• Berita Terkini

    Rabu, 06 November 2019

    Sisi Lain dari Gelaran Pilkades Serentak di Kebumen

    Dari Klenik, Wirid hingga Tumbal 

    Konstelasi politik tidak pernah lepas dari pesoalan klenik. Hal ini berlaku pula pada pemilihan kepala desa atau Pilkades di Kebumen. Tidak sedikit para calon kepala desa yang meminta bantuan paranormal, dukun maupun kiai untuk kesuksesannya. Bahkan disinyalir 90 persen para calon kepala desa menggunakan jasa dukun atau kiai.
    -----------------
    IMAM WAHYUDI,Kebumen
    -----------------
    Meski kini kemajuan teknologi dan informasi telah jauh berkembang, bahkan telah memasuki era Industri 4.0, namun hal-hal metafisika yang berada diluar nalar manusia tetap masih dipercaya menjadi bagian dari suatu usaha.

    Ya, selain melakukan usaha lahir yakni sosialisasi, silaturahmi hingga mengatur stategi dan lainnya, para calon kepala desa juga banyak yang mengibanginya dengan usaha secara batin. Ini dilakukan seperti menjalankan ritual, berdoa, wiridan, puasa hingga mandi kembang. Bukan hanya itu terkadang ada pula syarat tumbal jiwa manusia dalam prosesi pemenangan pilkades.

    Bahkan dimalam pemungutan suara tidak sedikit para calon kepala desa yang melakukan tirakat menyepi. Adat lain ada pula yang harus berkeliling desa dengan cara berjalan kaki. Bukan itu saja, para calon kepala desa juga tidak segan-segan mengambil tanah kuburan. Semua itu dilaksanakan demi satu tujuan yakni mampu mencapai kemenangan.

    Menangapi hal tersebut Pengasuh Pondok Pesantren Al Hasani Jatimalang Jatimulyo Alian Gus Asyhari Muhammad Al Hasani menyampaikan hal tersebut memang benar adanya. Bahkan pihaknya sendiri kerap diminta bantuan oleh para calon kepala desa, calon legislatif hingga calon-calon lainnya. “Di Jawa ini setiap proses politik tidak terlepas dari  persoalan klinik dan mistis,” tuturnya, Selasa (5/11).

    Dijelaskannya, kekuatan mistis secara garis besar dibagi menjadi dua yakni golongan hitam dan putih. Para dukun yang menggunakan kekuatan atau “rewang” jin, umumnya menggunakan dikategorikan aliran hitam. Adapun para kiai akan menggunakan doa-doa khusus dan inilah yang disebut aliran putih. “Ada doa-doa khusus yang memang digunakan untuk hal tersebut. Ini merupakan bagian dari ilmu hikmah,” ungkapnya.

    Terkait dengan aqidah, menurut Gus Hary, jika yang dilakukan tidak bertentangan dengan Syariat Islam tentunya tidak akan membahayakan aqidah. Sebaliknya jika menggunakan jasa atau ritual yang bertentangan dengan Agama Islam tentunya tidak boleh dilakukan. “Menggunakan hal metafisika bukan berarti kemunduran. Sebab hal tersebut telah ada sejak zaman dulu dan akan terus ada hingga masa mendatang,” ucapnya, sembari menambahkan meski telah menggunakan usaha batin, usaha lahir juga harus dilakukan.(*)

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top