ISTIMEWA |
Belakang Rumah Martha Tilaar Gombong menjadi perhelatan acara ini. Bagian belakang rumah disulap menjadi sebuah panggung pementasan sederhana. Sementara di halaman yang tersisa ditata beberapa kursi dan tikar. Pendar lampu listrik dan beberapa cahaya lilin melenggak-lenggok ditiup angin dingin.
Pengasuh dan koordinator LISONG Sabur Herdian Raamin dalam sambutannya memberikan penjelasan seputar makna tema dalam poster undangan yaitu "Menanti Uhuk". Dijelaskannya “Uhuk” merupakan sebuah onomatope yang sering didengar dari orang yang mengalami batuk. Batuk sedikit banyak akan melegakan tenggorokan. Terlebih bila berhasil mengeluarkan sesuatu yang merangsangnya.
Sudah sedemikian lama, "tenggorokan" LISONG dirangsang dengan ribuan puisi. Namun, sampai saat ini masih belum bisa meng-uhuk-kannya dalam bentuk antologi bersama. Banyak aspek yang mempengaruhi terwujudnya idealisme bersama tersebut. “Semoga momen 1st anniversary atau ulang tahun pertama ini menjadikan dorongan untuk UHUKK...! lebih kuat sehingga tidak lama lagi akan keluarlah hal yang merangsang itu dengan hasil melegakan,” katanya.
Dijelaskan hingga kini ada sekitar 2000-an puisi yang sudah dihasilkan oleh anggota group. Ini akan diseleksi dan dikompilasi menjadi sebuah antologi yang diharapkan dapat berkontribusi dalam perkembangan dunia sastra di Kebumen.
Kesederhanaan perayaan ulang tahun LISONG diramaikan oleh kolega sastra Sekolah Rakyat Melu Bae yang beberapa hari sebelumnya sukses mementaskan Repertoar Dangsak di Pendopo Kabupaten Kebumen.
Komunitas LISONG diawali dari sebuah group WA sejak Juli 2018 silam. Pada komunitas itu kerap saling berbagi puisi dan sejumlah event pementasan puisi para anggota group.
(mam)