IMAM/EKSPRES |
Keresahan ini salah satunya dialami oleh Sertu Nurohman. Pihaknya yang anggota Kodim 0709/Kebumen juga merupakan peternak perkutut di Desa Karangsari Kebumen. Sertu Nurohman menegaskan, harga mahal saja sudah menjadi salah satu kendala. Apalagi barangnya tidak ada. “Untuk mencari milet, saya bahkan tanya ke toko yang khusus melayani pakan unggas. Namun dibilangnya stok habis,” tuturnya, Kamis (25/7/2019).
Harga milet terus melambung pada Mei 2019 ini awalnya masih Rp 8 ribu. Kemudian naik menjadi Rp 10 ribu. Harga terus naik hingga mencapai Rp 15 ribu. Di warung atau kios burung di desa-desa harga milet tembus Rp 17 ribu. Kerena minimnya barang, pembeli tidak boleh memborongnya.
Dijelaskannya, jumlah peternak perkutut di Wilayah Kabupaten Kebumen hampir mencapai 1.000 peternak. Ini bervariasi mulai dari skala kecil yakni 10 kandang hingga ratusan kandang perorangnya. Untuk Desa Karangsari saja setidaknya terdaftar di Pemerintah desa mencapai 200 peternak. “Mereka tergabung dalam Paguyuban Peternak Perkutut Kebumen "Kukilo Kencono". Terdaftar 100 peserta dari beberapa Desa yang ada di Wilayah Kebumen,” ungkapnya.
Sertu Nurrohman menjelaskan, kelangkaan milet yang merupakan pakan utama peternak perkutut jelas menjadi ancaman. Kini untuk menyiasati hal tersebut, peternak terpaksa mengurangi jatah milet.
Adapun pemberian pakan dicampur dengan beras merah. Bahkan ada pula yang mencampur dengan jagung yang sudah digiling (jagung halus). “Setahu saya peternak burung perkutut di Kebumen, dari berbagai kalangan masyarakat. Ada juga yang khusus beternak untuk menghidupi keluarganya. Namun ada juga yang karena hobi dan menghasilkan,” ungkapnya.
Dengan adanya kelangkaan milet, para peternak merasa khawatir. Sebab ini dapat menjadi ancaman nyata bagi para peternak. Pihaknya berharap kondisi tersebut dapat segera pulih kembali. Dimana milet tersedia banyak dipasaran. “Sehingga peternak dapat menjalankan peternakan dengan baik,” ucapnya. (mam)