KEBUMEN (kebumenekspres.com)- Setelah melanglang di sejumlah daerah bahkan ke luar negeri, Dalang Cilik Pramariza Fadlansyah (14)-Rafi Ramadhan (12) akhirnya menghibur warga tempat mereka berasal, Desa Banyumudal, Kecamatan Buayan. Dalam pagelaran wayang kulit yang digelar Sabtu malam (29/6/2019) itu, Prama-Rafi membawakan lakon "Narayana Ratu".
Masyarakat pun berbondong-bondong menyerbu sanggar seni yang dijadikan tempat pertunjukan. Hadir kemarin, Rektor Universitas Indraprasta (Unindra) PGRI Jakarta, Prof Dr H Sumaryoto. Juga Kepala Bap3da Kabupaten Kebumen, Ir Pudjirahaju beserta ratusan undangan lain.
Pentas wayang kali ini tergolong sederhana, karena mengambil tempat di sanggar seni bukan seperti lapangan luas seperti pagelaran lain. Namun, ada makna cukup mendalam dalam gelaran kali. Ya, Desa Banyumudal, Kecamatan Buayan, merupakan tanah kelahiran Kakek Prama-Raffi, Prof Sumaryoto, yang Rektor Unindra Jakarta itu.
Prof Sumaryoto ditemui awak media sebelum pagelaran mengatakan, pagelaran wayang dua cucunya tersebut masih dalam rangka pengabdian masyarakat Universitas Indraprastha, PGRI Jakarta. Bila sebelumnya, Prama-Rafi banyak manggung di luar daerah, kini mereka tampil di "kandang" sendiri.
"Karena ada kewajiban-kewajiban sebelumnya untuk mentas di luar daerah bahkan luar negeri, baru kali ini Prama Rafi manggung di Buayan. Ini juga hanya kegiatan rutin di sanggar ini. Sekaligus silaturahmi karena masih masuk bulan Syawal," kata Profesor Sumaryoto.
Dalam skala lebih luas, Prof Sumaryoto mengatakan, kehadiran Prama-Raffi di Buayan, masih mengemban misi yang sama. Yakni dalam rangka melestarikan kesenian wayang kulit.
Sekaligus, membangun kesadaran bersama akan pentingnya seni yang sudah diakui Unesco ini. "Prama-Raffi besar dan lahir di Jakarta. Namun, mereka suka wayang bahkan tanpa guru. Wayang, juga mendapat perhatian di Eropa dengan adanya sanggar karawitan untuk anak-anak. Itu bahkan tak ada di Indonesia, " kata Prof Sumaryoto didampingi sang istri, Anna Nur Fahana MMMPd..
Semangat itu pula yang dibawa Unindra Jakarta. Mereka rutin menggelar pengabdian masyarakat (abdimas) dalam bentuk pagelaran wayang kulit. Dalam setahun, sebulan sekali mereka gelar di berbagai wilayah. Prama-Raffi yang saat ini didapuk sebagai Duta Budaya Internasional dan baru saja pentas di India, Korea Selatan itu tak pernah ketinggalan unjuk kepiawaian mendalang.
"Sebulan sekali. Pada 27 Juli kita di Nusawungu berkolaborasi dengan Dalang Jatmiko. Pada 20 Agustus, Prama-Raffi bakal manggung di alun-alun Kebumen bersama Ki Anom Suroto dalam rangkaian Hari Jadi Kebumen," ujar Prof Sumaryoto.
Sementara itu, Pramariza Fadlansyah, mengaku bangga menekuni seni wayang kulit. Mereka pun tak lelah menghibur penonton. Termasuk, saat ini bersiap untuk pagelaran selanjutnya, termasuk bakal manggung dalam rangka Hari Jadi Kebumen. "Seneng bisa main wayang," imbuh Rafi, sang adik. (cah)
Masyarakat pun berbondong-bondong menyerbu sanggar seni yang dijadikan tempat pertunjukan. Hadir kemarin, Rektor Universitas Indraprasta (Unindra) PGRI Jakarta, Prof Dr H Sumaryoto. Juga Kepala Bap3da Kabupaten Kebumen, Ir Pudjirahaju beserta ratusan undangan lain.
Pentas wayang kali ini tergolong sederhana, karena mengambil tempat di sanggar seni bukan seperti lapangan luas seperti pagelaran lain. Namun, ada makna cukup mendalam dalam gelaran kali. Ya, Desa Banyumudal, Kecamatan Buayan, merupakan tanah kelahiran Kakek Prama-Raffi, Prof Sumaryoto, yang Rektor Unindra Jakarta itu.
Prof Sumaryoto ditemui awak media sebelum pagelaran mengatakan, pagelaran wayang dua cucunya tersebut masih dalam rangka pengabdian masyarakat Universitas Indraprastha, PGRI Jakarta. Bila sebelumnya, Prama-Rafi banyak manggung di luar daerah, kini mereka tampil di "kandang" sendiri.
"Karena ada kewajiban-kewajiban sebelumnya untuk mentas di luar daerah bahkan luar negeri, baru kali ini Prama Rafi manggung di Buayan. Ini juga hanya kegiatan rutin di sanggar ini. Sekaligus silaturahmi karena masih masuk bulan Syawal," kata Profesor Sumaryoto.
Dalam skala lebih luas, Prof Sumaryoto mengatakan, kehadiran Prama-Raffi di Buayan, masih mengemban misi yang sama. Yakni dalam rangka melestarikan kesenian wayang kulit.
Sekaligus, membangun kesadaran bersama akan pentingnya seni yang sudah diakui Unesco ini. "Prama-Raffi besar dan lahir di Jakarta. Namun, mereka suka wayang bahkan tanpa guru. Wayang, juga mendapat perhatian di Eropa dengan adanya sanggar karawitan untuk anak-anak. Itu bahkan tak ada di Indonesia, " kata Prof Sumaryoto didampingi sang istri, Anna Nur Fahana MMMPd..
Semangat itu pula yang dibawa Unindra Jakarta. Mereka rutin menggelar pengabdian masyarakat (abdimas) dalam bentuk pagelaran wayang kulit. Dalam setahun, sebulan sekali mereka gelar di berbagai wilayah. Prama-Raffi yang saat ini didapuk sebagai Duta Budaya Internasional dan baru saja pentas di India, Korea Selatan itu tak pernah ketinggalan unjuk kepiawaian mendalang.
"Sebulan sekali. Pada 27 Juli kita di Nusawungu berkolaborasi dengan Dalang Jatmiko. Pada 20 Agustus, Prama-Raffi bakal manggung di alun-alun Kebumen bersama Ki Anom Suroto dalam rangkaian Hari Jadi Kebumen," ujar Prof Sumaryoto.
Sementara itu, Pramariza Fadlansyah, mengaku bangga menekuni seni wayang kulit. Mereka pun tak lelah menghibur penonton. Termasuk, saat ini bersiap untuk pagelaran selanjutnya, termasuk bakal manggung dalam rangka Hari Jadi Kebumen. "Seneng bisa main wayang," imbuh Rafi, sang adik. (cah)