KEBUMEN (kebumenekspres.com-)Banyak orang memulai bisnis dengan berbagai alasan. Mulai karena hobi, ahli dalam bidang tersebut, coba-coba atau alasan lainnya. Uniknya bagi Albait Nurfaozi (32) warga Desa Kebulusan Kebulusan Pejagoan ini, justru memulai beternak lebah karena penasaran.
Lebah merupakan serangga yang membantu penyerbukan tanaman. Selain itu serangga ini juga merupakan penghasil madu. Meski menguntungkan namun lebah dapat menyengat yang tentunya dapat menimbulkan rasa sakit dan bengkak bagi korbannya.
Rasa penasaran tersebut, berawal saat pihaknya melihat beberapa lebah hinggap dari satu bunga ke bunga lainnya. Selain itu pihaknya juga acap kali menemukan koloni lebah liar yang bersarang pada lubang dinding, pohon atau lainnya. Mungkinkan ini dapat dibudidayakan dan dikembangkan? Pikirnya kala itu.
Dengan sedikit pemahaman Albait mulai mencari informasi tentang lebah. Ini dilakukan dengan mengunjungi peternak lebah dan belajar dari internet. Semakin semangat ternyata lebah serangga mungil jika dikelola dengan baik dapat menjadi potensi yang besar untuk ekonomi. “Sebenarnya bukan hanya lebah, apapun jika dikelola dengan baik juga dapat menjadi potensi ekonomi,” tuturnya, Minggu (7/6/2020).
Belajar secara otodidak pun dilakoninya. Koloni gagal, lebah bubar, kabur menjadi dinamika dan tantangan yang musti ditaklukkan. Jika yang lain bisa, tentunya juga harus bisa. Setiap kegagalan pastinya disebabkan oleh mitode yang kurang tepat. “Jika metodenya benar dan tetap, tentunya akan semakin dekatkan dengan keberhasilan. Prinsip itu yang harus dipegang,” paparnya.
Jika terus diamati dan dipelajari, lanjut Albait, manusia pasti dapat memahami binatang. Ini dimulai dari melihat perilaku dan kebiasaannya. Setelah itu diketahui apa kebutuhannya. Jika semua terpenuhi dengan baik, tentunya hewan akan nyaman dan dapat berkembang biak. “Pengamatan inilah yang sebenarnya membutuhkan waktu lama. Disinilah pentingnya praktik dan pengamatan,” jelasnya.
Mengusai segudang teori memang sangat diperlukan. Kendati demikian, kata Albait, tanpa adanya praktik hal itu akan sia-sia. Dalam pandangan lain, membaca puluhan buku silat tidak akan membuat seseorang langsung menjadi pandai bersilat. “Diperlukan praktik, diamati, dianalisa, dipahami dan sebagainya. Terlebih kita berhubungan dengan hewan yang juga merupakan mahluk hidup,” ucapnya. (mam)
Lebah merupakan serangga yang membantu penyerbukan tanaman. Selain itu serangga ini juga merupakan penghasil madu. Meski menguntungkan namun lebah dapat menyengat yang tentunya dapat menimbulkan rasa sakit dan bengkak bagi korbannya.
Rasa penasaran tersebut, berawal saat pihaknya melihat beberapa lebah hinggap dari satu bunga ke bunga lainnya. Selain itu pihaknya juga acap kali menemukan koloni lebah liar yang bersarang pada lubang dinding, pohon atau lainnya. Mungkinkan ini dapat dibudidayakan dan dikembangkan? Pikirnya kala itu.
Dengan sedikit pemahaman Albait mulai mencari informasi tentang lebah. Ini dilakukan dengan mengunjungi peternak lebah dan belajar dari internet. Semakin semangat ternyata lebah serangga mungil jika dikelola dengan baik dapat menjadi potensi yang besar untuk ekonomi. “Sebenarnya bukan hanya lebah, apapun jika dikelola dengan baik juga dapat menjadi potensi ekonomi,” tuturnya, Minggu (7/6/2020).
Belajar secara otodidak pun dilakoninya. Koloni gagal, lebah bubar, kabur menjadi dinamika dan tantangan yang musti ditaklukkan. Jika yang lain bisa, tentunya juga harus bisa. Setiap kegagalan pastinya disebabkan oleh mitode yang kurang tepat. “Jika metodenya benar dan tetap, tentunya akan semakin dekatkan dengan keberhasilan. Prinsip itu yang harus dipegang,” paparnya.
Jika terus diamati dan dipelajari, lanjut Albait, manusia pasti dapat memahami binatang. Ini dimulai dari melihat perilaku dan kebiasaannya. Setelah itu diketahui apa kebutuhannya. Jika semua terpenuhi dengan baik, tentunya hewan akan nyaman dan dapat berkembang biak. “Pengamatan inilah yang sebenarnya membutuhkan waktu lama. Disinilah pentingnya praktik dan pengamatan,” jelasnya.
Mengusai segudang teori memang sangat diperlukan. Kendati demikian, kata Albait, tanpa adanya praktik hal itu akan sia-sia. Dalam pandangan lain, membaca puluhan buku silat tidak akan membuat seseorang langsung menjadi pandai bersilat. “Diperlukan praktik, diamati, dianalisa, dipahami dan sebagainya. Terlebih kita berhubungan dengan hewan yang juga merupakan mahluk hidup,” ucapnya. (mam)