KEBUMEN (kebumeenekspres.com)- Kabar dan rumor seputar Pilbup Kebumen 2020 terus mengalir. Sejumlah nama mulai disebut bakal maju dalam persaingan menuju posisi Kebumen 1 dan 2 itu. Terbaru munculnya nama Mantan Bupati Kebumen periode 2010-2015, Buyar Winarso.
Terkait kabar itu, Buyar Winarso menepisnya. Politisi PAN kelahiran Desa Wonokromo Kecamatan Alian itu mengaku tidak terpikirkan untuk kembali maju dalam proses Pilkada. Ia malah mendorong, agar putra-putra terbaik Kebumen mau tampil. Dan, siapapun yang terpilih nantinya, Buyar mengaku siap mendukung.
"Ga Mas makasih. Saya gak mampu. Insa Alloh besok dapat putra Kebumen yang terbaik. Siapapun yang terpilih, saya dukung sesuai tupoksi saya sebagai Putra Kebumen," ujar Buyar saat dikonfirmasi wartawan, kemarin (14/8/2019).
Secara terpisah, Pemerhati kebijakan Kabupaten Kebumen, Arif Yuswandono, sosok Buyar Winarso menjadi menarik dalam sejarah politik khususnya mengenai Pilbup. Buyar, katanya, seperti mengawali trend politik di Kebumen dimana seorang calon dari luar partai bisa terpilih menjadi Bupati.
Buyar yang berlatar belakang pengusaha berpasangan dengan Djuwarni yang juga bukan kader partai politik. Berbekal slogan "Aku sing ngerti karepmu" pada Pilkada Kebumen tahun 2010, Buyar-Djuwarni berhasil mengalahkan kader partai KH Nashiruddin Al Mansyur (Ketua Demokrat Kebumen) yang berpasangan dengan Probo Indartono (kader tulen PDIP).
Bukan kader partai dan memenangi Pilkada kemudian terulang pada Pilkada 2015. Dimana saat itu, Mohammad Yahya Fuad, seorang aktivis Muhammadiyah dan pengusaha juga berhasil menjadi pemenang.
Pilkada Kebumen 2015, kata Arif Yuswandono, bahkan menjadi pukulan telak bagi institusi parpol, karena praktis tidak ada satupun kandidat yang merupakan kader murni partai.
"
Fenomena diatas memberikan pelajaran kepada kita, khususnya di Kebumen, bahwa sejatinya keberadaan partai politik tidak begitu signifikan dan tidak strategis. Hal ini diperkuat dengan tidak pernah menangnya paslon yang diusung," kata Arif.
Fenomena Buyar Winarso dan Mohammad Yahya Fuad, kata Arif, bisa dimaknai sebagai kegagalan parpol melahirkan pemimpin desain sistem demokrasi dimana seharinya parpol ada untuk untuk melahirkan para pemimpin setiap lima tahun sekali. Baik pemimpin di lembaga eksekutif maupun legislatif.
"Namun itu tidak terjadi di Kebumen.
Parpol-parpol di Kebumen gagal melakukan pembinaan dan kaderisasi untuk memunculkan calon pemimpin yang akan ditawarkan ke publik setiap lima tahun sekali.
Para pengurus parpol lebih memilih mengambil kandidat dari luar kader mereka untuk diusung pada setiap gelaran Pilkada," katanya.
Dua gelaran Pilkada di Kebumen itu juga menarik. Yakni gagalnya PDIP sebagai pemenang Pemilu mendudukkan kadernya di kursi Bupati dan Wakil Bupati. "Gagalnya
parpol melahirkan calon pemimpin dan tidak efektifnya mesin parpol ini juga memunculkan peluang lahirnya paslon dari jalur independen," ujarnya.
Arif mengatakan, jalur independen ini sangat memungkinkan di Pilbup 2020. "Hanya perlu keberanian dan sedikit gorengan maka keberadaan paslon dari jalur independen akan bisa menjadi kuda hitam pada gelaran Pilbup Kebumen 2020 mendatang," katanya.
Kabar baiknya, tak terlalu sulit maju lewat jalur independen. Berdasar UU No. 12 Tahun 2008, hanya dengan modal dukungan 6,5-10% dukungan DPT (10.000 untuk Kebumen) dibuktikan dengan foto kopi KTP sudah cukup bagi calon untuk maju. "Selain itu, beban biaya juga bisa dihemat, karena tidak perlu melakukan lobi politik kepada jajaran pengurus parpol untuk mendapatkan rekomendasi," ujarnya.
Yang harus dicatat pula, sejumlah calon melalui jalur independen sudah terbukti bisa melaju mulus di daerah lain. Seperti Aceng Fikri - Dicky Chandra (Garut 2009), Saefullah - Hadi Sutjipto (Sidoarjo 2011), Dadang M Nasser - Gun Gun Gunawan (Kab. Bandung 2015), Abdul Hafidz - Bayu Andriyanto (Rembang 2015) dan masih banyak lagi di luar Jawa.
"
Nah, untuk Pilkada Kebumen 2020 mendatang bukan hal yang mustahil untuk munculnya kandidat dari jalur independen. Bahkan sangat mungkin paslon dari jalur independen tersebut memenangkan Pilbup Kebumen pada 2020 tahun depan.
Kuncinya adalah jaringan relawan yang militan dan ketersediaan logistik yang kuat," ujar Arif.(cah)
Terkait kabar itu, Buyar Winarso menepisnya. Politisi PAN kelahiran Desa Wonokromo Kecamatan Alian itu mengaku tidak terpikirkan untuk kembali maju dalam proses Pilkada. Ia malah mendorong, agar putra-putra terbaik Kebumen mau tampil. Dan, siapapun yang terpilih nantinya, Buyar mengaku siap mendukung.
"Ga Mas makasih. Saya gak mampu. Insa Alloh besok dapat putra Kebumen yang terbaik. Siapapun yang terpilih, saya dukung sesuai tupoksi saya sebagai Putra Kebumen," ujar Buyar saat dikonfirmasi wartawan, kemarin (14/8/2019).
Secara terpisah, Pemerhati kebijakan Kabupaten Kebumen, Arif Yuswandono, sosok Buyar Winarso menjadi menarik dalam sejarah politik khususnya mengenai Pilbup. Buyar, katanya, seperti mengawali trend politik di Kebumen dimana seorang calon dari luar partai bisa terpilih menjadi Bupati.
Buyar yang berlatar belakang pengusaha berpasangan dengan Djuwarni yang juga bukan kader partai politik. Berbekal slogan "Aku sing ngerti karepmu" pada Pilkada Kebumen tahun 2010, Buyar-Djuwarni berhasil mengalahkan kader partai KH Nashiruddin Al Mansyur (Ketua Demokrat Kebumen) yang berpasangan dengan Probo Indartono (kader tulen PDIP).
Bukan kader partai dan memenangi Pilkada kemudian terulang pada Pilkada 2015. Dimana saat itu, Mohammad Yahya Fuad, seorang aktivis Muhammadiyah dan pengusaha juga berhasil menjadi pemenang.
Pilkada Kebumen 2015, kata Arif Yuswandono, bahkan menjadi pukulan telak bagi institusi parpol, karena praktis tidak ada satupun kandidat yang merupakan kader murni partai.
"
Fenomena diatas memberikan pelajaran kepada kita, khususnya di Kebumen, bahwa sejatinya keberadaan partai politik tidak begitu signifikan dan tidak strategis. Hal ini diperkuat dengan tidak pernah menangnya paslon yang diusung," kata Arif.
Fenomena Buyar Winarso dan Mohammad Yahya Fuad, kata Arif, bisa dimaknai sebagai kegagalan parpol melahirkan pemimpin desain sistem demokrasi dimana seharinya parpol ada untuk untuk melahirkan para pemimpin setiap lima tahun sekali. Baik pemimpin di lembaga eksekutif maupun legislatif.
"Namun itu tidak terjadi di Kebumen.
Parpol-parpol di Kebumen gagal melakukan pembinaan dan kaderisasi untuk memunculkan calon pemimpin yang akan ditawarkan ke publik setiap lima tahun sekali.
Para pengurus parpol lebih memilih mengambil kandidat dari luar kader mereka untuk diusung pada setiap gelaran Pilkada," katanya.
Dua gelaran Pilkada di Kebumen itu juga menarik. Yakni gagalnya PDIP sebagai pemenang Pemilu mendudukkan kadernya di kursi Bupati dan Wakil Bupati. "Gagalnya
parpol melahirkan calon pemimpin dan tidak efektifnya mesin parpol ini juga memunculkan peluang lahirnya paslon dari jalur independen," ujarnya.
Arif mengatakan, jalur independen ini sangat memungkinkan di Pilbup 2020. "Hanya perlu keberanian dan sedikit gorengan maka keberadaan paslon dari jalur independen akan bisa menjadi kuda hitam pada gelaran Pilbup Kebumen 2020 mendatang," katanya.
Kabar baiknya, tak terlalu sulit maju lewat jalur independen. Berdasar UU No. 12 Tahun 2008, hanya dengan modal dukungan 6,5-10% dukungan DPT (10.000 untuk Kebumen) dibuktikan dengan foto kopi KTP sudah cukup bagi calon untuk maju. "Selain itu, beban biaya juga bisa dihemat, karena tidak perlu melakukan lobi politik kepada jajaran pengurus parpol untuk mendapatkan rekomendasi," ujarnya.
Yang harus dicatat pula, sejumlah calon melalui jalur independen sudah terbukti bisa melaju mulus di daerah lain. Seperti Aceng Fikri - Dicky Chandra (Garut 2009), Saefullah - Hadi Sutjipto (Sidoarjo 2011), Dadang M Nasser - Gun Gun Gunawan (Kab. Bandung 2015), Abdul Hafidz - Bayu Andriyanto (Rembang 2015) dan masih banyak lagi di luar Jawa.
"
Nah, untuk Pilkada Kebumen 2020 mendatang bukan hal yang mustahil untuk munculnya kandidat dari jalur independen. Bahkan sangat mungkin paslon dari jalur independen tersebut memenangkan Pilbup Kebumen pada 2020 tahun depan.
Kuncinya adalah jaringan relawan yang militan dan ketersediaan logistik yang kuat," ujar Arif.(cah)