KEBUMEN (kebumenekspres.com) - Warga masyarakat diminta tidak sampai "gagal paham" terkait kebijakan pemerintah soal pola kehidupan baru (New normal). Kebijakan ini, bukan berarti covid covid-19 sudah berakhir.
Direktur RS PKU Muhammadiyah Sruweng, sekaligus Ketua PDPM Kebumen, dr Hasan Bayuni meminta masyarakat tidak menganggap remeh atau mengendurkan kewaspadaan terhadap ancaman virus corona (covid-19). Istilah new normal, tegas dokter Hasan, harus dimaknai masyarakat untuk benar-benar menerapkan pola hidup sehat. Dan bukan menganggap, covid-19 sudah berlalu seperti yang banyak terlihat di masyarakat kini.
"Sebuah wilayah baru bisa dikatakan berhasil mengendalikan covid 19 bila dilakukan dengan pembatasan mobilisasi massa serta wilayah menerapkan protokol dengan ketat. Apa bila ini diterapkan dengan ketat tentu bisa lebih baik dan tidak hanya himbauan dan teguran saja. Bila perlu juga ada sanksi jika perotokol tidak ditaati. Juga pemerintah memastikan kesediaan masker yang terdistribusi di masyarakat," ujarnya.
Di sisi lain, Dokter Hasan menambahkan pemerintah juga tidak begitu saja menerapkan new normal. Sebab, hal-hal mendasar yang harus dipenuhi. Seperti persiapan sarana dan prasarana yang harus tersedia di ruang publik, seperti tempat cuci tangan dan lain sebagainya. Juga dibutuhkan regulasi yang kuat dan pengawasan yang ketat dan tegas," katanya.
Hasan lantas menyebutkan beberapa negara yang sukses menjalankan new normal, seperti Taiwan dan Selandia Baru serta negara maju lainnya. Menerapkan protokol kesehatan dan edukasi proteksi diri secara ketat.
Namun demikian, peran serta masyarakat juga sangat penting agar kebijakan ini bisa berjalan sesuai harapan. Dibutuhkan kesadaran diri masyarakat , serta sosialisasi secara berkelanjutan hingga tataran akar rumput, juga masyarakat harus mendapatkan informasi yang jelas apa itu new normal. "Jadi pertanyaannya adalah, siapkah kita dengan new normal?" ujarnya.
Merunut ke belakang, dr Hasan Bayuni menerangkan, istilah New Normal sudah poluler sekitar tahun 2008 oleh pengamat ekonomi Rich Miller, istilah itu digunakan dalam dunia ekonomi dan bisnis diartikan sebagai cara baru dalam pertahanana dunia perekonomian.
"Istilah new normal awalnya populer dalam dunia ekonomi bisnis dan industri, dimana pertama kali muncul di artikel Rich Miller dan Matthew Benjamin berjudul "Post-Subprime Economy Means Subpar Growth as New Normal in U.S." yang tayang di Bloomberg pada 2018," kata Hasan.
Lalu di tahun 2009 istilah New Normal menjadi perbincangan setelah Paul Govler menulis artikel berjudul "Prepare for the Best". New Normal semakin populer pada tahun 2010 setelah Ketua PIMCO, Mohamed A El-Erian, menyampaikan kuliah umum yang berjudul "Navigating the New Normal in Industrial Countries," ujar Hasan.(fur)
Direktur RS PKU Muhammadiyah Sruweng, sekaligus Ketua PDPM Kebumen, dr Hasan Bayuni meminta masyarakat tidak menganggap remeh atau mengendurkan kewaspadaan terhadap ancaman virus corona (covid-19). Istilah new normal, tegas dokter Hasan, harus dimaknai masyarakat untuk benar-benar menerapkan pola hidup sehat. Dan bukan menganggap, covid-19 sudah berlalu seperti yang banyak terlihat di masyarakat kini.
"Sebuah wilayah baru bisa dikatakan berhasil mengendalikan covid 19 bila dilakukan dengan pembatasan mobilisasi massa serta wilayah menerapkan protokol dengan ketat. Apa bila ini diterapkan dengan ketat tentu bisa lebih baik dan tidak hanya himbauan dan teguran saja. Bila perlu juga ada sanksi jika perotokol tidak ditaati. Juga pemerintah memastikan kesediaan masker yang terdistribusi di masyarakat," ujarnya.
Di sisi lain, Dokter Hasan menambahkan pemerintah juga tidak begitu saja menerapkan new normal. Sebab, hal-hal mendasar yang harus dipenuhi. Seperti persiapan sarana dan prasarana yang harus tersedia di ruang publik, seperti tempat cuci tangan dan lain sebagainya. Juga dibutuhkan regulasi yang kuat dan pengawasan yang ketat dan tegas," katanya.
Hasan lantas menyebutkan beberapa negara yang sukses menjalankan new normal, seperti Taiwan dan Selandia Baru serta negara maju lainnya. Menerapkan protokol kesehatan dan edukasi proteksi diri secara ketat.
Namun demikian, peran serta masyarakat juga sangat penting agar kebijakan ini bisa berjalan sesuai harapan. Dibutuhkan kesadaran diri masyarakat , serta sosialisasi secara berkelanjutan hingga tataran akar rumput, juga masyarakat harus mendapatkan informasi yang jelas apa itu new normal. "Jadi pertanyaannya adalah, siapkah kita dengan new normal?" ujarnya.
Merunut ke belakang, dr Hasan Bayuni menerangkan, istilah New Normal sudah poluler sekitar tahun 2008 oleh pengamat ekonomi Rich Miller, istilah itu digunakan dalam dunia ekonomi dan bisnis diartikan sebagai cara baru dalam pertahanana dunia perekonomian.
"Istilah new normal awalnya populer dalam dunia ekonomi bisnis dan industri, dimana pertama kali muncul di artikel Rich Miller dan Matthew Benjamin berjudul "Post-Subprime Economy Means Subpar Growth as New Normal in U.S." yang tayang di Bloomberg pada 2018," kata Hasan.
Lalu di tahun 2009 istilah New Normal menjadi perbincangan setelah Paul Govler menulis artikel berjudul "Prepare for the Best". New Normal semakin populer pada tahun 2010 setelah Ketua PIMCO, Mohamed A El-Erian, menyampaikan kuliah umum yang berjudul "Navigating the New Normal in Industrial Countries," ujar Hasan.(fur)