ISTIMEWA |
Untuk menunjang hal tersebut Dinas Kelautan dan Perikanan (Dinlutkan) Kabupaten Kebumen melaksanakan pembinaan dan pelatihan maggot. Magot sendiri sebenarnya merupakan larva dari lalat. Larva lalat ini kaya akan protein hewani sehingga bagus untuk pakan ikan. Dengan menggunakan pakan alternatif tersebut diharapkan dapat menekan biaya pada budidaya ikan.
Pembinaan dan Pelatihan dilakukan di Oemah Maggot Desa Tlogorejo Bonorowo. Peserta mengikuti pelatihan selama 12 hari. Ini dimulai dari 29 Juli 2019. Acara tersebut ikuti oleh 80 perwakilan kelompok pembudidaya ikan (pokdakan) se Kabupaten Kebumen. Acara ini juga di buka Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kebumen.
Untuk Instruktur Pelatihan mengundang Nur Muhamad Zakaria, dari Oemah Maggot Kebumen. Dalam kesempatan tersebut Zakaria menyampaikan maggot sendiri merupakan larva dari lalat lalat buah atau Black Soldjer Flay (BSF). Larva BSF berukuran lebih besar dari pada larva lalat pada umumnya. Selain itu BSF juga lebih sehat. “Adapun media yang digunakan yakni sampah organik,” tuturnya.
Dijelaskannya, budidaya maggot pada prinsipnya yakni menyediakan media yang disukai lalat BSF. Media tersebut yang berupa sampah organik tersebut nantinya akan mengundang lalat BSF untuk bertelur. Setelah itu telur akan menetas dan menjadi ribuan larva. “Larva inilah yang nantinya akan digunakan untuk pakan ikan. Lalat BSF merupakan tentara hitam yang menghasilkan maggot. Adapun makanan maggot yakni berupa sampah organik,” jelasnya.
Sementara itu Kepala Dinlutkan Kebumen Laode Haslam melalui Kabid Kabid Usaha Perikanan Sigit Dwi Purnomo menyampaikan adanya pelatihan ini diharapan para pembudidaya ikan dapat memahami dan mempraktikan. Sehinga dengan adanya pakan alternatif alami maggot dapat mengurangi biaya pakan. “Selain itu juga dapat memanfaatkan sampah organik yang selama ini masih menjadi masalah lingkungan,” ucapnya. (mam)