapat mengukur kondisi dan kemampuan fisiknya sendiri.
"Kalau merasa lelah dan capek istirahat saja. Jangan seperti di Indonesia kalau lelah tinggal duduk ngopi sebentar. Kalau di sini enggak bisa harus benar-benar istirahat yang cukup yakni tidur. Karena suhu di sini cukup tinggi tapi kelembabannya rendah sehingga kita jarang berkeringat," terangnya.
Untuk itu ia mengimbau ketika keluar pemondokan, jamaah sebaiknya menggunakan pelindung seperti payung, penyemprot ,wajah dan juga pelembab agar kulit tidak kering.
Imam Masjidil Haram Syeikh DR Hassan Bin Abdul Hamid Al Bukhari memberikan pujian bagi jemaah Indonesia. Tokoh terkemukan ini memandang jemaah haji Indonesia merupakan rombongan yang terpuji, lembut, dan tawadhu atau rendah hati.
"Saya melihat bahwa jamaah haji Indonesia itu adalah rombongan yang terpuji. Orangnya lembut-lembut dan tawadhu (rendah hati). Ini sangat menyenangkan di hati orang Muslim di manapun," kata Syeikh DR Hassan Bin Abdul Hamid Al Bukhari kepada Tim Media Center Haji Indonesia di Umm Al Qura University Mekkah.
Ia mengatakan, dengan kelembutan dan kerendahdirian jamaah Indonesia juga suka saling membantu dan saling menolong. Selain itu, ia juga menilai jamaah Indonesia terlihat tertib dan hal ini dianggapnya merupakan anugerah dari Allah.
"Saya juga melihat mereka punya kedisiplinan yang tinggi walaupun Indonesia itu jamaah hajinya paling banyak di dunia, tidak menjadikan itu penghalang untuk mereka selalu disiplin. Jumlah mereka besar, tertib," kata Dekan Ma'had Lughoh Arrabiyah Umm Al Qura University Mekkah itu.
Dan ini, kata dia, menjadi budaya bagi jamaah haji Indonesia. "Kami berharap terus mudah-mudahan kondisi ini bisa dipertahankan dan bisa ditingkatkan agar lebih baik," katanya. Pada kesempatan itu, ia mendoakan agar pelaksanaan ibadah haji berjalan dengan baik dan lancar.
"Ya Allah, dengan kemurahan-Mu jadikanlah semua haji, haji dari Indonesia maupun haji dari belahan negara Muslim di dunia, telah datang kewajiban haji bagi kalian semoga Allah memberikan kemudahan bagi urusan kalian para haji dan Allah menerima ibadah kalian," doanya. (ful/fin)