Saefur Rohman / Kebumen Ekspres |
Pantauan koran ini, air berwarna merah terlihat dari jalan raya Mertokondo-Karangsambung. Radius warna merah juga cukup luas, sekitar 500 meter.
"Saya heran, sejak kecil baru pertama lihat warna air sungai menjadi merah dari lumut dan banyak sekali, serem seperi lautan darah," kata Salimun (42) salah satu warga Desa Banioro Kecamatan Karangsambung ditemui wartawan, Selasa (10/9/2019).
Hal senada juga dikatakan Watini (51). Perempuan warga RT 5 RW 2 Desa Kedungwaru kecamatan itu mengaku baru baru kali pertama Sungai Lukulo yang berwarna merah.
Mungalim (80), warga RT 1 RW 1 Desa Seling Kecamatan Karangsambung, mengatakan fenomena tersebut bukanlah hal yang amat sangat luar biasa. Menurutnya, warna merah itu disebabkan adanya tumbuhan semacam lumut atau Alga Merah yang memenuhi permukaan air sungai.
Jadi, warna merah disebabkan tumbunan itu petani sekitar menyebutnya dengan istilah rumput Ampak - Ampak merah yang berasal dari sawah. "Itu rumput Ampak - Ampak biasanya di sawah saya bersihkan tapi karena musim kemarau (Ketiga) biasanya tumbuhnya cepat, tapi memang baru kali ini tumbuh banyak banget," kata Mungalim
Terpisah, Praktisi Pemerhati Lingkungan Kabupaten Kebumen, Aji Prasetyo Winarno, mengatakan fenomena rumput berwarna merah hati yang memenuhi aliran Sungai Lukulo yang berada di Desa Seling Kecamatan Karangsambung itu merupakan rumput jenis tumbuhan Ganggang Merah atau Alga Merah (Red Alga). "Itu semacam ganggang atau alga merah," katanya via pesan singkat.
Pria lulusan sarjana biologi itu mengungkapkan fenomena ini disebabkan beberapa faktor seperti musim kemarau dan air yang menggenang. "Perlu ditinjau lebih lanjut, pada dasarnya itu sudah ada populasinya, tapi saat ini sedang mengalami peledakan," lanjutnya.
Aji, mengungkapkan soal dampak buruk ia mengungkapkan tumbuhan itu tidak membahayakan namun jika populasi dan perkembangannya terlalu berlebihan bisa juga menyebabkan gangguan keseimbangan ekosistem air. "Kalau berlebihan kandungan oksigen di lokasi itu berkurang untuk organisme yang hidup disitu, itu bisa jadi karna faktor kemarau," katanya.
Namun sejauh ini, ia mengungkapkan adanya fenomena itu harus ditindaklanjuti dengan uji laboraturium. Menurutnya adanya fenomena itu bisa ditangani oleh Dinas Lingkungan Hidup atau Dinas Kesehatan. "Untuk tahu atau tidak bahayanya harus di uji Laboratorium dulu. Ada Laboratorium di Dinas Pertanian Jalan Ronggowarsito di lantai dua, untuk wewenang kayaknya itu masuknya Lingkungan Hidup atau Dinkes," tambahnya. (fur)