JAKARTA - Lima terduga teroris berhasil diamankan Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri dalam dua hari, Sabtu (29/6) dan Minggu (30/6/2019). Kelima terduga teroris tersebut merupakan jaringan kelompok Jemaah Islamiyah (JI) Indonesia.
Mereka dibekuk di empat wilayah berbeda, yaitu Kota Bekasi, Kabupaten Bogor, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat dan daerah Ponorogo, Jawa Timur. Mereka adalah Para Wijayanto, Masitha Yasmin, Bambang Buyoso, Abdurahman, dan Budi Tri.
Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karopenmas) Divisi Humas Polri Brigjen Pol Dedi Prasetyo mengungkapkan, Densus 88 menangkap lima terduga teroris usai serangkaian penyidikan di lapangan.
"Diawali dengan penangkapan seorang buronan kasus terorisme sejak tahun 2003 silam. Dia, seorang Amir atau pemimpin kelompok Jemaah Islamiyah yang telah dibubarkan di Indonesia, pada tahun 2007," kata Dedi, Senin (1/7) di Mabes Polri.
Pemimpin JI itu adalah Para Wijayanto (54). Dia ditangkap bersama istrinya Mashita Yasmin di Hotel Adaya, kawasan Jatisampurna, Kota Bekasi, pada Sabtu (29/6) sekitar pukul 06.00 WIB. Dari situ, lanjut Dedi, petugas mengembangkan keduanya dengan menggeledah tempat tinggalnya di Perumahan Pesona Telaga, Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
"Dari hasil pengembangan ini petugas berhasil mendapati sejumlah barang bukti, antara lain 10 buah senjata tajam berupa, samurai, golok, pisau, pisau daging, (cutter dan sangkur), handycam, tongkat kayu panjang, pisau lempar ninja berbentuk bintang," kata Dedi.
"Tidak hanya itu, anggota juga temukan sejumlah buku-buku, diantaranya berjudul NII sampai JI, lalu buku Ar Risalah, Rezim Nushairiyah, Kitab Almauti, Kitab Attaisir, dan kitab tauhid lainnya. Ada lagi 2 buah Doumble, 4 unit Handphone, dan Ikat kepala bertuliskan tauhid," sambung Dedi.
Dijelaskan Dedi, usai menangkap pemimpin jaringan teroris paling berbahaya di Indonesia sebelum lahirnya Jamaah Ansharut Tauhid (JAT) itu, pada hari yang sama Densus mengamankan Bambang Suyono. Dia berperan sebagai penghubung antara Amir dengan orang yang berhasil direkrut.
"Pelaku (Bambang) ini dibekuk di hari yang sama, pada Sabtu (29/6) lalu, di sebuah SPBU di Bojong Gede, Kab Bogor. Dia langsung digiring bersama dua pelaku sebelumnya ke Bareksrim Polri," jelas Perwira tinggi polisi bintang satu ini.
Pengembangan berlanjut keesokan harinya, Minggu (30/6). Saat itu, dua anggota kelompok ini kembali dibekuk di dua lokasi berbeda. Pertama Abdurahman hasil rekrutan Wijayanto yang diamankan di Perumahan Griya Satria, Bekasi, Jawa Barat. Kedua, Budi Trikaryanto yang ditangkap di Jalan Raya Pohijo, Sampung Ponorogo, Jawa Timur. Dia ditangkap saat hendak melarikan diri ke Jawa Tengah.
"Keduanya punya peran berbeda, A (Abdurahman) paska direkrut diberi tugas menggerakkan organisasi JI di seluruh Indonesia. BT (Budi Trikaryanto) ini punya peran sebagai penasehat atau asisten PW (Para Wijayanto), sekaligus pengendali JI di Jawa Timur," terangnya.
Tim Densus 88 juga menggeledah kontrakan Budi di Perumahan Grisimei, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, dan berhasil menyita sejumlah barang bukti, seperti buku jihad, tabungan, surat nikah, sepeda motor, dan senjata tajam semacam golok.
Dedi menerangkan, kelompok terlarang ini bisa tetap eksis setelah membaiat Para Wijayanto yang merupakan ahli bidang intelijen pada tahun 2002. Para ditunjuk sebagai amir untuk menggantikan Zarkasih, pemimpin sebelumnya yang tertangkap Densus 88.
"Pembaitan PW ini setelah kelompok ini resmi dibubarkan tahun 2007. Adapun setelah dibaiat sebagai Amir itu pula dia berjuang membuat JI di Indonesia tetap eksis dan besar lewat upaya-upaya perekrutan sejumlah anggota," ujar Dedi.
Diantara upayanya itu, kata Dedi, sosok yang pernah menjadi koordinator Al-Qaidah Asia Tenggara ini mengunakan cara berdakwah untuk menularkan doktrin mendirikan negara Islam. Dakwah ini sudah didalami sejak duduk di bangku kuliah pada 1982 sampai 1989. (Mhf/gw/fin)
Mereka dibekuk di empat wilayah berbeda, yaitu Kota Bekasi, Kabupaten Bogor, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat dan daerah Ponorogo, Jawa Timur. Mereka adalah Para Wijayanto, Masitha Yasmin, Bambang Buyoso, Abdurahman, dan Budi Tri.
Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karopenmas) Divisi Humas Polri Brigjen Pol Dedi Prasetyo mengungkapkan, Densus 88 menangkap lima terduga teroris usai serangkaian penyidikan di lapangan.
"Diawali dengan penangkapan seorang buronan kasus terorisme sejak tahun 2003 silam. Dia, seorang Amir atau pemimpin kelompok Jemaah Islamiyah yang telah dibubarkan di Indonesia, pada tahun 2007," kata Dedi, Senin (1/7) di Mabes Polri.
Pemimpin JI itu adalah Para Wijayanto (54). Dia ditangkap bersama istrinya Mashita Yasmin di Hotel Adaya, kawasan Jatisampurna, Kota Bekasi, pada Sabtu (29/6) sekitar pukul 06.00 WIB. Dari situ, lanjut Dedi, petugas mengembangkan keduanya dengan menggeledah tempat tinggalnya di Perumahan Pesona Telaga, Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
"Dari hasil pengembangan ini petugas berhasil mendapati sejumlah barang bukti, antara lain 10 buah senjata tajam berupa, samurai, golok, pisau, pisau daging, (cutter dan sangkur), handycam, tongkat kayu panjang, pisau lempar ninja berbentuk bintang," kata Dedi.
"Tidak hanya itu, anggota juga temukan sejumlah buku-buku, diantaranya berjudul NII sampai JI, lalu buku Ar Risalah, Rezim Nushairiyah, Kitab Almauti, Kitab Attaisir, dan kitab tauhid lainnya. Ada lagi 2 buah Doumble, 4 unit Handphone, dan Ikat kepala bertuliskan tauhid," sambung Dedi.
Dijelaskan Dedi, usai menangkap pemimpin jaringan teroris paling berbahaya di Indonesia sebelum lahirnya Jamaah Ansharut Tauhid (JAT) itu, pada hari yang sama Densus mengamankan Bambang Suyono. Dia berperan sebagai penghubung antara Amir dengan orang yang berhasil direkrut.
"Pelaku (Bambang) ini dibekuk di hari yang sama, pada Sabtu (29/6) lalu, di sebuah SPBU di Bojong Gede, Kab Bogor. Dia langsung digiring bersama dua pelaku sebelumnya ke Bareksrim Polri," jelas Perwira tinggi polisi bintang satu ini.
Pengembangan berlanjut keesokan harinya, Minggu (30/6). Saat itu, dua anggota kelompok ini kembali dibekuk di dua lokasi berbeda. Pertama Abdurahman hasil rekrutan Wijayanto yang diamankan di Perumahan Griya Satria, Bekasi, Jawa Barat. Kedua, Budi Trikaryanto yang ditangkap di Jalan Raya Pohijo, Sampung Ponorogo, Jawa Timur. Dia ditangkap saat hendak melarikan diri ke Jawa Tengah.
"Keduanya punya peran berbeda, A (Abdurahman) paska direkrut diberi tugas menggerakkan organisasi JI di seluruh Indonesia. BT (Budi Trikaryanto) ini punya peran sebagai penasehat atau asisten PW (Para Wijayanto), sekaligus pengendali JI di Jawa Timur," terangnya.
Tim Densus 88 juga menggeledah kontrakan Budi di Perumahan Grisimei, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, dan berhasil menyita sejumlah barang bukti, seperti buku jihad, tabungan, surat nikah, sepeda motor, dan senjata tajam semacam golok.
Dedi menerangkan, kelompok terlarang ini bisa tetap eksis setelah membaiat Para Wijayanto yang merupakan ahli bidang intelijen pada tahun 2002. Para ditunjuk sebagai amir untuk menggantikan Zarkasih, pemimpin sebelumnya yang tertangkap Densus 88.
"Pembaitan PW ini setelah kelompok ini resmi dibubarkan tahun 2007. Adapun setelah dibaiat sebagai Amir itu pula dia berjuang membuat JI di Indonesia tetap eksis dan besar lewat upaya-upaya perekrutan sejumlah anggota," ujar Dedi.
Diantara upayanya itu, kata Dedi, sosok yang pernah menjadi koordinator Al-Qaidah Asia Tenggara ini mengunakan cara berdakwah untuk menularkan doktrin mendirikan negara Islam. Dakwah ini sudah didalami sejak duduk di bangku kuliah pada 1982 sampai 1989. (Mhf/gw/fin)