![]() |
darno/radarbanyumas |
Warga Dusun Semayun Desa Gentansari Kecamatan Pagedongan, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, memiliki ritual unik untuk memanggil hujan. Ritual ini hanya dilaksanakan jika terjadi kemarau panjang. Seperti apa?
--------------------
DARNO, Banjarnegara
--------------------
Soal nama, mungkin di daerah lain ada ritual dengan nama serupa. Namun Cowongan yang ada di Semayun Banjarnegara ini berbeda dengan yang ada di tempat lain. Bahkan di Gentansari, hanya dusun tersebut yang memiliki ritual Cowongan ini.
Tradisi unik ini bertujuan untuk memanggil turunnya hujan. Cowongan berasal dari kata Cowong yang berarti mirip orang. Dalam tradisi ini, memang dilakukan pengarakan boneka yang dibentuk mirip dengan manusia.
Boneka ini terbuat dari batok kelapa dan batang bambu. Boneka tersebut dibalut dengan bunga kamboja kuning dan dirias sedemikian rupa agar mirip dengan manusia. Selama pelaksanaan ritual, nuansa mistis kental terasa.
Musim kemarau pada tahun 2019 ini berlangsung lebih panjang dibanding tahun-tahun sebelumnya. Sehingga warga Semayun banyak yang mengusulkan agar digelar tradisi Cowongan.
Namun sang tetua adat Ismoyo tidak serta merta menerima permintaan warga. Sebab ada sejumlah syarat dan waktu tertentu untuk menggelar tradisi Cowongan ini. Cowongan digelar selama tujuh malam berturut-turut dan pada tahun ini dimulai (29/10). Terakhir, ritual ini dilaksanakan pada tahun 2014 lalu.
"Saya pribadi tidak tahu persis kapan awal mula tradisi Cowongan. Tapi sudah berlangsung turun-temurun," paparnya. Ismoyo sendiri merupakan penerus trah tradisi Cowongan. "Sempat vakum lama, sekitar 24 tahun. Tapi doanya ya masih hafal," paparnya.
Sebelum Cowongan dimulai, warga berkumpul membuat lingkaran memutari boneka Cowogan. Tua-muda, lelaki-perempuan, anak-anak dan dewasa berkumpul ikut merapal mantra yang dipimpin tetua adat. Setelah itu, boneka Cowongan diarak keliling kampung, sambil diiringi warga setempat yang tetap merapal mantra. Menurut penuturan tetua adat, dalam ritual ini ada mahluk halus yang masuk ke dalam boneka Cowongan. Mahluk halus ini mengendalikan boneka dan bergerak sesukanya.
Dalam setiap ritual, ada dua boneka Cowongan yang diarak. Masing-masing mewakili Nini Cowong dan Kaki Cowong. Tak ayal, jalanan kampung yang dipenuhi pengunjung dari berbagai wilayah berupaya menghindari agar tidak kepentok boneka. Sebab ada mitos pengunjung yang kepentung Cowongan akan ketiban sial. Keriuhan warga semakin menjadi saat Cowongan laki-laki yang merasuki boneka. Sebab tenaganya lebih kuat dan lebih "liar". Boneka baru mau berhenti setelah menemukan air yang dicari. (*)
Musim kemarau pada tahun 2019 ini berlangsung lebih panjang dibanding tahun-tahun sebelumnya. Sehingga warga Semayun banyak yang mengusulkan agar digelar tradisi Cowongan.
Namun sang tetua adat Ismoyo tidak serta merta menerima permintaan warga. Sebab ada sejumlah syarat dan waktu tertentu untuk menggelar tradisi Cowongan ini. Cowongan digelar selama tujuh malam berturut-turut dan pada tahun ini dimulai (29/10). Terakhir, ritual ini dilaksanakan pada tahun 2014 lalu.
"Saya pribadi tidak tahu persis kapan awal mula tradisi Cowongan. Tapi sudah berlangsung turun-temurun," paparnya. Ismoyo sendiri merupakan penerus trah tradisi Cowongan. "Sempat vakum lama, sekitar 24 tahun. Tapi doanya ya masih hafal," paparnya.
Sebelum Cowongan dimulai, warga berkumpul membuat lingkaran memutari boneka Cowogan. Tua-muda, lelaki-perempuan, anak-anak dan dewasa berkumpul ikut merapal mantra yang dipimpin tetua adat. Setelah itu, boneka Cowongan diarak keliling kampung, sambil diiringi warga setempat yang tetap merapal mantra. Menurut penuturan tetua adat, dalam ritual ini ada mahluk halus yang masuk ke dalam boneka Cowongan. Mahluk halus ini mengendalikan boneka dan bergerak sesukanya.
Dalam setiap ritual, ada dua boneka Cowongan yang diarak. Masing-masing mewakili Nini Cowong dan Kaki Cowong. Tak ayal, jalanan kampung yang dipenuhi pengunjung dari berbagai wilayah berupaya menghindari agar tidak kepentok boneka. Sebab ada mitos pengunjung yang kepentung Cowongan akan ketiban sial. Keriuhan warga semakin menjadi saat Cowongan laki-laki yang merasuki boneka. Sebab tenaganya lebih kuat dan lebih "liar". Boneka baru mau berhenti setelah menemukan air yang dicari. (*)
Berita Terbaru :
- Asyik Mancing, Remaja Terseret Ombak Pantai Lampon
- Main Keroyok, Tiga Pria di Kebumen ini Ditangkap Polisi
- Lecehkan Anak di Bawah Umur, Warga Karangsambung Dibui
- Penderita Thalasemia Kebumen Cukup Tinggi
- Bupati Kebumen Bagikan Makanan Bergizi untuk Para Lansia
- Tahap Persiapan, Pembentukan Koperasi Desa Merah Putih di Kebumen Masih Berproses
- Kasus Penganiayaan, Pria Dilaporkan Polisi