KEBUMEN (kebumenekspres.com)- Perbedaan pendapat menjadi hal yang lumrah dalam sebuah musyawarah. Namun apa jadinya jika perbedaan pendapat kemudian memanas. Hal tersebut salah satunya terjadi saat pelaksanaan Musyawarah Desa (Musdes) di Candimulyo Kecamatan Kebumen, Selasa (28/1/2020) yang nyaris ricuh. Musdes pun dibubarkan sebelum ada kata sepakat.
Musdes sedarinya dilaksanakan dengan agenda pembahasan Perubahan Perdes tentang Hak Asal Usul Desa dan Penggunaan Tanah Kas Desa. Namun akhirnya tidak memenuhi kata sepakat. Bahkan, musyawarah yang dihelat di Kantor Balai Desa Candimulyo tersebut ricuh dan nyaris terjadi adu fisik antar peserta.
Informasi yang berhasil dihimpun, kegiatan Musdes sendiri diselenggarakan oleh Pemdes dalam rangka Perubahan Perdes. Musyawarah diikuti puluhan elemen masyarakat. Ini mulai dari pemdes setempat, Badan Permusyawarahan Desa (BPD), LKMD, tokoh masyarakat, pemuda dan ibu-ibu. Hadir pula dari perwakilan kecamatan yang dihadiri Sekcam Kebumen.
Semula seperti pada umumnya semua berjalan lancar. Suasana mulai memanas kala ada salah satu peserta musyawarah yang memberikan usul. Namun hal tersebut disahut oleh peserta lainnya. Hal tersebut membuat adu mulut terjadi. Di satu sisi salah satu peserta merasa bahwa forum kurang menghargai para tokoh masyarakat yang hadir. Sementara disisi lain tidak sepakat dengan pendapat peserta lainnya.
Adu mulut dengan masih menggunakan pengeras suara pun tidak terelakkan. Suasana kian memanas dan para peserta mulai berdiri. Konsisi tersebut kian memanas hingga nyaris terjadi baku hantam. Beruntung situasi dapat dikendalikan. Namun akhirnya musyawarah diputuskan ditunda oleh Kepala Desa setempat.
Mantan Ketua BPD desa setempat Nur Sambudi mengemukakan dirinya marah saat Musdes berlangsung karena beberapa alasan. Salah satunya terdapat tokoh masyarakat yang kurang dihargai dalam forum tersebut.
“Masa ada tokoh masyarakat duduk di kursi belakang. Selain saat saya ingin menyampaikan aspirasi justru disahut pleh peserta lain yang menyinggung perkara Pilkades kemarin. Ada pula yang usul malah ditegur. Tentu saja saya marah," katanya.
Nur Sambudi mengaku menyesalkan dengan adanya kekacauan musyawarah yang diselenggarakan di balai desa. Menurutnya, adanya perbedaan pendapat dalam musyawarah tentunya merupakan hal yang biasa. Seyogyanya hal tersebut dapat diselesaikan dengan cara dewasa yakni dengan kepala dingin. Sehingga tidak perlu keluar dari substansi pembahasan. "Kisruh dan masalah perbedaan pendapat seharusnya dapat diselesaikan dengan baik," tuturnya.
Mantan Kepala Desa Siti Rokhyani yang juga turut hadir juga mengaku menyayangkan atas kejadian penundaan musyawarah tersebut. Terlebih ini terjadi karena ricuh. Selain tidak menemukan hasil, hal tersebut dikhawatirkan dapat menjadikan suasana desa tidak kondusif. Padahal adanya pemeritahan desa yang baru sangat diidamkan untuk lebih baik dari sebelumnya. "Harapannya tokoh masyarakat dapat dilibatkan untuk bersinergi bersama Pemerintahan desa dalam membangun," paparnya.
Sementara itu terpisah, Ketua BPD Desa Candimulyo Solihudin saat dikonfirmasi membenarkan adanya kejadian tersebut. Ini lantaran situasi tidak kondusif yang akhirnya Kepala Desa memutuskan agar musyawarah ditunda untuk waktu yang belum ditentukan. Terkait musyawarah, BPD berencana akan bertemu dengan pemdes untuk merencanakan musdes kembali bersama masyarakat. Namun ini masih menunggu situasi kondusif. "Kami mengimbau masyarakat untuk menjaga kondusifitas terlebih ini masa peralihan mengingat ini yang dibahas cukup sensitif," ucapnya.
Hingga berita ini diterbitkan Kepala Desa Candimulyo Epul Arifin belum dapat dikonfirmasi. Awak media yang mencoba menghubungi melalui saluran telepon, namun tidak dapat terhubung. (mam)
Musdes sedarinya dilaksanakan dengan agenda pembahasan Perubahan Perdes tentang Hak Asal Usul Desa dan Penggunaan Tanah Kas Desa. Namun akhirnya tidak memenuhi kata sepakat. Bahkan, musyawarah yang dihelat di Kantor Balai Desa Candimulyo tersebut ricuh dan nyaris terjadi adu fisik antar peserta.
Informasi yang berhasil dihimpun, kegiatan Musdes sendiri diselenggarakan oleh Pemdes dalam rangka Perubahan Perdes. Musyawarah diikuti puluhan elemen masyarakat. Ini mulai dari pemdes setempat, Badan Permusyawarahan Desa (BPD), LKMD, tokoh masyarakat, pemuda dan ibu-ibu. Hadir pula dari perwakilan kecamatan yang dihadiri Sekcam Kebumen.
Semula seperti pada umumnya semua berjalan lancar. Suasana mulai memanas kala ada salah satu peserta musyawarah yang memberikan usul. Namun hal tersebut disahut oleh peserta lainnya. Hal tersebut membuat adu mulut terjadi. Di satu sisi salah satu peserta merasa bahwa forum kurang menghargai para tokoh masyarakat yang hadir. Sementara disisi lain tidak sepakat dengan pendapat peserta lainnya.
Adu mulut dengan masih menggunakan pengeras suara pun tidak terelakkan. Suasana kian memanas dan para peserta mulai berdiri. Konsisi tersebut kian memanas hingga nyaris terjadi baku hantam. Beruntung situasi dapat dikendalikan. Namun akhirnya musyawarah diputuskan ditunda oleh Kepala Desa setempat.
Mantan Ketua BPD desa setempat Nur Sambudi mengemukakan dirinya marah saat Musdes berlangsung karena beberapa alasan. Salah satunya terdapat tokoh masyarakat yang kurang dihargai dalam forum tersebut.
“Masa ada tokoh masyarakat duduk di kursi belakang. Selain saat saya ingin menyampaikan aspirasi justru disahut pleh peserta lain yang menyinggung perkara Pilkades kemarin. Ada pula yang usul malah ditegur. Tentu saja saya marah," katanya.
Nur Sambudi mengaku menyesalkan dengan adanya kekacauan musyawarah yang diselenggarakan di balai desa. Menurutnya, adanya perbedaan pendapat dalam musyawarah tentunya merupakan hal yang biasa. Seyogyanya hal tersebut dapat diselesaikan dengan cara dewasa yakni dengan kepala dingin. Sehingga tidak perlu keluar dari substansi pembahasan. "Kisruh dan masalah perbedaan pendapat seharusnya dapat diselesaikan dengan baik," tuturnya.
Mantan Kepala Desa Siti Rokhyani yang juga turut hadir juga mengaku menyayangkan atas kejadian penundaan musyawarah tersebut. Terlebih ini terjadi karena ricuh. Selain tidak menemukan hasil, hal tersebut dikhawatirkan dapat menjadikan suasana desa tidak kondusif. Padahal adanya pemeritahan desa yang baru sangat diidamkan untuk lebih baik dari sebelumnya. "Harapannya tokoh masyarakat dapat dilibatkan untuk bersinergi bersama Pemerintahan desa dalam membangun," paparnya.
Sementara itu terpisah, Ketua BPD Desa Candimulyo Solihudin saat dikonfirmasi membenarkan adanya kejadian tersebut. Ini lantaran situasi tidak kondusif yang akhirnya Kepala Desa memutuskan agar musyawarah ditunda untuk waktu yang belum ditentukan. Terkait musyawarah, BPD berencana akan bertemu dengan pemdes untuk merencanakan musdes kembali bersama masyarakat. Namun ini masih menunggu situasi kondusif. "Kami mengimbau masyarakat untuk menjaga kondusifitas terlebih ini masa peralihan mengingat ini yang dibahas cukup sensitif," ucapnya.
Hingga berita ini diterbitkan Kepala Desa Candimulyo Epul Arifin belum dapat dikonfirmasi. Awak media yang mencoba menghubungi melalui saluran telepon, namun tidak dapat terhubung. (mam)