PURWOREJO- Petugas penjaga perlintasan sebidang di Desa Krendetan, Kecamatan Bagelen, terpaksa menambah peralatan sendiri. Sebuah cermin berukuran persegi panjang yang ditempatkan di bagian depan untuk memantau kedatangan kereta api.
Setiawan Teguh Raharjo (35), petugas penjaga perlintasan, mengatakan, cermin itu amat membantu karena dengan posisi membelakangi arah datangnya kereta, dirinya tidak bisa melihat secara langsung keberadaan kereta api.
"Cermin itu sangat membantu karena kereta dari belakang bisa terlihat. Sejak saya bertugas disini, kaca itu sudah ada," katanya.
Ruang jaga yang ada sendiri memang relatif sempit. Untuk melihat gerakan kereta api di bagian belakang juga sulit, karena tertutup kamar mandi yang ada.
"Kita memantau kendatangan kereta dari radio yang ada. Setidaknya bisa memperkirakan kapan kira-kira kereta akan sampai perlintasan ini," tambahnya.
Teguh menjelaskan untuk perlintasan sebidang yang dikelola PT KAI relatif lebih mudah. Karena ada sinyal khusus yang mengirim pesan kepada petugas.
"Kalau di perlintasan yang kita jaga ini ya semuanya masih serba manual. Jadi ya memang harus konsentrasi penuh," ungkap Teguh, (2/7/2020).
Manajer Humas Daop 6 PT KAI, Eko Budiyanto mengungkapkan jika sebenarnarnya peralatan yang ada di pos penjagaan perlintasan sebidang yang dikelola Pemerintah Daerah bisa standar. Namun pihaknya tidak menutup mata akan kemampuan daerah.
"Ya sedapat mungkin (disamakan). Tapi kan kemampuan Pemkab beda-beda," kata Eko.
Namun dia menjelaskan jika perlintasan sebidang itu bukan kewenangan dari PT KAI. Sesuai dengan UU NO 23 tahun 2007, ranah kewenangan itu ada di Pemerintah.(ndi)
Setiawan Teguh Raharjo (35), petugas penjaga perlintasan, mengatakan, cermin itu amat membantu karena dengan posisi membelakangi arah datangnya kereta, dirinya tidak bisa melihat secara langsung keberadaan kereta api.
"Cermin itu sangat membantu karena kereta dari belakang bisa terlihat. Sejak saya bertugas disini, kaca itu sudah ada," katanya.
Ruang jaga yang ada sendiri memang relatif sempit. Untuk melihat gerakan kereta api di bagian belakang juga sulit, karena tertutup kamar mandi yang ada.
"Kita memantau kendatangan kereta dari radio yang ada. Setidaknya bisa memperkirakan kapan kira-kira kereta akan sampai perlintasan ini," tambahnya.
Teguh menjelaskan untuk perlintasan sebidang yang dikelola PT KAI relatif lebih mudah. Karena ada sinyal khusus yang mengirim pesan kepada petugas.
"Kalau di perlintasan yang kita jaga ini ya semuanya masih serba manual. Jadi ya memang harus konsentrasi penuh," ungkap Teguh, (2/7/2020).
Manajer Humas Daop 6 PT KAI, Eko Budiyanto mengungkapkan jika sebenarnarnya peralatan yang ada di pos penjagaan perlintasan sebidang yang dikelola Pemerintah Daerah bisa standar. Namun pihaknya tidak menutup mata akan kemampuan daerah.
"Ya sedapat mungkin (disamakan). Tapi kan kemampuan Pemkab beda-beda," kata Eko.
Namun dia menjelaskan jika perlintasan sebidang itu bukan kewenangan dari PT KAI. Sesuai dengan UU NO 23 tahun 2007, ranah kewenangan itu ada di Pemerintah.(ndi)